Kamis, 21 Januari 2021

Sabar Profesional

 Aneh..

Saya juga mulai paragraf ini dengan kata 'aneh.'

Kenapa? Ya, karena aneh saja.

Jangan-jangan, covid ini juga berpengaruh  terhadap ke profesionalitasan (baik pribadi maupun institusi)?

Jangan-jangan, covid ini juga berpengaruh terhadap latihan kesabaran? Karena, ujung dari perlakuan ketidakprofesionalan yang kita dapatkan, ya hanya kesabaran -- atau tepatnya mungkin kepasrahan.

Atau jangan-jangan, orang-orang yang tidak profesional, berlindung pada alasan covid untuk menajdi sebuah pembenaran.

Untuk apa kita sabar? Bukannya harus dilawan agar tidak di sepelekan?

Untuk melunakan hati, untuk menentramkan jiwa, dan menenangkan pikiran. Karena, semua penyakit berawal dari pikiran. Kalo ruwet, ya semua menjadi sakit. Jadi, daripada memusingkan hal-hal yang tidak perlu, pada kadar tertentu, ya kita bersabar atau ikhlaskan saja. Buat apa dipusingkan!

Rentetan di Januari ini, saya menemukan, bahkan mendapatkan perlakuan yang tidak profesional. 

Berkali-kali.

Pertama dari institusi akademis, kedua dari institusi perusahaan (yang notabene-nya semua menjungjung tinggi keprofesionalitasan). Tapi ya, kalo dipikir, institusi kan benda mati, semua ketidakprofesionalan itu pelakunya adalah manusia yang ada di dalamnya.

Hanya seperti kata ungkapan: nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena ketidakprofesionalan pelaku di institusi, maka institusi tersebut juga yang tercoreng.

Mereka tidak sadar, bahwa mereka berada dalam lingkungan tersebut. Dan persepsi publik itu sangat berpengaruh, sama halnya dengan pengaruh omongan orang (word of mouth) akan ketidakpuasan mereka.

Sebagai pelipur lara: anggaplah semua itu sebagai cermin, untuk kita, agar bisa memperbaiki di kesempatan mendatang (jika kita pada suatu posisi yang dituntut untuk profesional).

(riki gana)

Rabu, 20 Januari 2021

Turn Over21

Ternyata, hidup ini butuh sentuhan agama. Tidak semua bisa diselesaikan dengan logika. 

Terlalu melogikakan segala hal, juga merupakan kesombongan. Pun sebaliknya, menghayalikan segala hal merupakan kesombongan.

Butuh keseimbangan.

Tapi, pada poin tertentu. Dan ini perlu di garis bawahi. Kita perlu memperdalam agama, mengulik lebih jauh islam, karena disana terdapat jaminan hakiki tentang kehidupan, baik dunia dan akhirat.

Itu sudah tergaransi. Tak perlu di pertanyakan.

Sistematika kehidupan ada d tuntunan agama. Tinggal bagaimana kita mempelajarinya secara tepat. Pada guru yang tepat.

Semoga 2021 menjadi titik balik, untuk menyeimbangkan kehidupan. Melunakan hati, memberi ruang intuisi, dan menempatkan logika tepat pada ruangnya.

(Rikigana)

Awal 2021

Hidup ini kadang banyak rahasia.

Dan barang tentu itu sudah ada guratannya.

Tak perlu sombong, dan tak ada kekuatan kita untuk bersombong.

Ya Alloh, semoga hamba tidak tergolong orang yang sombong dan menyombongkan diri.

Mengawali 2021, alhamdulilah banyak hal yang sudah di selesaikan.

Tesis sudah selesai, dan aktifitas pekerjaan mulai tertata kembali. Memang sangat sulit melakukan wirausaha, di tambah, baru merintis kena akan pandemic.

Akhirnya back to basic, itupun karena ada kesempatannya.

Saya kembali ke pekerjaan semula, di tempat kerja semula. 

Diminggu ini baru menerima tawaran dari tempat kerja yang dulu (tentu dengan top manajemen yang berbeda). Secara cita-cita memang bukan passionnya. Tapi, harus jujur dan realistis, di amsa pandemi yang tidak menentu ini, ini pilihan yang sangat logis.

Alhamdulilah ya Alloh, selama ini pun saya tetap beraktifitas. Banyak hal yang tetap dilakukan.

memang keilmuwan saya tidak linier, tapi terkadang justru ketidaklinieran itu menjadi jembatan untuk keluwesan akan pekerjaan.

Dimanapun bisa.

Dengan kembalinya ke aktifitas pabrik, tentu sya harus menyusun ulang kegiatan sekarang ini.

Mengajar di SMK mungkin perlu di berhentikan, tapi selama online masih tetap dipertahankan. Untuk Dosen, ngajar di Polka, tetap di jalankan, ini salah satu passion dan hobi saya, walau belum begitu besar menghasilkan; usaha mungkin agak slow down, sambil jalan kita lakukan; Aktifitas di masyarakat, mengurusi sumur artesis masih berjalan, minimal sampai 6 bulan kedepan.

Demikian,

maaf saya potong di tengah, karena sajian makan sudah sepenuhnya siap


(rikigana)

Selasa, 19 Januari 2021

Selesai MM (2)

ppt Tesis 19/01/2021
 

Memang ini agak aneh, tapi tak mengapa, anggap saja karena penyesuaian akibat pandemic. Cara belajar yang online -- termasuk sidang-- memberikan potensi keleluasaan waktu (semena-mena).

Sidang yang seharusnya selesai pada satu waktu, jadi nambah waktu, karena 1 penguji belum melakukan pengujian. Memang pada saat penguji pertama, 4 orang pihak penguji (2 penguji, 2 pembimbing sekaligus penguji) protes, bahwa sidang tidak harus menjadi 2 termin, jadwal harus di ikuti oleh semua orang.

Saya setuju. Itu merupakan bentuk keseriusan.

Tapi, saya juga tidak mengapa, kalo 1 penguji tersebut ingin 'keukeuh' melakukan ujian.

Dan akhirnya, hari ini jam 10.00 WIB di sepakati (antara saya dan penguji 1, yang kebetulan sebagai Kaprodi) kita melakukan sidang kembali, sebelum nanti dilakukan Yudisium.

Tentu tak saya kabarkan ke pembimbing maupun penguji yang lain, hehe...

 

suasana sidang online

 



Jumat, 15 Januari 2021

Selesai MM

Alhamdulilah, selesai sudah 'drama' tesis ini. Baru saja, dari jam 14.35 - 16.15 selesai di uji untuk sidang mempertahankan tesis dan mendapatkan gelar MM.

Rasanya memang beda, feelnya yang beda. Sidang secara online dengan offline.

Ini saya sidang secara online. Via zoom meet. Di kantor (istri) sendirian, dan para penguji di rumahnya masing-masing.

Disamping online, saya juga tak merasakan hal istimewa dalam sidang ini.

Tak seperti waktu S1 dulu.

Rasanya ya biasa-biasa saja.

Walau penguji juga mencecar dengan berbagai pertanyaan. Dan banyaknya malah tentang komentar sikap (aneh juga sih). Tapi, ya sesuka-sukanya mereka.

Toh juga saya anggap hiburan. Karena materi pun saya siapkan hanya semalam (ppt). 

Betul kata pembimbing, ini sedikit mendegradasi isi sidang. Kesiapan. Dan lain-lainnya.

Kayak terkesan asal, tidak ada perencanaan secara matang dari pihak penyelenggara.

Seolah di bebaskan antara penguji dan mahasiswa.

Agak aneh sih, karena judulnya kulih di manajemen.

Tapi, kita berbaik sangka. Mungkin akibat covid ini, yang butuh penyesuaian.

Tidak terlihat nukilan yg betul-betul. Entah karena mungkin 'permakluman,' entah juga adanya demikian.

Sebetulnya, di balik repot mengomentari hal yang dirasa kurang penting, banyak hal yang bisa di gali, demi melahirkan sumbangsih akan body of knowledge.

Tapi, apapun itu alhamdulilah, sudah lulus. Tak ada yang ideal. Toh juga kuliah hanya di tentukan dengan sidang. Sungguh terlalu, menisbikan waktu yang lama saat kuliah.

Malah juga saya lihat ada nuansa bantai-bantaian (walau pas saya tidak), masih umum terjadi.

Saya jadi mendukung penuh langkah pak nadiem untuk merdeka belajarnya (kampus merdeka).

Kita harus berubah mengikuti jaman.

Tidak semuanya yang sekolah itu untuk jadi dosen. Akhirnya belajar hanya untuk melahirkan pengajar.

Kita butuh yang applied, dalam kehidupan.

Agar kita bisa berkembang secara besar. Tidak ketergantungan akan satu profesi.

Demikian.

Tapi, sekali lagi, apapun itu.

Terima kasih ya Alloh. Akhirnya lulus, minimal tidak harus bayar lagi.

Capek!

(Rikigana)

Jumat, 08 Januari 2021

Corona ini Nyata

 Di tengah kesibukan menyelesaikan tesis, yang alhamdulilah sudah di daftarkan di sidang (tinggal nunggu jadwal), ada berita heboh : paparan virus di kampus.

Sontak, kampus di liburkan (lock down) sampai 2 minggu kedepan. Walau sempet dongkol, karena administrasi jadi lambat dan kejar-kejaran agar tidak bayaran lagi, saya setuju dengan keputusan tersebut.

Apa hal? Bagi yang belum percaya dan menolak vaksin, dan selalu mengutip ayat kitab suci, ini harus berpikir ulang.

Saat ini saya percaya, bahwa corina itu ada, dan valid 100%.

Tahun lalu memang katanya, hanya lihat di berita dunia (china). Berjalan bulan, masih lihat di berita nasional (masuk indonesia dan banyak yang kena). Akhir tahun 2020, dan awal tahun 2021, bukan lagi katanya. Bukan lagi dari berita. Tapi nyata. Di lingkungan terdekat dan lingkaran aktifitas. Memang ada. Terbukti.

Mula-mula di lingkungan perumahan, ada yang terkena. Walau alhamdulilah bisa sembuh kembali (karena imun nya kuat dan diobati), tapi jelas membuktikan bahwa gejala penyakitnya adalah corona. Dari mulai kehilangan indra penciuman, sampai lemas di badan. Dia tidak punya penyakit bawaan. Dia tetap segar, tapi isolasi. Dia membuktikan bahwa corona itu benar adanya.

Tak lama berselang, berturut-turut datang berita duka. Dosen dikampus 2 orang meninggal dunia. Setelah di telisik, ternyata akibat corona (covid-19).

Memang beliau berdua sudah usia tua, ditambah pula bawa penyakit bahaya. Jantung, diabet, asma. Tapi, saya hanya ingin menyampaikan bahwa ini lebih jelas. 

Corona itu ada.

Semoga vaksin segera di distribusikan dan disuntikan.

Saya tidak khawatir karena masih usia muda dan tergolong tidak rentan.

Tapi, saya punya anak2 di bawah 5 tahun. Saya punya orang tua dan mertua di atas 60 tahun.

Walau, urusan nyawa adalah rahasia yang Kuasa. Tapi, setidaknya kita berusaha.

Wallahu alam.

(Rikigana)


Senin, 04 Januari 2021

Tahun Baru

Sudah 2021, Alhamdulilah, segala puji bagi Alloh atas segala Nikmat yang di berikan sampai dengan 2021 ini.

Rencana bikin tulisan di akhir desember, tapi ga kesampean, karena betul-betul berjibaku menyelesaikan tesis.

Di geber terus-terusan, sampai akhiirnya tepat di tahun baru, tesis selesai semua dan langsung di kirim ke pembimbing.

Prof yang selalu nanya tentang tesis, saya kasih full, dan saya hitung, berapa lama dia akan meriksa sekitar 200 halaman itu.

Mabok-mabok, hehe..

Di Desember 2020 kemaren, alhamdulilah, trip sejarah selesai pula. Terutama rangkaian dari keliling tatar sunda (Banten dan Jawa Barat) -- menggali museumnya, sejarahnya, atau adat istiadatnya.

Di akhiri dengan situs ciung wanara, karang kamulyan ciamis. Akhirnya tepat di desember 2020, lengkap petualang sejarah tatar sunda.

4 hari yang luar biasa: garut, tasik, dan ciamis sekaligus di sambangi. Liputannya akan di update di fanpage jelajah museum, dan juga instagram pribadi. Perjalanannya sudah sy update di fb dan twitter.

Luar biasa..

Jelajah selesai, tesis selesai.

Selanjutnya 2021, mengenai pekerjaan, masih seputar ngajar : guru dan dosen. Tapi, tepat juga di malam tahun baru, di tawari untuk kembali menjadi tenaga ahli di perusahaan dulu (langsung sama dirutnya, yang di mediasi oleh seorang teman).

Walau masih tahap pendahuluan (mungkin dia sedang wawancara tidak langsung dengan ngobrol ngaler ngidul), saya sudah menyetujui untuk bergabung, tentu fengan Catatan! Terutama masalah kecocokan harga.

Kenapa kembali tertarik? Pertama, mungkin karena kejenuhan akibat pandemi. Kedua, bagaimanapun tetap ada kemistri, baik dari sisi keilmuan refraktorinya, maupun dr tempat dan lingkungannya. Ketiga, sebagian besar personil sudah berganti, manajemen top total berganti, orang-orang ngeyrl memang segelintir masih ada, tapi, dedengkot yang rajanya dan kroconya sudah lama hengkang juga.

Lantas, bagaimana niat usaha dan PT? Tetap dilakukan sambil jalan. Tentu, perlu di akui, dunia usaha tak semudah yang di bayangkan. Butuh proses dan waktu, untuk terus bergerak. Sambil membuka wawasan lainnya.

Terus, bagaimana ngajar? Sebagai hobi, saya takkan meninggalkan ngajar.

Mungkin di kurangi. Jadi guru harus di lepas. Jadi dosen tetap di pertahankan.

Ini skenario jika cocok gabung di SMS (nama perusahaan). Jika tidak? Ya, kembali ke aktifitas saat ini. Sambil memperluas jaringan.

Bagaimana di masyarakat? Pasti aktifitas berkurang, tapi coba tetap di pertahankan. Mengurusi administrasi keartesisan tetep berjalan, sampai masa jabatan berakhir.

Tapi, jika kemudian betul2 tak bisa terpegang. Tentu tak bisa egois, ini harus kita tinggalkan. Kasihkan ke yang lain.

Demikian, dan tak lupa, awal tahun istri sakit, tak kira mau mengandung anak ke empat, sedikit khawatir kalo harus nambah lagi (bukan tidak mensyukuri), tapi setelah tes hasilnya negatif. Hanya sakit. Dan berangsur-angsur sembuh.

Manusia hanya mampu merencanakan, suratan itu kuasa ilahi.

Semoga tahun 2021 lebih baik, tahun kebangkitan kembali!

Aamiin YRA...