Tidak terasa bukan?! Sekarang sudah di Tahun 2025: Tahun Baru, tahun Ular --menurut kepercayaan fengshui tiongkok.
2024 yang sudah dilewati begitu sibuk. Saya masih (dan akan tetap) bulak-balik Serang dan Garut. Karena dua tempat usaha yang sedang di Jalani (ada dua kantor, ada dua kelompok karyawan, dan ada dua temapt dlama mengajar sebagai dosen).
Di Garut sekarang bertambah, dengan aktifnya di Golkar Kabupaten Garut (khususnya bidang kepemudaan dan AMPG), juga saat ini sudah ikut tergabung di KADIN Kabupaten Garut.
Tapi, sejauh ini saya belum berencana untuk pindah domisili. Tetap masih di Serang. Mengisi Kantor Serang untuk alamat dan surat menyurat juga untuk kepentingan administrasi lainnya.
Secara alam, Garut tentu lebih nyaman dan enak. Kesehatan juga kebersihan udara arau alam sangat mendukung kesehatan. Terutama juga untuk tumbuh kembang anak-anak; sangat bagus. Jika di Serang kita sering sakit-sakitan (minimal masuk angin), di Garut walaupun cuaca sangat dingin, bisa dihitung dengan jari di kerik.
Anak-anak juga begitu senang dari sisi alamnya.
Yang kurang memang aktifitas bisnis dan budaya kerja; sangat selow, tidak secepat di Serang.
Peluang bisnis tidak bisa dilakukan dengan gercep. Sangat selow. Budaya ngopi nongkrong dan selow seolah menjadi darah daging. Juga ketersinggungan dan kurang terbukanya masyarakat masih mendominasi sifat umum sosiolig di Garut.
Di Garut kami tidak tinggal di Subsidi (beda dengan di Serang; tapi kondisi masyarakatnya hampir sama dengan orang-orang yang tinggal di rumah subsidi.
Kecenderungan orang Garut halus di luar tapi 'jahat' di dalam. Beda dengan orang Serang, yang biasa sangat terbuka baik diluar maupun di dalam. Orang tidak suka menunjukkan ketidaksukaannya. Orang senang menunjukkan kesenangannya. Beda dengan di Garut khususnya, dan Jawa Barat pada umumnya.
"Beungeut nyanghareup, hate nyangigir" Itu ungkapan umum yang seolah menjadi steorotif orang sunda priangan (termasuk Garut). Bagaimana orang tersebut di Gambarkan adanya perbedaan antara Sikap yang dia tunjukkan dengan pikiran dan Hati yang dia percayai/lakukan. Sehingga tidak heran jika kita harus selalu berhati-hati dalam melangkah. Karena bisa jadi menghambat bisnis kita; minimal tidk mengganggu tetapi jadi ngeribetin.
Beda dengan budaya Serag (Banten pada Umumnya), walaupun sama-sama suku sunda (ditinjau dari segi bahasa). Orang Banten cenderung sangat terbuka dan egaliter. Jarang ada yang menunjukkan ketidaksesuaian antara hati dan perbuatan. Inilah yang disebut orang terkadang dengan istilah Dusun, Kasar dan seolah tidak punya sopan santun.
2025 kelihatannya masih berkutat pada UMKM tetapi akan mulai porsinya saya geser ke perdosenan dan konsultan (usaha).
Di UMKM lebih penekanan menjadi pengusahaanya daripada hanya mendampingi dan mengkonsultasi orang.
Di Dosen sebaiknya mulai membuka peluang-peluang agar lebih profesional, bukan hanya sekadar mengajar dan meneliti apa adanya.
Di Usaha, PT ini akan saya kembangkan lebih jauh. Baik dari sisi peluang bisnisnya maupun tim bisnisnya. Tidak bisa bisnis ini dijalankan asal-asalan.
Sejauh ini, belum ada rencana untuk pindah baik homebase dosen ataupun domisili. Mungkin butuh waktu. Tapi intinya mengikuti apa yang sudah di gariskan Tuhan untuk Saya.
Saya hanya menjalani, sambil selalu berusaha lebih baik dari tahun ke rahun.
Demikian,
Terima Kasih
-Riki Gana S-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar