Ditinjau dari aspek psikologi, semua orang ternyata membutuhkan apa yang dinamakan me-time (waktu khusus untuk diri sendiri, konsep yang waktu kecil dulu saya sempat mempertanyakannya, dimana saya selalu suka ada waktu untuk sendiri, tapi lingkungan belum mendukung, dianggap sebuah kesombongan dan tidak berbaur).
Secara sederhana, saya mendefinisikan me-time sebagai waktu untuk sendiri, melupakan sejenak segala 'beban', dan melakukan aktifitas yang membuat kita rileks, bebas untuk berimajinasi.
Dipikir-pikir, me-time saya sangat sederhana : sendirian, mendengarkan lagu sunda, menulis atau melihat yang indah-indah, pada ruangan/limgkungan yang nyaman dan bersih.
Dulu lebih sempurna - saat masih di kampung - bawa buku, bawa radio kecil, nongkrong di saung kebon sampai ketiduran ; menikmati angin sepoi-sepoi.
Sekarang tentu berbeda, cuaca di Serang berbeda ekstrim dengan Cuaca di malingping.
Nongkrong di luar, yang ada malah keringetan. Akhirnya, me-timenya: di kamar, ber AC, baca buku/ nulis di blog seperti saat ini, ngedengerin lagu sunda yang bikin 'kagagas' di salon aktif (agar suaranya renyah).
Dari segi fasilitas memang lebih high, tapi terus terang tak bisa menggantikan ke alamian saat me-time dulu -- dikebon.
Dulu sempet cita-cita untuk bikin pondokan dipinggir sawah. Tanahnya sih sudah beli. Tapi, tentu takbisa di wujudkan sekarang. Masa produktif masih harus tinggal di kota (dirumah yang sekarang). Itu letaknya di kampung halaman, di malingping.
Memang, sekali anak kebon, tetep anak kebon. Tak bisa diubah walau berliter-liter meminum air kota. *(Riki Gana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar