Minggu, 29 Maret 2020

Nunggu Antrian

Mengenai corona, yang tak kunjung mereda, kadang saya merenung, kemudian bergumam yang tak disengaja: " rasanya, kita hanya menunggu antrian, cepat atau lambat, virus itu datang."

Kenapa demikian, terus terang saya pesimis akan pemerintah yang tak siap menangkal ini. Rasanya banyak hal yang memang tak bisa menjadi andalan. Langkah2 taktis emamng sudah dilakukan. Tapi, masih sangat jauh dari harapan. Misal: sampai detik ini, belum ada pengujian untuk seluruh warga, sedangkan angka yang tertular terus melonjak. sudah 1000 lebih hanya dalam waktu 2 minggu.

Semakin tinggi angka yang tertular. Semakin bertambah yang meninggal. Memang ada yang berhasil di sembuhkan. Tapi nyatanya, hanya sepersekiannya saja -- masih dibawah 1%.

Dari berita dunia yang coba saya ikuti. Terus terang di indonesia ini, kasus covid menjadi sangat pelik : Pemerintah yang kurang Gercep, Kekuatan ekonomi yang anjlok (dolar nyentuh 17000), ketahanan pangan yang belum bisa dipastikan, ditambah rendahnya disiplin masyarakat untuk mengikuti arahan pemerintah. Ini real terjadi.

Dengan demikian, saya wajar berpikir, bahwa ini hanya masalah waktu -- walau selalu berharap, ada keajaiban di kemudian hari.

Pemerintah sudah memperpanjang masa social distancing s.d Juni 2020. Tapi, kalo tidak dilakukan apa-apa pada masyarakatnya: di test tidak, dilakukan pendisiplinan pun tidak. Ya, sekali lagi, hanya akan sia-sia.

Saya setuju untuk tidak panik. Saya setuju untuk mempertahankan ekonomi. Tapi, ini tentang nyawa manusia. Yang seharusnya menjadi hal paling utama, di atas segalanya.
-
Berikut data dunia per hari ini (dari kompas.com): yang terjangkit: 531.779 Kasus. Jumlah kematian 24.071 orang ;sembuh 123.942 orang.
Berikut data di Indonesia: yang terjangkit: 1.155 Kasus. Jumlah kematian 102 orang ; sembuh 59 orang.
-
(rikigana)


Secara global, kasus yang sudah terkonfirmasi mencapai setengah juta dari populasi masyarakat dunia, yakni sebanyak 531.799 kasus. Adapun jumlah kematian telah mencapai 24.071 orang, sedangkan mereka yang sembuh adalah 123.942 orang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jumlah Kasus Corona di AS Terbanyak di Dunia Melebihi China", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/27/103300465/jumlah-kasus-corona-di-as-terbanyak-di-dunia-melebihi-china?page=2.
Penulis : Nur Rohmi Aida
Editor : Sari Hardiyanto
Secara global, kasus yang sudah terkonfirmasi mencapai setengah juta dari populasi masyarakat dunia, yakni sebanyak 531.799 kasus. Adapun jumlah kematian telah mencapai 24.071 orang, sedangkan mereka yang sembuh adalah 123.942 orang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jumlah Kasus Corona di AS Terbanyak di Dunia Melebihi China", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/27/103300465/jumlah-kasus-corona-di-as-terbanyak-di-dunia-melebihi-china?page=2.
Penulis : Nur Rohmi Aida
Editor : Sari Hardiyanto
Secara global, kasus yang sudah terkonfirmasi mencapai setengah juta dari populasi masyarakat dunia, yakni sebanyak 531.799 kasus. Adapun jumlah kematian telah mencapai 24.071 orang, sedangkan mereka yang sembuh adalah 123.942 orang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jumlah Kasus Corona di AS Terbanyak di Dunia Melebihi China", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/27/103300465/jumlah-kasus-corona-di-as-terbanyak-di-dunia-melebihi-china?page=2.
Penulis : Nur Rohmi Aida
Editor : Sari Hardiyanto

Rabu, 25 Maret 2020

Terancam Tertunda

Memasuki minggu ke-2, work from home gara-gara virus covid 19 (pandemi korona). 

Sudah kami lakukan sekeluarga kerja di rumah selama seminggu. Menekuni instruksi pemerintah untuk sosial distancing. Yang belakangan berubah menjadi fisikal distancing. Berul2 harus diem d rumah -- walau banyak banget ornag yang sangat tidak disiplin. Tetap berkeliaran, aktifitas yang gak penting2 amat.

Ya, begitulah. 
Alih-alih menipis. Malah persebaran virus dari hari kehari semakin bertambah. Perhari ini sudah mencapai angka 600, sembuh 30an, meninggal 40 an. Ngeri-ngeri sedap!

Banyak faktor, banyak juga sebetulnya ketidaksiapsiagaan dari semua pihak. Tapi, ya apa mau dikata. Cerminan indonesia, untuk saat ini, ya begitu.

Banyak kegiatan terancam gagal. Ini sungguh berat, karena berkaitan dengan kgiatan2 utama bagi saya. Mengenai waktu dan kesempatan. Sempro tesis, yang jauh2 hari d persiapkan. Dan tinggal sidangnya. Terancam gagal. Daftar sudah dari februari. Karena segala sesuatu terlambat ke Maret. Dan akhirnya di pertengahan maret, ada virus, otomatis d tunda, pada waktu yg belum bisa d tentukan.

Kursus inggris di LIA, yang semestinya ada writen Test nya, akhirnya cuma interview dengan video call whattsap. Lumayan sih, ada alternatif2.

Aktifitas ngajar: tentu seiring anak2 sekolah d liburkan, saya alihkan pengajaran melalui whatsap -- ada aplikasi dr kemendikbud, khusus Banten, untuk pembelajaran daring, tapi karena belum memungkinkan d SMK PELNUS jadi belum bisa dilakukan. Ini gambaran, tentang pemerataan pemahaman teknologi d sekolah2.

Otomatis, betul2 WFH. Apa aja kegiatan nya?, Pagi s.d siang, setelah beres2 rumah, kami melakukan pengajaran online untuk si kaka. Ngerjain tugas dan kirim ke sekolah. Kemudian, biasa kami sholat berjamaah, maen bersama anak-anak, kalo malem ya nonton bareng2.

Sudah bosen dengan semua sumber berita, tv dan medsos semua tentang corona. akhirnya, kita memcari solusi. Baca buku atau nonton film2 yang lumayan menghibur.

Semoga segera berakhir, kondisi ini. Walau memang sdh terlambat. Sebentar lagi puasa. Lebaran. Mudik. Bisa-bisa persebaran nya malah semakin melonjak. Apalagu  tingkatdisiplin dan sosial rakyat indonesia masih begitu rendah
(Rikigana)

Kamis, 19 Maret 2020

14 H a r i

Masih dalam amasa karantina wilayah (lock down dalam bahasa inggris).

Dengan waktu 14 hari, yang sampai dengan hari ini baru berjalan sekitar 6 Hari. Antara efektif dan tidak. Antara efisien dan tidak. Apa sebab? Di sekitaran kami, tak ada perubahan yang drastis. Orang tetap berkerumun, jalan-jalan dan melakukan aktifitas sebagai mana biasanya. Dalam hal disiplin, masyarakat indonesia masih sangat jauh dari sempurna. Mungkin bisa karena tidak paham, lainnya pura2 bego, lainnya mabok agama.

Semua himbauan tak dihiraukan. Merasa tak perlu di khawatirkan, karena punya tuhan. Sepersiakan memang serasa tidak salah, bagi sebagian orang dungu bisa menjadi kebenaran. Tapi, inilah bahaya nya. Ketidak pahaman yang justru menjerumuskan orang lain.

Banyak teori sederhana menjelaskan, lock down yang dilakukan, di harapkan memutus mata rantai penularan virus. Dengan asumsi mengkarantina orang yang kena dan membiarkan mereka untuk di sembuhkan. Dan juga, memutus rantai penularan agat tidak menjadi wabah besar. 14 hari merupakan siklus virus corona untuk beratahan di tubuh manusia. Apabila masa 14 hari tersebut terlewati, akhirnya virus tersebut akan mati dengan sendirinya oleh imun tubuh kita.

Beberapa waktu lalu, indonesia di nobatkan sebagai negara maju. Lantas, apa betul begitu? Hampir sebagian besar orang nyatanya masih melakukan perkeliruan-- secara bersama-sama.
(rikigana)

Senin, 16 Maret 2020

Lock Down Corona

Ternyata indonesia tak bisa terhindar dari serangan virus corona (yang kemudian di sebut dengan nama covid -19).

Virus yang pertama kali muncul di China Wuhan, pada Des 2019 ini, sekarang melanda indonesia. Di mulai di awal MAret dengan 2 orang terdeteksi. Kemudian sampe dengan pertengahan maret ini meningkat drastis lebih dari 100 %. Sudah tercatat 177 kasus, dengan yang meninggal 5 orang dan yang sembuh 6 orang. Dan tak menutup kemungkinan, ini akan terus bertambah. mengingat penyebaran virus ini sangatlah cepat.

Pada akhirnya, pemerintah pun melakukan Lock Down. Istilah yang akhir-akhir ini menjadi ngetren. Karena beberapa negara sudah ada yang melakukan metode ini. Negara-negara yang sudah dulu terkena akibat virus covid-19. Memang banyak asumsi, tak mungkin indonesia tidak kena dari dulu-dulu, hanya di tutup2i, atau karena kita telat mendeteksi. Sekarang virus sudah dikategorikaj pandemi,artinya virus tersebut sudah menjadi bencana duni yang melumpuhkan segala macam perekonomian dan kehidupan.

Kembali ke lock down, yang berarti mengisolir. Sudah dilakukan edaran pada semua jajaran bahwa 14 hari kedepan, seluruh sekolah dan univ di liburkan, Instansi di batasi dan perusahaan pun demikian.

Sekilas info, sebagai pengingat.

Otomatis semua agenda terhambat. Positifnya, bagi saya bisa berkumpul dengan kelauarga, dan konsentrasi penyelesaian proposal tesis. Negative nya, agenda banyak yang cancel. Termasuk rencana kunjungan ke museum multatuli bareng komunitas dan ke semarang untuk explore. Akhirnya terpaksa harus di pending.

Dimana-mana virus memang bahaya, termasuk virus cinta.
(rikigana)

Minggu, 15 Maret 2020

P U I S I M A R E T

• KAMU PLASEU •

pura-pura lupa,
logika jadi punggawa
atau..
penjejalan jayabhaya
sensitivitas pada 'keindahan'
semakin menganga

Sedikit kering rasa
Banyaknya, jengah melanda
Lainnya ?
Ah, jagat dewanata !
bukan agama, bukan corona.

masa lalu di rindu
-- saat berlembar puisi lebay di umbar
saat imajinasi begitu melebar
Tak ada buntu
Hanya lelah, untuk tidak menyerah
.
Serang, Maret 2020
-rgs-

Sabtu, 14 Maret 2020

Cek Maret

Sampai dengan maret 2020 ini belum aja sidang proposal tesis. Awal mula prodi yang ga memberikan jadwal. Stelah itu jadi ketumpuk sama kegiatan lain.

Ah, sudahlah..
Selalu aja ada hal rumit yang seharusnya menjadi sederhana.

Ternyata S2 bikin males.

--

Sekarang sedang ribut virus corona (covid-19), yang berasal dari cina (wuhan) itu. Yang sekarang sudah di nyatakan sebagai Pandemi. Karena berakibat pada perekonomian dunia. betul-betul tahun 2020 yang drop. Indonesia yang digadang-gadang tak masuk corona, akhirnya jebol juga. Apa mau dikata, tak ada yang sempurna. Hanya soal waktu. Dan akhirnya, waktu itu pun tiba.

Jadi resah dan takut. Apalagi jika melakukan kegiatan-kegiatan besar. Beberapa acara yang harus saya ikuti di Pusat, - peluncuran program merdeka 4 harus di pindahkan ke aktifitas daring. Padahal yayasan kami, terpilih sebagi 200 organisasi penggerak yang di undang dalam peluncuran tersebut. Beberapa acara di bulan april -pelatihan di museum nasional- tetep dilakukan, tapi juga dengan hati yang was-was. Berkesempatan untuk mengunjungi pameran darwis triadi dan sapardi djoko damono di musnas tersebut.

Walau pas kesana kena tilang polisi di jakarta.



--

Sabtu depan kita berencana mengunjungi museum multatuli, bersama komunitas sajarah banten dan murid2 SMK pelnus serang. Semoga di lancarkan (rikigana)