Momen idul fitri sudah lewat. Banyak hal yang dilakukan. Banyak juga sebetulnya yang ingin di ceritakan. Tapi, ah Sudahlah....
Momennya rusak saat yang dibicarakan tidak terlepas dari harta dan keturunan. Agak jengah. Ujung-ujungnya hanya keributan keluarga besar yang memperebukan warisan. Sepersekian persen, betul-betul memuakkan. Pamer keserakahan dengan tak punya rasa malu.
ah, biarlah..
Biar itu menjadi catatan dan pengalaman hidup. Semoga jangan sampai terjadi pada keturunan saya. generasi selanjutnya sampai dikemudian hari.
Simpan cerita itu. Saya lagi ingin bernostalgia dengan kata-kata. Melepas imajinasi. Tidak, ini bukan bikin puisi. Sekedar cerita imajinasi. Belajar membuat novel atau sekedar cerpen. hehe...
Saya kasih judul iguana: menurut sebutan si dede Raj, pada bunglon yang ada di taman rumah.
....
#1
Ada kebiasaan baru saat bangun tidur -- semenjak pohon ketapang kencana di taman tengah rumah tumbuh besar. Kebiasaan nongkrong diteras taman. Memandangi daun hijau, yang pohonnya belajar mencapai langit: Menjulang tinggi.
"aku punya banyak waktu selow" gumam Sakim dalam hati.
Semenjak pandemi, memang aktifitas dia tak serapet dulu. Tapi, juga bukan hanya alasan itu. Semenjak dia tak aktif lagi sebagai karyawan, yang punya jam rutin 07-18, dia banyak dirumah. Aktifitas satu dua pun tak membuat sesibuk dulu. Sesekali mengajar, berorganisasi (bermasyarakat) tentu tak sebanding dengan padatnya aktiftas yang lalu.
"lho, ada bunglonnya?" tak sadar dia sedikit teriak.
Sekilas matanya menangkap sosok binatang dengan warna coklat kehitaman nemplok di pohon.
"sejak kapan dia disitu, ya?" dia bicara pada dirinya sendiri.
"dari mana datangnya? Kan ini ada ditengah rumah? terhalang oleh tembok-tembok tetangga?" dia masih terheran-heran, sambil pandangan tetap lekat pada bunglon yang tak bergerak (nemplok) di pohon.
....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar