Alhamdulilah, saya sudah tepat 36 tahun di 23 juli 2022 kemarin. Rasa-rasanya mulai matang, minimal dari segi pemikiran dan kebijaksanaan (walau tetap harus di upgrade). Kesibukanpun termanage dengan baik, keuangan demikian -- hanya keliatannya masih harus memperbesr pendapatan untuk mencukupi semua (apalagi belum tergambar untuk pensiun).
Kita tidak hendak bercerita tentang saya.
Ini tentang masyarakat lagi, yang menurut saya semakin masuk semakin menarik (tapi ingat, pembaca, semisal belum siap, jangan terlalu masuk di dalamnya, karena bisa terjadi kejenuhan, banyaknya bersifat teknis dan tidak membuat berkembang secara umum, takutnya nasuk dalam kubangan dan menjadi bosan).
Setelah saya memegang artesis (air yang dikelola sendiri, sudah berjalan 2,5 tahun dan ini di periode selanjutnya untuk 2 tahun kedepan -- s.d juli 2024), seperti yang sudah saya bilang, saya coba merambah konsep ke kegiatan2 berikutnya. Salah satunya yaitu melahirkan satuan tugas penanganan duka cita.
Tentu saya tidak sendirian, terhitung ada 3 atau 4 orang yang membantu pelaksanaan ini (sebagai think tank). Sudah berjalan sekitar 3 bulan, ada yang sudah ditangai juga. Sejauh ini penanganan secara teknis (saat ada orang meninggal) oke, tapi dari sisi pengelolaan (terutama dana masuk dan dana keluar) masih belum oke, terutama tim teknis yang jalan untuk mengumpulkan dana dari warga (5000 per KK) masih sangat acak-acakan, asal-asalan. Struktur yang dibuat pun tidak dijalankan. Tapi, karena ini di masyarakat (tidak ada kompensasi apapun, kecuali kesadaran sendiri) maka tidak banyak yang bisa kita perbuat, tidak bisa nekan tim tersebut, hanya cukup tau saja bahwa orang-orang tersebut memang belum mampu untuk mengemban tugas.
Akhirnya, mau tidak mau harus kembali di rekatkan. Diambil alih, Diubah manajemen dan timnya. Karena jika dibiarkan akan timbul masalah yang lebih besar. Kepercayaan masyarakat menurun. Maka harus dilakukanlah apa yang dinamakan TRIMING (pemangkasan untuk menjadi lebih baik).
Alhasil, saya kembali melakukan hal teknis, keliling dari rumah kerumah untuk mengumpulkan iuran.
Tidak mengapa, justru jadi ada pengalaman menarik dan mengetahui karakter dari masing-masing warga yang menghuni perumahan bersubsidi ini.
Saya baru sadar, dan tau, bagaimana orang-orang yang menghuni perumahan, tergambar dari karakter saat dimintai iuran: begitu heterogen. Luar biasa. Tergambar dari cara berkomunikasi dan bersikap. Ada yang memang terlihat berpendidikan, Ada yang tidak, ada yang berattitude bagis. Ada yang tidak, Ada yang norak (ingin kelihatan hebat), dan ada yang low profil. Luar biasa. Say baru teradar bahwa ilmu sosiologi itu penting dan begitu harus berkembang.
Harus sabar, dan harus melatih kesabaran, terutama untuk saya yang biasanya ingin segalanya dilakukan sistematis dan dilaksanakan dengan segera sesuai rencana.
Ini beda kondisi, bukan di dunia kerja.
Sementara demikian,
Selamat pagi di hari senin ceria.
(Riki Gana)