Rabu, 22 Januari 2020

Bapak yang Tua

Bapak sedang di rontgen
Di bandingkan saya, bapak tak 'akrab' dengan sakit. Apalagi sampai mencicipi rumah nya orang sakit. Beliau giat beraktifitas, seinget saya, baik saat menjabat jaro ataupun setelahnya, waktu senggang selalu dimanfaatkan untuk berkebun : MACUL.

Bapak pun petualang sejati. Semua tempat terjangkau di sambangi. Hampir di seluruh tempat itu pula, ada kenalannya. Dimulai dari pejabat, kyai, jawara sampai uka-uka goib pun ada. Entah apa motivasinya, tak sampai hati untuk nanya.

Yang pasti, seinget saya staminanya selalu prima. Sekalipun sakit, cukup racikan jamu sendiri obatnya.

Bapak memang perokok berat -- tapi sakit yang ini tak berhubungan dengan jantung.

Satu-satunya analisa : usia.
Di 64 tahun, tentu semua perangkat ada masanya, di sadari ataupun tidak.
--
Saya menjadi 'heut-heutan' tentunya,
nyuhunkeun do'a na ti para baraya.

Sabtu, 18 Januari 2020

B e r m a s y r a k a t

Tadi pagi, ada tetangga yang meninggal.
Seumur-umur di komplek, baru kali ini saya ikut serta. Biasanya cukup istri yang ikut serta.

Minggu lalu, ada gotong royong RT, seumur-umur saya juga tidak pernah mengikutinya. Biasanya cukup ganti uang untuk ketidakikutsertaan.

Dua minggu lalu, ada rapat RT di perumahan. Seumur-umur saya pun tidak pernah mengikuti. Cukup info dari grup whatssup mendengar info-infonya. Atau cukup minta sesuatu, jika ada maslaah kepada orang-orang berangkutan.

Dirasa-rasa, saya menjadi mahluk egois, yang tak bermasyarakat.
Ini baru saya sadari saat-saaat ini. Ternyata ga berimbang, ga sesuai dengan moto 'keep live for balance'. Saya sebetulnya orang yang sangat suka bersosialisasi dan berorganisasi. Tak pernah sedikit pun berniat untuk menghindar. Tetapi karena keadaan,atau lebih tepatnya status pekerjaan, jangankan kegiatan di masyarakat lingkungan perumahan, banyak acara keluarga sekalipun terlupakan.
Pergi sangat pagi, dan pulang sangat malam. Disamping jarak yang lumayan jauh ke cilegon. Rasanya pekerjaan pun tak habis-habisnya di kantor. Apalagi saat pegang proyek. Tak mengenal libur. Sabtu-minggu pun dihabiskan di kejar-kejaran target. Untuk itu juga saya sarankan, kepada para pasangan muda terutama, jika memang memilih kerja, rumah jangan jauh-jauh. Karena ini menghabiskan waktu dan energi.
Jadi begitu sibuknya, sembari serasa tak napak di bumi. Egois dan tak kenal lingkungan.

Alhamdulilah, 3 kegiatan di atas tadi saya ikuti. Disamping memang lika-liku beraneka ragam pemikiran dan tentunya karena perbedaan lingkungan awal dan pendidikan. Bermasyarakat sebetulnya menyenangkan. Tapi tentu dalam kadar tertentu yang pas. Bukan pula yang holic, yang ujung-ujungnya hanya jadi melakukan perbuatan sia-sia.

Saat ini saya menikmati. Menikmati sosialisasi di lingkungan ke RT an, sosialisasi di kegiatan-kegiatan yang ada, sosialisasi di Mesjid.

Dominasi lingkungan saya para PNS di pemerintahan (impian generasi X maupun Y di Banten, yang ingin selow). Dalam urusan kesantaian dan luangan waktu, sangat banyak.
Memang ada beberapa yang bernasib sama, sebagai karyawan, ya tentu ini pun tak pernah keliatan batang hidungnya. Hanya mengisi ruang kosong di WA.

Terakhir, saya sarankan, terutama bagi generasi milenial dan Y. Boleh mengejar ambisi untuk mendapatkan sesuatu (duniawi), tapi jangan lupakan sosialisasi.
Mari bermasyarakat.
(rikigana)

Jumat, 17 Januari 2020

Dua poin

Dua poin hari ini, yang harus di tuliskan.

1) Tentang bisnis di pendidikan -- pagi tadi, ikut meeting dengan guru2 di SMK swasta. Saya mencoba menyelami. Dan nyata nya fokus sekolah ini, saat ini, tentang bisnis menjaring murid. Mungkin ini realitas. Karena nyatanya ini tidak haram dan butuh hidup.
Pada tahap ini saya setuju, toh itu sekolah swasta. Tapi kalo bicara ke holistik pendidikan yang lebih besar, saya agak miris, ternyata fokus pendidikan kita nyatanya tidak pada kualitas KBM, tetapi berfokus pada strategi mencari uang. Tapi sekali lagi ini syah. Swasta.

Nah, bagaimana dengan negeri? Saya berdoa mudah2an betul2 fokus pada KBM dan menciptakan atau mengkader generasi. Kalo negeri pun begini, ambyarlah.
Terpaksa kualitasnyabakan tetap seperti ini.

Saya banyak berharap pada menteri pendidikan yang sekarang, yang muda, pa nadiem makarim.

2). Tentang mengajar -- ternyata capek! Bagi saya yang biasa menyampaikan materi dalam seminar2, terutama dengan peserta orang2 dewasa atau mahasiswa, mengajar SMA sama sekali berbeda. Dimana bedanya? Audience nya. Anak2 usia sekolah yang berjubel itu, sedang masa2 pubertas. Sedang show up. Dan terkadang tidak peduli akan pelajaran yang sesungguhnya. Bagi mereka, belajar di sekolah itu membosankan. Ada guru itu menjemukan. Nah, inilah capeknya. Ada tugas tambahan yang mesti dilakukan, selain memberikan pemahaman tentang pelajaran yang di ampu, mesti mampu memahami psikis siswa. Agar pembelajaran efektif dan efisien. Saya gak kebayang kalo orang mengajar tingkat SMP,SD apalagi TK. Begitu menguras energi.
Ini beda dengan seminar atau ngajar kuliah, terkadang kita hanya fokus pada materi yg akan di sampaikan. Banyakin diskusi. Dan feel free.
Tapi dengan anak sekolah, berbeda tentunya. Karena mereka sedang cari jati diri, yang malah kadang show up untuk merasa diri di akui.
Betul-betul harus pintar mengatur suasana. Kalau tidak bisa diremehkan anak murid.
Kecenderungan murid sekarang meremehkan guru. Membuly guru. Ceplas ceplos dan tak ada hormat -- itu kecenderungan yang saya perhatikan. Tewaslah beberapa guru yang di begitukan. Akhirnya emosi dan timbul pertentangan antara guru dan murid. Jika guru 'kuat', cenderung murod takut dan tidak aktif. Jika guru 'lemah', cenderung di sepelekan yang berakibat pada ketidakdihormatinya guru.
Boro-boro materi akan tersampaikan dengan baik. Yang ada kecenderungan gaduh dan tidak fokus.
Nah baiknya gimana? Baiknya mengayun dan beritme. Melihat keadaan. Saat ini saya masih trial n eror. Belum bisa menarik kesimpulan dan langkah teknis. Mungkin suatu saat akan share kembali.

Demikian, sengaja saya tuliskan, sebagai pengingat keadaan.
Saya riki gana, guru sejarah kelas x di smk smk pelayaran nusantara. Baru ngajar 2 kali, di 2 kelas yang berbeda. (Rikigana)

Kamis, 16 Januari 2020

Petjah Telor (Bimbingan 1)

Yes!

Dengan sedikit paksaan dari prof pembimbing, akhirnya terlaksana bimbingan 1 --untuk pengerjaan Tesis di Manajemen Pemasaran UNTIRTA. Hasilnya memuaskan, ketemu arah dan tujuan. Setidaknya jalan menuju apa yang seharusnya dilakukan.

" Musuh terbesar adalah kemalasan, dengan rentetan alasan-alasannya. Selalu mencari pembenaran ", dengan nada ketus manja, Prof perempuan ini marah-marah. Dia selalu kesal, karena dia merasa lebih aktif dari saya untuk nagihin bimbingan. Padahal, dia bilang semua ini untuk anda. Yang bayaran anda, yang rugi juga anda. 

Betul juga, sih !
Saya hanya cengar-cengir ga jelas. Sesungguhnya memang demikian yang terjadi. Jurus pamungkas ketika menyadari apa kesalahan. haha...

Saya punya keuntungan sebetulnya. Punya pembimbing 1 & 2 perempuan. Yang cerewet dan terkadang moody, tapi sangat peduli. Ini terbukti, dia membahas sampai ketemu titik dimana yang harus di kerjakan. Ini sih di cekokin namanya. hahaha...

Saya cuma bisa ketawa-ketawa ga jelas aja. Udah lama gada yang marahin seperti ini, kadang rindu juga sosok mamah yang kadang dengan ketus marah-marah. Atau inget mantan yang kadang marah-marah, karena kemalesan yang dibuat saya sendiri. Hahaha....

Dan finally,
Pertemuan 1, sudah menemukan model yang tepat, dengan referensi jurnal yang sudah di dapat, dan research gap yang sudah di temukan. Akhirnya model penelitian pun berhasil ditemukan. Selanjutnya, di tantang untuk membuat bab 1 s.d bab 3, untuk di kumpulkan di senin ini.

Saya yakin bersemangat, karena ga enak dimarahin untuk kedua kalinya.
(Rikigana)

Selasa, 14 Januari 2020

Rekaman CV

Pukul 00:21

Selarut ini, kadang lewat untuk memejamkan mata.
masih berkutat di layar laptop. Semenjak langganan wifi di rumah (untuk kantor), ada kebiasan baru dari bulan2 lalu -- online terus setiap saat. Semakin kesini, ternata semakin banyak pengetahuan yang bisa di dapat. betul-betul era streaming yang luar biasa. Apapun ada, tergantung bagaimana kretifitas kita untuk mempergunakannya.

Hal ini yang tidak bisa saya lakukan ketika rutin menjadi karyawan. Rasanya hidup begitu flat setiap minggu nya.

saat ini lagi penasaran dengan monetisasi yang ada di fanpage fesbuk. Luar biasa menarik (menjadi godaan terbesar untuk mencoba menyusun proposal tesis). Begitu penasarannya kan target yang diberikan. tertantang untuk menaklukan -- bukan semata-mata hanya ingin mendapatkan money nya --
Betul-betul era 4.0 yang keren. Sungguh kasihan yang tidak open minded, dan cenderung melihat dunia datar, atau hitam putih. Padahal akses informasi sebegitu luasnya. Tapi terkadang masih di kutubkan atau dikotomikan oleh pembelaan yang taklid akan sesuatu, terutama politik.

Ah, saya belum begitu tertarik bicara politik, atau konsen didalamnya. Walau beberpa group, atau beberapa teman, cenderung memlih jalan pintas untuk keatas, dengan cara latah berpolitik praktis. Tidak masalah sih, hanya saya merasa bukan passion saya demikian.

Eh, jadi ngelantur jauh. Begitulah, saat memulai emang susah untuk niat menulis. Tapi, saat sudah menuliskan satu atau dua kata, terkadang tak terbendung untuk menceritaskan segalanya.

Maksud dan tujuan saya menulis dini hari ini sebetulnya ingin mengesave curiculum vitae di sini. Terbaru. Hal ini terinspirasi dari salah satu HRD perusahaan, yang secara halus bicara tentang kualifikasi saya yang sudah jauh. Entah maksudnya apa, toh saya pun tak bermaksud serius untuk gabung dengan beliau. Tapi kemudian saya baca ulang curriculum vitae saya. Saya malahan kadang tidak percaya, ternyata sudah begitu banyak hal yang sudah dilakukan. Dan itu kenyataan -- semua yang saya tulis di situ, di record, merupakan hal yang bisa sy pertanggungjawabkan. Terlepas dari kesombongan, saya jadi bergumam dalam hati, betul juga kata temen HRD tersebut.
Kadang saya terlalu malas untuk menyesuaikan CV tersebut, contoh disesuaikan dengan apa yang dimaui oleh HRD. Ketika diminta, saya cenderung memberikan apa adanya. Tanpa di pilah-pilah. Memang demikian adanya. Dan...ya gimana, menurut saya hal tersebut sangat biasa, terutama bagi saya yang merasa itu tidak ada apa-apanya dan saya masih haus yang lainnya. Tapi beberpa orang berkomentar, kenapa saya tak menjualnya. Jawaban saya singkat, saya bosenan, mencari tantangan selanjutnya, bukan menjual bak kacang goreng keahlian yang sudah di dapatkan. Toh juga masih banyak kurangnya -- menurut saya. Giliran orang memang membutuhkan, ya hayo kita jalan. Tanpa repot-repot memoles segala keahlian yang palsu.
Ya begitulah saya...

Baik, ini CV saya, numpang save brother...
(Rikigana)


Zoom untuk melihat

Sabtu, 11 Januari 2020

Januari yang Dingin

Januari yang dingin...
Di beberapa tempat dilanda bencana alam banjir, bandang dan tanah longsor. Alam menjadi serba salah, saat kemarau berkepanjangan orang rame-rame minta hujan. Dan disaat musim penghujan, di beberapa wilayah yang terkena banjir minta agar kemarau.
Kita tentu sadar, semua bencana ini pun sedikit banyak merupakan akibat ulah manusia. Hutan-hutan di hilir tak terselamatkan dari pembalakan. Lahan terbuka berubah menjadi bangunan-bangunan beton. Orang cenderung melupakan, baru sadar ketika bencana terjadi. Baik kekeringan maupun kelebihan air.

