Selasa, 03 September 2019

DISWAY


Saya mengikuti Disway.id : catatan nya pak Dahlan iskan. Berbagai isu di tulis di situ. Politik, agama, ekonomi, sosial, motivasi dan apa saja yang tentu sedang viral di bicarakan tiap hari nya. 

Pembaca nya membudak. Terbukti dari komen-komennya yang variatif. Mula-mula memang ‘tak berkelas’, khas komentator asal, yang apa-apa dikaitkan dengan isu politik dalam negeri – nyinyir. Tapi seiring waktu jadi mulai tertib. Komentator nya pun konstruktif dan punya segmen masing-masing. Contoh, pengoreksi bahasa, dia komit memberikan masukan tentang bahasa dan tulisan sesuai EYD. Yang memang terkadang karena kebiasaan, jadi terlupakan. Pun pak dahlan Iskan sebagai biang nya media.

Disway ini jadi rujukan media-media juga akhirnya, terbukti beberapa kali – malah sering dikutip oleh media mainstream di indonesia. Akhirnya beberapa isu pun ada yang sangat hati-hati untuk dilanjutkan. Tentu, ini terkait politik di Indonesia. Bisa dipahami, setelah pak dahlan pernah diperkarakan (dikasus hokum kan walau pun tidak terbukti), traumatik tetap ada. Ide cemerlang, aksi nyata, prestasi kadang habis tergilas saat harus berurusan dengan politik praktis.

Bagi saya baca disway jadi ‘kewajiban’ harian (sebetulnya saya sudah lama menikmati tulisan Pak Dahlan sebelumnya. Tapi tak setiap hari mewajibkan baca).

Topik yang menarik adalah jalan-jalan. Sebagai sobat misquen yang jalan-jalannya kehitung jari dan tak pernah jauh2. Jadi serasa ikut merasakan, apa yang di ceritakan. Jadi tau tentang budaya, Negara dan keberagaman umat manusia. Penting lagi jadi paham tentang arti toleransi. Terutama sekali toleransi dalam beragama. Bukan berarti kita mengabaikan agama dan keyakinan kita. Tapi dengan tahu apa yang ada di luaran, minimal kita jadi bijak bersikap, apalagi pada jaman ini, yang medsos merajalela, yang hoax nya pun menggila.

Bahwa agama itu tak hanya agama samawi -- bahkan agama samawi pun banyak ragamnya. Itu tergambar dari cerita jalan-jalan di berbagai Negara, pada tulisan di disway ini.

Saya juga jadi tahu lebih banyak tentang Amerika dan China, yang kadang punya porsi lebih di ceritakan. Bahkan sampai ke pelosok2 nya, dan kebiasaan sosial nya. Contoh kecil, pernah di sebutkan bagaimana keluarga amerika membesarkan anaknya, kemudian menikmati hidupnya di masa tua. Beda dengan doktrin di china atau Asia pada umumnya, yang lebih mengedepankan kekeluargaan daripada kemandirian.

Saya juga jadi sedikit-sedikit belajar cara nulis. Dengan memperhatikan tulisan-tulisan di Disway ini. Terutama penggunaan kata, tanda baca, ritme dan punchline di setiap tulisannya. Maklum saya sekedar suka menulis, belum pernah ikut pelatihan professional. Jadi banyak nya otodidak, meniru dan menghayati tulisan orang-orang yang menurut hati kecil saya pas dan nyaman dengan apa yang saya harapkan.

Duh..
Baca disway, jadi pengen jadi pa Dahlan rasanya, eh wartawan. (Riki Gana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar