Sumedang bikin betah.
Betul, bagi saya yang tinggal di daerah dekat pantai (baik di malingping maupun Serang), tinggal disekitar pegunungan itu begitu nyaman. Sejuk dengan angin segar sepoi-sepoi. Kalo di Banten, sumedang ini hampir sama dengan daerah Pandeglang, hanya kalo sumedang betul-betul berada ditengah2 bukit dan gunung, tidak ada nuansa pantainya.
Saya lama bermalas-malasan di kamar, dihotel sederhana tapi resik dan alami.
Hari beranjak siang, saya putuskan untuk melanjutkan keliling sumedang. Lewat aplikasi google maps, saya cari tempat-tempat yang bersejarah di Sumedang. Tak sulit menemukan tempat bersejarah, dan enaknya hampir semua tempat bersejarah itu berdekatan.
Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Gedung Merdeka (yang sekomplek dengan Museum Prabu geusan Ulun serta keraton Sumedang Larang).
Berhasil ketemu dengan para punggawanya (panurung), bercerita tentang ke-keratonan Sumedang Larang yang tetap dipertahankan sebagi konsep pemangku budaya dibawah pimpinan Sang Radya.
Selanjutnya, bergeser ke keraton (tepatnya ke Museum Prabu geusan Ulun, yang posisinya di belakang keraton Sumedang Larang), ditemani pemandu, di ajak berkeliling mengenai ke Sumedangan: mulai dari peninggalan kereta kencana, terus gambaran lokasi keraton yang pindah-pindah, gedung koleksi pusaka, gedung koleksi kesenian, sampai ke gedung utama penyimpanan mahkota binokasih yang asli.
Luar Biasa. Tak heran jika betul dibilang sumedang adalah Puseur (pusat) budaya Sunda. Ini mengacu pada pemindahan wewenang kerajaan pajajaran (yang sekarang tidak ada peninggalan keratonnya) ke sumedang dengan ditandai penyerahan mahkota binokasih.
Selesai di museum, nyebrang ke alun-alun, saya menjumpai batu prasasti yang merupakan hadiah dari VOC untuk bupati (pangeran mekah) sebagai wujud penghargaan karena telah memajukan sumedang.
Demikian.
Sumedang yang selalu terkenang.(rikigana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar