Dalam
tataran praktis, kinerja pemasaran merupakan faktor kunci yang digunakan untuk
menunjukkan keberhasilan semua bidang bisnis.Hal ini bermakna bahwa kesuksesan
bisnis dapat diukur dengan unjuk kinerja pemasaran yang semakin baik dari tahun
ke tahun, karena pemasaran merupakan ujung tombak dari semua bisnis termasuk pada
UMKM.Unjuk kinerja pemasaran dapat ditingkatkan jika UMKM dapat memanfaatkan
jaringan bisnis secara proaktif di mana bisnis mereka beroperasi. Melalui
kreasi jaringan bisnis, mereka dapat berbagi wawasan dan pengetahuan tentang
pelanggan, dan dapat memperoleh intelijen pasar yang lebih baik yang bermuara
pada timbulnya kesadaran merek (brand)
serta pengakuan pelanggan atas produk-produk UMKM yang berkualitas (Lamprinopoulou
& Tregear, 2011).
Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
merupakan sektor industri yang dapat diandalkan sebagai indikator dalam
stabilitas perekenomian baik
di tingkat lokal maupun nasional. Fungsi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
sendiri selain sebagai roda bisnis, juga sebagai pemberdayaan masyarakat pada
umumnya. Di Provinsi Banten Sektor UMKM memiliki kontribusi besar terhadap
perekonomian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada laporan Sensus
Ekonomi 2016 (sensus ekonomi paling update
saat penelitian ini disusun), UMKM mendominasi jumlah persentase unit usaha di Provinsi
Banten, dimana didapatkan data bahwa persentase nilai UMK sebesar 97,32 persen
sedangkan UMB sebesar 2,68 persen. Dilain sisi, UMKM di Provinsi Banten
merupakan penyerap tenaga kerja yang sangat besar, data SE2016 menunjukkan, UMK
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,84 juta orang sedangkan UMB menyerap
1,47 juta orang.
Berdasarkan
Tabel 1.2 terlihat bahwa Provinsi Banten mempunyai unit usaha sebanyak 946,7
ribu yang termasuk kategori UMK dan 26,1 ribu unit perusahaan kategori UMB,
jumlah Unit usaha keseluruhan sebanyak 972,8 ribu. Perusahaan ini tersebar di
daerah Banten Utara (Tangerang), Banten Tengah (Serang, Cilegon) dan Banten
Selatan (Pandeglang, Lebak). Berikut Gambar 1.1 menunjukkan data persebaran
UMKM Kabupaten / Kota di Provinsi Banten.
Gambar 1.1.Distribusi
Usaha menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Banten, 2017
(Sumber: banten.bps.go.id dalam report SE2016,
diakses maret 2020)
Berdasarakan Gambar.1.1 dapat dilihat bahwa sebaran
terbanyak terdapat di Kabupaten Tangerang yaitu sebesar 25,30 persen.
Disusul kemudian oleh Kota Tangerang sebesar
16,47 persen, Kabupaten Lebak 12,16 persen, Kabupaten Pandeglang 12,11
persen, Kabupaten Serang 11,87 persen, Kota Tangerang Selatan 10,87 persen, dan
Kota Serang 6,71 persen. Sementara yang paling sedikit berada di Kota Cilegon,
dengan presentasi hanya sebesar 4,51 persen.
Salah satu kategori lapangan usaha UMKM di Provinsi
Banten adalah kuliner yang menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI) 2015, di kategorikan pada kategori penyediaan Akomodasi dan Penyediaan
Makan Minum. Berikut Tabel 1.3 menggambarkan persebaran dan Jumlah UMKM kuliner
pada setiap Kab/Kota di Provinsi Banten.
Tabel. 1.3 Jumlah
UMKM Kuliner Kabupaten/Kota di Propinsi Banten, 2018
No
|
Kabupaten/
Kota
|
Jumlah
(Unit)
|
1.
|
Kabupaten
Tangerang
|
51.362
|
2.
|
Kota
Tangerang
|
41.441
|
3.
|
Kota
Tangerang Selatan
|
26.910
|
3.
|
Kabupaten
Serang
|
17.399
|
4.
|
Kabupaten
Pandeglang
|
13.631
|
5.
|
Kabupaten
Lebak
|
13.908
|
6.
|
Kota
Serang
|
11.484
|
7.
|
Kota
Cilegon
|
8.114
|
Jumlah
|
184.249
|
Sumber : diolah
dari Badan Pusat Statistik tiap Kab/Kota dalam Laporan Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten dalam Angka, 2018 (akses maret 2020)
Pada
Tabel 1.3 terlihat bahwa dominasi UMKM Kuliner terdapat di daerah Banten Utara,
Kabupaten Tangerang terbanyak dengan jumlah 51,4 ribu unit usaha. Jumlah
terkecil berada di Kota Cilegon yaitu sebanyak 8,1 ribu unit. Menurut Dinas
Koperasi &UMKM Provinsi
Banten, usaha kuliner di Banten utara didominasi oleh rumah makan, cafeteria,
restaurant ataupun kuliner modern lainnya. Sedangkan di Banten Tengah dan
Banten Selatan masih cenderung di dominasi oleh UMKM kuliner khas lokal (Dinkopukm Banten, 2020).