Tapi kita takkan membicarakan itu, sudah banyak yang membahas dan sudah banyak pula sekarang yang relawan untuk membantu. Tanpa menghilangkan rasa empati kepada yang terkena bencana, terkadang saya merasa beberapa ' relawan' hanya menjadikan bencana sebagai wisata. Mohon maaf, saya tidak lebih membantu di bandingkan mereka. Tapi agak menjadi hilang respek ketika melakukan sesuatu selalu ada pamrihnya. Terutama untuk kepopuleran lembaga ataupun pribadi...
-----
Sudah januari..
Sudah 2020..
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu.
Jika panjang umur sampai juli mendatang saya berusia 34 tahun.

Masih mencatat dan menceritakan aktifitas pribadi.

Di bulan januari ini, beberpa kegiatan dilanjutkan dari 2019. Contoh mengenai kursus bahasa inggris di LIA. Di bulan desember hasil test untuk CV 1 keluar, hasilnya memuaskan. Untuk itu, saya coba lanjutkan untuk di level 2 -- CV 2. setidaknya sampai dengan maret atau april 2020. Setelah itu, entah, masih ragu apakah mau lanjut ke level 3 atau tidak, tergantung nanti (sebagai informasi kursus conversation di LIA ada 6 tingkat).

Aktifitas terbaru mengajar. Mengajar Sejarah. Sebagai guru sejarah di sekolah kejuruan swasta (SMK Pelayaran Nusantara) di Serang. Entah kebetulan atau tidak, atau tepatnya sih peluang dan berkah dari Alloh SWT yang tidak di duga-duga. Sedang konsentrasi mengelola fanpage Sajarah banten (Fb, yang di target untuk dilakukan monetisasi yang sulit untuk dipenuhi,hehe), tiba-tiba ada tawaran di Grup atau tepatmya lowongan untuk mengajar jadi guru sejarah. Bak dicinta ulam pun tiba, saya yang suka sejarah di tawari untuk mengajari sejarah. Ya, saya coba untuk melamar. Sempat pesimis, karena bukan lulusan sejarah. Tapi tak dinyana, setelah melalui obrolan baik langsung maupun tidak, saya tetep di promote oleh kepala sekolahnya untuk mengajar sejarah. Walaupun untuk saat ini saya 'agak' tidak peduli dengan sallarynya, biarkan mengalir saja. Sampai sudah mengajar satu kalipun, kita belum membicarakan masalah gaji. Yang penting saya menyukainya.
Barangkali betul kata orang, passion adalah segala sesuatu yang membuat kita bergairah, apapun kondisinya. Merasa bersemangat, tanpa pamrih. Berbahagialah jika perusahaan2, yayasan2 atau lembaga apapun mendapatkan karyawan2 sesuai dengan passionnya. Dia akan sungguh2. Tapi, bos2 jangan terlena atau kebangetan. harus berpikir timbal balik, walau tak hitung2an. Karyawan begitu, tetap harus dihargai dengan gaji yang sesuai. Malah bila perlu lebih. Karena integritasnya takkan di ragukan lagi. Buat dia merasa nyaman, dan lebih nyaman.

Nah, ada sesuatu yang agak mengganjal. Luar biasa males untuk memulainya. Ini tak boleh di ikuti oleh yang baca tulisan ini. Siapapun itu. Ini tentang tesis. Betul kata prof.pembimbing saya. Yang paling susah itu menangkal kemalesan untuk memulainya. Tidak ada orang yang tidak bisa, kalo mencoba terlebih dahulu.
Saya berulang-ulang berniat. Dan ini yang kesekian kalinya, bahwa minggu depan, senin, di januari ini saya harus segera menyusunnya. Seribu alasan memang untuk memulai, tips nya adalah harus dicoba. Paksa dan coba aja terlebih dahulu.

Ganjalan kedua, di wirausaha, di PT Anu Kula Ghana, agak vakum. Tapi biarlah ini menjadi prioritas selanjutnya, setelah tesis, ataupun sambil jalan. Sebab terkadang peluang itu pun timbul tak mengenal rencana. Datang tiba-tiba. menunggu pun bosen rasanya.

Sudah magrib untuk kota serang dan sekitarnya.
Saya sudahi saja tulisan ini. Terima kasih (Rikigana)