Kamis, 02 Mei 2024

FENOMENA AZWAR, SAYA & METAL

Selamat untuk Azwar Anas (metalurgi 2004) yang telah sukses, lolos jadi anggota legislatif di Kab. Serang. Keren!!

Walau syarat jadi caleg min. SMA. Tapi, harus disadari, jaringan yang anas dapat, dimulai saat dia datang ke Banten, untuk kuliah di Metalurgi. 

Saya teman sekelas Azwar Anas (Kami sekelas biasa menyebut azwar, dia keliatannya lebih nyaman di panggil anas). 

Untuk Anas, secara khusus saya sarankan untuk berterima kasih kepada dosen/pembimbing/kajur yang telah meloloskannya di metalurgi UNTIRTA; hingga selamat menyandang gelar S.T. 

Ini menarik, karena membuktikan: *tidak selamanya* nilai akademik selaras dengan kesuksesan seseorang. Boleh jadi Nasakom pada bidang tertentu, (nasakom: istilah umum untuk yang nilainya tidak memenuhi ambang batas) ternyata *kurang berpengaruh* pada bidang yang lain. *Adakalanya* kesuksesan tidak linier dengan nilai akademik ketika kuliah S1.

Mungkin ada beberapa (atau banyak) mahasiswa/i metal yang tidak lolos, dan tidak semulus *case* azwar anas ini --beberapa saya tau dan kenal--

Ada yang dipersulit. Ada yang menyerah. Ada yang mutung/pundung. Akhirnya, mereka tidak bisa lulus, tidak bisa menyandang gelar ST Metal. 

Beberapa ada yang hilang arah dan seolah-olah 'madesu'; Atau setidaknya butuh waktu lama untuk bangkit kembali, dan melupakan metalurgi.

Secara pribadi, saya dan Anas berteman, tapi bersaing! Dalam setiap diskusi, kami selalu kontra, jarang sepemahaman dan selaras; Saya terlalu rigid dan sistemik. Anas terlalu meluas dan loncat-loncat. Hasilnya: yang ada kaitan dengan akademik dan metal saya menang, tapi kalo sudah dibawa ke urusan 'ngawang' luar, saya selalu kalah. 😀

Di kelas. Di teman-teman 04. Untuk alasan akademik, terkadang anas kena "bullyan." Seinget saya, anas lebih banyak berteman dengan orang luar, dibandingkan dengan teman seangkatan. Malah mungkin lebih banyak berteman dengan adik kelas.

Bagi kami, anas bukan teman nongkrong yang asyik. Karena disetiap obrolannya selalu mendominasi, dan hanya berisi doktrin-doktrin yang tidak kami mengerti --khas orang yang terlalu banyak menerima informasi.

Anas dari awal sudah melanglang buana di organ eksternal. Berkebalikan dengan saya yang banyak berkutat di internal, dan organisasi profesi keinsinyuran. Di eksternal saya sekadarnya (Note: saya pernah di LDK IKMA dan ikut pengakaderan KAMMI, pengkaderan HMI, dan pengkaderan HTI; dulu saya sempat sebagai ketua Gema Pembebasan FT).

Kenapa saya fokus di internal? Karena saya kurang duit, kurang jiwa juang, malesan. Tujuan utama saya, hanya lulus cepat dan cari kerja. Dan juga karena... Saya numpang ngekos di himpunan, selama satu tahun. Wkwkwkw....

Waktu saya jadi Kahim Metal. Anas sudah lama aktif di KAMMI. Waktu saya nyalon ketua BEM FT, kami bersaing, Anas mendukung anak Kimia yang didukung oleh KAMMI. 

Saya kalah, tapi saya 'tetap respek' pada cara-cara kemenangannya. Saya banyak belajar mengenai perpolitikan dari kekalahan itu; terutama tentang tidak baper dan kemenangan adalah jalan ninjaku, apapun caranya! 😀

Setelah kalah nyalon BEM FT, saya aktif di BEM Pusat UNTIRTA. Dan Anas, seinget saya tetap berpetualang, terdeteksi ikut lembaga yang dipimpin oleh Ray Rangkuti (koreksi jika salah, sebab rasanya anas tidak pernah betul-betul masuk di PKS).

Setelah lulus, as usually, saya bekerja sebagai karyawan di pabrik 'ilmu metalurgi.' Anas sudah masuk demokrat. Saya tahu, karena dia sempat 'pamer' sedang pertemuan dengan bupati Lebak 'bu iti'.  Saat itu saya lagi getol-getolnya berjuang untuk pemekaran Lebak Selatan melalui pembimbingan SDM di Ikatan Mahasiswa Cilangkahan (IMC).

Setelah saya berhenti kerja di pabrik. Anas sudah jadi BAPPILU Demokrat Banten. 

Saya kemudian memutuskan ikut politik. Saya masuk Golkar, melalui kampus Golkar: Golkar Institute. Satu waktu, ada yang tag anas, saat saya posting mengenai Golkar di FB. Anas menanggapin. Kemudian, iseng saya komen: "bro, gimana kalo gw masuk Demokrat?". Dia balas: "ente sudah bagus di Golkar untuk belajar." 😀

Nah sebelum saya tutup tulisan ini, saya menyampaikan tiga hal dari fenomena diatas:

*1. Point:*

Untuk menjadi insight bersama: baik stakeholder jurusan maupun civitas academica metal, termasuk ALUMET. Barangkali fenomena ini sesuai dengan point kampus merdeka. Hard skill terkadang hanya menyumbang sekian persen akan kesuksesan seseorang. Soft skill justru yang mendominasi hal tersebut. Passion/gairah orang berbeda, agar bisa terjembatani dan tetap ada irisan dengan keilmuwan metalurgi, alangkah baiknya kurikulum metal saat ini mengacu pada OBE (berbasis Outcome, bukan input); untuk kupas tuntas OBE biar para akademisi metal yang menjabarkannya (maaf kalo semisal metal sekarang sudah OBE juga, barangkali saya yang kudet selaku alumni. 😀)

*2.Kelemahan*:

Secara akademik, menurut amatan saya, anas kurang ada chemistry dengan Metalurgi. Akhirnya, kelak dalam perannya selaku DPRD Kab. Serang, kita tidak akan menemukan loncatan besar mengenai kebijakan2 yang berkaitan dengan ilmu metalurgi di Kab. Serang. Misalnya: tentang isu pertambangan dan energi, contoh galian pasir, dll. Dia akan lebih banyak berkutat pada persoalan-persoalan umum demi merawat konstituennya.

*3.Solusi:*

Jika Anas mau, juga ada uang dan peluangnya, bisa rekrut Tenaga Ahli bidang metalurgi. Untuk apa? Untuk membuktikan bahwa Anas betul anak metalurgi dan mengamalkan keilmuannya. Juga sebagai timbal balik terhadap metalurgi untirta yang telah membesarkannya. 

Lantas, sebagai jembatan, apa yang harus dilakukan kampus atau Alumet? Undang dia, 'paksa' untuk cerita kemetalurgian. Apapun itu, pasti ada irisannya. Untuk apa? Untuk membuktikan, bahwa metal untirta pun mampu mengantarkan orang dengan tujuan  yang berbeda. Jangan diabaikan!

Sekali lagi, selamat Bro Anas!

Ternyata perjalanan ini menyenangkan. Tunggu ane di puncak karir, agar kita bisa berseteru di jalan yang asyik, dan seru! 


Salam metal!

Happy weekend 

___

Garut, 9 Maret 2024