Kuliner
khas Lokal Provinsi Banten merupakan salah satu contoh nyata dari keragaman dan
kekayaan budaya. Beberapa industri kecil dan menengah yang bergerak di
bidang kuliner khas lokal Banten dan telah menjadi sorotan serta memiliki
nama diantaranya adalah: Rabeg Pasar Lama, Sate Bandeng Kaujon, Emping
Taktakan, Pecak Bandeng Sawah Luhur, Nasi Sumsum Cipare, Bontot Pasar Lama,
Ketan Bintul Serang, Gerem Asem Serang, Pepes Belut Baros, Dendeng Kaujon, Sate
bebek Cilegon, Angeun Lada Pandeglang, Emping Pandeglang, Kue Balok Menes, Kue
Pasung Pandeglang, Otak-otak Labuan, Apem Putih Cimanuk, Jojorong Pandeglang,
Leumeung Malingping, Baso Ikan Malingping, Opak putih Malingping, Mie Laksa
Tangerang dan lain sebagainya. Produk-produk tersebut diharapkan menjadi
daya tarik dan ikon Provinsi Banten baik wisatawan lokal ataupun mancanegara.
Meskipun jumlah UMKM Banten terus meningkat dan sudah mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah, namun hasilnya masih dirasakan belum optimal dan belum mencapai target sesuai dengan yang diharapkan. Banyak UMKM Banten yang mengalami stagnasi atau tidak naik kelas baik dari usaha mikro ke kecil maupun dari kecil ke menengah (Dinkopukm Banten, 2020).
Untuk melihat tren pertumbuhan UMKM di provinsi Banten, salah satunya melalui data dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu. Berikut Tabel 1.4 menunjukkan data persen pertumbuhan usaha dan unit usaha UMKM kuliner di provinsi Banten dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018.
Tabel. 1.4 Pertumbuhan PDRB UMKM menurut Kota/Kab Provinsi Banten
Tahun 2014 – 2018 (dalam persen)
ITEM
|
2014
|
2015
|
2016
|
2017
|
2018
|
Kabupaten
Pandeglang
|
5,24
|
5,34
|
5,38
|
5,31
|
5,27
|
Kabupaten
Lebak
|
4,80
|
4,90
|
4,97
|
4,92
|
4,90
|
Kabupaten
Tangerang
|
1,53
|
1,45
|
1,49
|
1,50
|
1,51
|
Kabupaten
Serang
|
2,46
|
2,31
|
2,28
|
2,36
|
2,36
|
Kota Tangerang
|
1,40
|
1,36
|
1,36
|
1,38
|
1,35
|
Kota Cilegon
|
2,13
|
2,19
|
2,28
|
2,27
|
2,24
|
Kota Serang
|
6,51
|
6,39
|
6,41
|
6,41
|
6,27
|
Kota Tangerang
Selatan
|
3,36
|
3,15
|
3,21
|
3,12
|
3,06
|
Provinsi Banten
(Rata-Rata)
|
2,46
|
2,35
|
2,39
|
2,39
|
2,38
|
Sumber :diolah
dari BPS Banten (www.banten.bps.go.id;
diakses maret 2020)
Berdasarkan Tabel
1.4, dapat di lihat bahwa pertumbuhan dan kontribusi UMKM Kuliner terhadap PDRB
Provinsi Banten di tiap Kabupaten/ Kota mengalami naik turun (fluktuasi).
Secara rata-rata untuk Provinsi Banten terlihat bahwa pada tahun 2014 jumlah
kontribusi sebesar 2,46 persen, tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 2,35
persen, kemudian tahun 2016 mengalami kenaikan 2,39 persen, pada tahun 2017
stagnan di angka 2,39 persen, dan pada tahun 2018 kembali mengalami penurunan
menjadi 2,38 persen. Fluktuasi dan stagnasi yang terjadi mengindikasikan bahwa
pelaku usaha UMKM kuliner di Provinsi Banten terus meningkat tiap tahunnya
tetapi tidak diikuti dengan
kontribusinya terhadap PDRB. Hal ini dianalisa akibat dari tidak stabilnya
kinerja pemasaran dari tiap UMKM Kuliner tersebut.Apalagi kondisi pasar
mengalami perubahan dimana dinamika pemasaran berdampak pada perubahan selera
dan preferensi pelanggan.Perubahan ini menuntut adanya inovasi
kelangsungan
hidup dan keuntungan perusahaan (kinerja pemasaran).Selain itu inovasi produk
juga berpotensi meningkatkan kinerja pemasaran, semakin besar intensitas
persaingan semakin kuat pula hubungan antara inovasi produk dengan kinerja
pemasaran (Sarjita, 2017).
Berdasarkan
fenomena bisnis yang telah dipaparkan tersebut diatas, maka penelitian ini
dilakukan dengan fokus penelitian pada UMKM Kuliner Khas Lokal Banten, di
daerah Banten Tengah dan Banten Selatan ( sampel yang akan diambil: Kabupaten
Serang, Kota Serang, Kabupaten Pandeglang dan Kota Cilegon ).
yang dapat
menyempurnakan dan pengembangan suatu produk untuk mempertahankan