Dengan abdi dalem di keraton kacirebonan |
Seharian (kemarin), tubuh saya paksa untuk mengunjungi empat destinasi sejarah -- di Cirebon. 3 keraton dan 1 destinasi gua yang masih ada kaitan dengan keraton.
Bukan yang pertama kali juga ke Cirebon, Banyaknya ikut-ikutan wisata religi dengan ibu2 pengajian (dimana ziarah ke makam Sultan Gunung Jati, merupakan fardu ain bagi orang Banten).
Walau saya berencana mengambil tesis tentang wisata religi (ditinjau dari sisi marketing), tapi bukan dalam rangka itu saya keliling cirebon. Saya tetep penasaran dengan 'dongeng' yang beragam dari destinasi2 kesejarahannya. Mengetahui (dengan banyak ngobrol santai dengan pemandu dan atau abdi dalem) rasa nya ada kepuasan tersendiri -- yang tidak bisa diwakili oleh ibu jari.
Keraton Kasepuhan Cirebon |
Tapi sekarang? anda bisa gugling sendiri. Hasilnya luar biasa. Dua keraton (Kasepuhan dan Kacirebonan), sudah tertata dengan rapi, sistematis dan prosedural. Baik dan apik. Dan tentu menjadi daya tarik tersendiri.
Depan halaman keraton Kanoman Cirebon |
Memang, untuk keraton Kanoman, masih dibiarkan 'begitu', alami saja. Tapi, disana cenderung tertib dan tidak ada pedagang maupun pungli. Menurut abdi dalem, Sultan tidak mengizinkan melakukan pungutan paksa bagi para pengunjung. Tak ada kropak-kropak untuk sedekah. Kalaupun mau memberikan uang tip (karena diantar keliling oleh abdi dalem atau siapapun), itu hanya alakadarnya. Hanya standar kepatutan sebagai orang timur.
Keraton2 -- yang tiga tadi -- di bawah kelola Kesultanan sendiri2. Dan sampai saat ini Sultan masih 'jumeneng' secara turun temurun. Hanya kedudukan Sultan Cirebon tidak sama dengan Sultan di DIY, yang merangkap sebagai kepala pemerintahan.
Gua Sanyuragi Cirebon |
Demikian.
Cirebon betul2 membuat keringetan. Saat menulis ini pun, saya berkeringat -- sampe ka bujur2. 🤭😁
___
rgs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar