Senin, 28 Januari 2019

28 Januari 2019

---
Tiba-tiba saya ingin menulis begini:

Menulis isu-isu seksi dimedsos memang menggiurkan. Isu-isu kekinian. Agama. Ekonomi. Sosial masyarakat. dll yang ujungnya selalu dikaitkan dengan topik yang paling telanjang, Politik. Minimal like, comment dan syukur-syukur di share jutaan orang (bukan kah itu yang diharapkan, trending !)

Dulu saya suka nulis tentang profesi, di blog. Pake wordpress. Cukup menghasilkan. Jaringan profesional terbentuk salah satunya karena tulisan-tulisan tersebut. Lama-lama bosan. Kemudian saya menarik diri, justru pada saat orang-orang mulai mencari. Nomor hp tak diaktifkan dan email pun tak saya tanggapi. Detail, monoton dan sangat mikro membuat diri merasa jengah. Mencoba dikaitkan dengan aspek makro, nyambungnya terlalu kejauhan. Infrastrukturnya masih di awang-awang. Belum lagi terbentur kebijakan. Dan ujungnya ---menciptakan kegamangan.

Seiring waktu, terbersit keinginan untuk menulis jurnal. Nyatanya tak semudah itu. Tak ada juga daya dukungnya. Terlintas membuat dan menerbitkan buku. Nyatanya masih angan-angan.
Kemudian saya ingat hobi (jika itu dikategorikan sebagai hobi).

Membaca dan menulis merupakan hobi yang normatif bagi anak lembur rumahan seperti saya. Layaknya anak kecil yang ditanya oleh guru pas bangku SD. "Apa hobi mu nak?", Saking bingungnya menjawab : "membaca dan menulis, pak". Atau pas menulis diary di SMP tahun 2000-an (era milenium), ditulis: hobi titik dua --- membaca dan menulis.

Hobi normatif berikutnya adalah penikmat keindahan, keharmonisan dan kewarna-warnian, menembus batas ketabuan. Saya suka seni --- lebih cenderung ke seni lukis dan sastra.
Sebetulnya dari garis bapak, selain jawara, saya punya paman-paman yang jago melukis, yang sudah berbakat sejak kecil -- mang wawan, mang entan dan (alm) mang surja -- Dari mereka banyak karya tercipta. Hanya belum di manage dengan baik. Karya nya berserakan. Namun begitu, usaha mereka masih pada core hobinya ; sablon dan kreatifitas.

Dalam pada ini saya tak ter-genetik-an untuk jago melukis. Paling banter gambar dua gunung dengan matahari ditengahnya, ada jalan lurus menuju gunung, dan disamping kanan kiri hamparan sawah dengan padi menguning (dalam bentuk huruf v).
Tapi bicara sastra, walau jauh dari kata puitis, saya masih ter-isme untuk membuat dan menikmati yang namanya puisi. Memang agak kacangan. Tapi bukan kah kacang bisa membuat martabak menjadi 'manis'? eh... 🤔🤔

Saya suka sejarah, jenis apapun. salah satu hal yang paling sering dilakukan adalah mengunjungi tempat-tempat bersejarah, umumnya museum. walau di zaman ini informasi berada diujung jari --- apapun bisa di 'gugling'. Tapi bagi saya, sensasi kepuasan terobati saat mampu mengaktualisasi.
Saya sambangi museum-museum; situs-situs atau sekedar tempat bersejarah.
Nah, barangkali ini pun bisa dikategorikan sebagai hobi.
..
Pada akhirnya demi aktualisasi diri dan mewadahi yang dinamakan hobi tadi. saya akan mencoba mengintegrasi. Menulis tentang museum dan galeri seni yg sudah dikunjungi, mereview buku-buku yg disukai, untuk bisa saling menikmati -- dengan berbagi.
Demikian.!
cek cerita di ig: @rikigana
____
NB:
( terima kasih bagi yg sudah mau baca panjang-panjang, harap anda tulis d comment 'sama-sama', agar saya tau siapa saja yg baca cerita kurang penting ini, barangkali anda dapat kebaikan yang tidak terduga, dengan melakukannya. Aamiin YRA. Takbir !)