Sebagian jamaah istigosah |
Inisaya tulis, sebagai pengingat.
Bahwasannya setiap awal bulan di minggu pertama di adakan kegiatan dzikir (istigosah) di pesantren besar dipandeglang, tepatnya di cidahu.
Cidahu merupakan tempat bersejarah sekaligus tempat dikeramatkan, karena terdapat ulama besar banten disana, abuya dimyati cidahu.
Tentu saat ini beliau sudah wafat. Yang menggantikan anak-anaknya.
Adalah abuya murtadlo, salah satu anak abuya dimyati yang memimpin istigosah ini. Pesertanya membludak, kurang lebih 3000 orang, dari berbagai tempat (tidak hanya di Banten).
Lantas bagaimana saya bisa ikut?
Lagi-lagi karena pergaulan bapak.
Bapak merupakan salah satu pendiri, atau awal mula diadakannya istigosah ini. Bersama pa H.Sukma (yang merupakan penyandang dana), bapa selaku perwakilan dari kaum kejawaraan ikut dilibatkan.
Jadilah tiga serangkai; abuya murtado (sisi spritual), h.sukma(sisi pengusaha), bapak saya (selaku jawara).
Tiga serangkai ini tentu dengan tugasnya masing-masing. Tapi, perlu di ingat dalam tradisi kekultusan di Banten, tentu 3 serangkai ini tak ada dalam kelas yang sama.
Abuya merupakan sentral dari semuanya, h.sukma sebagai penyandang dana lebih kedukungan finansial di awal-awal, dan bapak punya tugas khusus lapangan, sebagai marketing sekaligus tim teknis untuk menjaring seluruh kalangan (tim wara-wiri).
Memang ditujuan awal mereka sangat unik, sasaran utamanya bukan untuk para santri dan kyai, tapi lebih ke masyarakat umum, malah para jawara.
Strategi yang unik, karena dikemudian hari akhirnya bisa tergabung antara kaum santri kyai dan kaum jawara serta masyarakat umum tanpa membanding-bandingkan kelompok mana yang lebih suci.
Saya memang beberapa kali, coba untuk di dekatkan ke abuya. Cuma mungkin karena beda umur, beda latar belakang lingkungan, saya tentu takbisa serta-merta 'cocok' dengan semua itu.
Tapi, disamping semua itu, ini salah satu kesalutan saya akan pergaulan bapak. Walau beliau tak unggul dari sisi materi, tapi unggul dari sisi pergaulan. Bisa masuk kemana saja. Ketokoh-tokoh berpengaruh umat. Walau dia tak begitu suka dengan merapat ke tokoh politik.
Demikian, ini sebagai pengingat, dan ini saya tulis disela-sela dzikir berlangsung, di cidahu. (Rikigana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar