Jumat, 30 April 2021

Jabal Nur


Sesuai namanya, jabal Nur (bukit cahaya), mesjid ini terdapat di puncak bukit di perumahan bukit palem cilegon. 

Sekedar nostalgia, hari ini, sekalian akan ada pertemuan dengan kajur teknik metalurgi dan dirut PT SMS ; terkait refraktori, saya jumatan di mesjid ini. Mesjid yang nyaman, bersih, rapi, adem, dan karena benar-benar di bukit viewnya sangat bagus -- luas.

Saya pernah ngontrak di komplek elit bukit palm ini. Sewaktu kuliah, sekitar 1 tahun 6 bulan, dan sebentar sewaktu kerja (sebelum nikah dan beli rumah di rumah subsidi itu; yang masyarakatnya rada-rada ruwet, dan jadi tantangan pengabdian, hehe...).

Perumahannya jelas elit, di bukit, pengisinya juga elit, dominan pekerja pabrik kimia; awalnya memang perumahan ini di khususkan untuk perumahan karyawan pabrik kimia tersebut, termasuk ekspatriatnya. Seiring waktu perumahan ini di jual bebas.

Bukan karena kaya dan banyak uang saat itu saya berkesempatan ngontrak di lantai 2 perumahan ini. Lebih karena pemanfaatan rumah yang tidak di tinggali. Karena jaraknya lumayan jauh dari kampus (kampus ada di bawah bukit), rata-rata orang kaya enggan tinggal disini. Akhirnya kalaupun di buka kontarakan jarang yang minat. 

Tapi itu dulu, sekarang semenjak ada transportasi online sudah banyak yang ngisi dan harganya wah.

Kembali ke mesjid, saat itu, saya selalu menyempatkan shalat di mesjid ini. Sambil sesekali menenangkan diri. Dari segala tugas dan rutinitas kampus. Lelah memang, karena ditempuh dengan jalan kaki, naik bukit. Olahraga yang tidak terasa.

Alhamdulilah, hari ini bisa shalat disini kembali. Tentu tidak jalan kaki. Sudah pakai mobil pribadi. 

Sekali lagi alhamdulilah Ya Alloh, atas segala nikmatmu. Kalo dipikir-pikir, dulu begitu sulit, sekarang sudah begitu banyak kenikmatan-kenikmatan yang di dapatkan.

Dunia ini memang rahasia, tapi kita harus berjuang untuk membuka nya.

-

(Rikigana)

Rabu, 28 April 2021

Urang Banten

Saya termasuk urang Banten, terutama banten kidul. Karena ada sedikit perbedaan antara banten kidul dan utara. Baik dari segi dialek, maupun tata perilakunya.

Banten kidul, dari dulunya memang lebih kental dengan kesundaannya (dari era pajajaran), banten utara kental kejawa cirebonnya (dari era keislaman kesultanan cirebon).

Tapi, ada satu persamaan yang mencolok: tradisi hadorotan, syahadat banten dan hal-hal yang kental dengan mistis religius.

Misal: tentang ziarah-ziarah ke tempat-tempat karomah, wisata-wisata religi dan semua hal yang masih dikaitkan dengan mistiknya. Menurut saya memang wajar, karena ada irisan antara dulu animisme dinamisme, hindu budha, dan terakhir islam.

Kebiasaan nenek moyang tidak serta merta di hilangkan. Dan itu tak boleh dihilangkan, sebagai kearifan lokal, budaya segmented.

Hanya, banyaknya orang yang mengaku orang banten, bersikap berlebihan. Kadar akan mistisnya yang di unggulkan. Bukan pelestarian sebagai budaya, di samping mengulik ilmu logis modern.

Sehingga, jika kita banyak bicara dengan masyarakat banten (terutama generasi tua), akan selalu bernostalgia dengan kemegahan yang di balut kemistisan. Misal: tentang penaklukan banten dari pajajaran karena sabung ayam.

Dilain sisi, generasi muda yang sekarang tersentuh modernisasi 4.0 (internet), banyak yang lupa dan melupakan budaya tersebut. Lebih gandrung dengan mode in yang lagi hits di media sosial. Lupa akan akar peradaban. Memandang kearifan lokal sebagai kenorakan.

Butuh jembatan untuk hal ini.

Untuk itu salah satu proyek idealis saya sebagai urang banten adalah jembatan.

Selamat berbuka puasa...

(Rikigana)

Senin, 26 April 2021

Azas Manfaat

Pasti sudah sering dengan ungkapan ini, ya?

Betul. 

Dalam dunia pergaulan (baik formal ataupun nonformal) kita akan menemukan orang-orang yang juga mempunyai tabiat atau karakter begini. Ada yang terang-terangan, ada juga yang main halus.

Tujuannya sama, hanya ingin mengambil manfaat dari diri kita. Sebetulnya tidak apa kalau itu timbal balik. Yang lebih bahaya adalah kita di jadikan batuloncatan dia untuk diinjek, diambil manfaat kemudian di injek ditinggalkan.

Nah, berhati-hatilah.

Dalam beberapa literatur keagamaan selalu di doktrinkan untuk selalau bersikap ikhlas, nothing to lose saja. Bantu orang apa adanya saja. Terserah mau di jadikan azas manfaat atau bukan.

Sekilas memang betul. Untuk orang-orang dikadar tertentu yang sudah berdamai dengan diri sendiri dan sudah 'dewasa pemikiran'. Orang yang sudah tidak peduli lagi dengan lingkungan sekitar, hanya dia gantungkan segalanya dengan Tuhan YME.

Tapi, dilain sisi, konsep ini jangan ditelan mentah-mentah. 

Sebab, dalam kehidupan yang semakin kompetitif ini. Konsep pasrah seperti itu saja tidak cukup. Kalo kita hanya bermodal seperti itu, niscaya kita akan dijadikan bulan-bulanan untuk di manfaatkan.

Lantas apa yang perlu dilakukan?

Pertama, selalu saat bergaul dengan siapapun, perhatikan dulu karakter orangnya. Bukan kita membatasi diri bergaul dan pilih-pilih orang. Tapi, usahakan selalu 'membaca' terlebih dahulu, orang tersebut seperti apa, tidak perlu kita membangun barrier berlebihan, tapi berwaspada akan lebih baik. Apalagi kalo masuk dalam dunia kerja yang notabenenya uang. Azas manfaat sangat banyak dilakukan. Untuk itu, sekali lagi yang pertama dilakukan adalah baca situasi/lingkungan. Cukup santai saja, tak perlu berlebihan dalam bergaul. tetap pegang teguh prinsip pribadi berdasarkan hati nurani.

Kedua, jika membuat sesuatu, atau mengerjakan sesuatu yang disuruh siapapun, jang terlalu dibuka. Transparan tidak harus telanjang. Terbuka tidak harus semua dikasih tau sama orang tersebut. Selalu ada key yang kita pegang. Sehingga dokumen, atau lainnya sekalipun, tetap ada kuncinya dikita. Jangan sampai di buka sedemikian hingga.

Dulu, saya termasuk orang yang mudah percaya dengan orang. Dengan konsep ikhlas. Nyatanya, banyaknya hanya dimanfaatkan, walau dengan cara-cara yang halus. Akhirnya, berdasarkan pengalaman tersebut, saya menghimbau kepada yang baca blog ini, untuk selalu waspada.

Demikian pelajaran hari ini. 

Selamat berpuasa di hari ke 14 di tahun 2021 / 1442 H.

(rikigana)

Minggu, 25 April 2021

Bully-bullyan

Dalam lingkungan pergaulan apapun, harus kita sadari, bullying (ejek-ejekan, merendahkan, ngenye, dll) pasti ada. 

Fenomena adanya media sosial yang begitu massive, membuat kebiasan bullying semakin menjadi. 

Kecenderungan orang-orang yang suka membully adalah kepribadiannya yang sangat sempit. Biasanya dia ingin menunjukkan eksitensi agar di akui, dengan cara mencari orang/lingkungan yang lemah.

Dalam pergaulan nyata, face to face, proses bully membully hampir disebabkan karena dia ingin di akui kuat dihadapan yang lain. Pun dalam medsos, demikian. Hanya dalam dunia internet, si pembully lebih leluasa karena dia tidak terdeteksi secara nyata (tidak hadap-hadapan, baik orang tersebut kenal, atau tidak).

Nah, karena pada situasi pergaulan apapun kita pasti mengalaminya, maka penting bagi kita bagaimana cara kita bersikap untuk menghadapinya.

Dalam hal menghadapinya, kita harus mengukur diri terlebih dahulu. Kita harus tau posisi seperti apa kita: lemah, impas, atau kuat.

Saat kita lemah, lebih baik ditinggalkan. Tak perlu ditanggapi. Pergi saja. Kalo d medsos, blokir saja, atau remove. Tak perlu dibaca. Biar nyaman dengan diri sendiri. Karena semakin kita tanggapi, saat kita lemah akan semakin berdampak pada psikologis. Tertekan.

Saat kita impas, boleh lah kita tanggapi. Sebelumnya kita pelajari terlebih dahulu. Apa tujuan akhir dari dia. Apa hanya karena kebiasaan. Apa memang ingin menjatuhkan. Setelah itu, kita tak perlu emosi. Jawab dengan sikap santai tapi tegas. Coba ungkapkan kenapa dia melakukan itu. Termasuk dalam medsos, jawab dengan pendekatan diskusi beradab, sambil utarakan sedikit demi sedikit bahwa tindakan yang dia lakukan adalah salah. Saat dia ngeyel, tutup dengan ungkapan tegas. Bilang bahwa kita tidak nyaman dengan bullyan dia. Terus tinggalkan. Itu elegan dalam bersikap.

Saat kita kuat, saat ada yang coba-coba bully, langsung sikat, agar dia tidak melakukan hal tersebut. Buat dia tersudut, untuk menyadari bahwa hal yang dilakukan dia salah.

Tapi, terlepas dari itu, alangkah baiknya, jika betul-betul tidak membahayakan, bullying tak perlu di tanggapi. Cueki saja.

Lebih baik kita berdamai dengan diri sendiri, untuk bergabung dengan lingkungan yang sesuai.

Tapi sebagai pengalaman, perlu juga kita tau dan merasakan dalam lingkungan tersebut.

Ingat, hakikatnya manusia itu mahluk berbudaya tapi tetap mempunyai sisi binatang. Artinya, hukum rimba selalu ada. Apapun bentuknya, kecenderungan yang kuat memangsa yang lemah selalu ada.

Jadi...

Sebagai pelajaran, usahakan kita tak berperilaku membully, dan jika menjadi korban bully, perhatikan paparan diatas. 

(Rikigana)

Kamis, 15 April 2021

3 Romadhon 1442H

Pada satu titik: dalam hal berdo'a, saya sering merasa malu untuk 'meminta' hal yang sangat spesifik, yang sangat dibutuhkan -- malu untuk mengungkapkan, malu untuk mengucapkan!

Dengan segala apa yang telah dilaui/dijalani, kadang merasa diri tidak layak untuk hal demikian. Serasa ada bisikan: "berkacalah, cukuplah kamu bersyukur/berterima kasih, berserah diri, berdo'alah yang umum-umum saja, Gusti Alloh sudah paham."

Tapi.

Resultan spritual saya masih awut-awutan. Angot-angotan.

Selasa, 13 April 2021

Ramadhan 1442 H

Buka puasa hari pertama, bersama di 1442 H

Alhamdulilah, sudah ketemu dengan romadhon lagi.

2 kali romadhon dimasa pandemi. 

Semoga berangsung2 pulih kembali.

Termasuk roda perekonomian. Termasuk ekonomi keluarga, yang walau tidak langsung terkena dampaknya.

Ya Alloh do'a terbaik dari kami yang begitu lemah ini. Aamiin YRA...

Alhamdulilah juga, ini romadhon pertama kaka haura belajar puasa.

Alhamdulilah, sempat berkumpul dengan keluarga, sesaat sebelum berbuka (mengikuti tradisi di kampung, dulu sebelum berbuka, bapak selalu berdoa/tahlil/hadorot, sambil makanan di sajikan, bersyukur atas nikmat berbuka dan nikmat makanan, sambil mendoakan para orang tua dulu).

(Rikigana)

Sabtu, 10 April 2021

Akhirnya Vaksin


Corona masih terus berjalan. Sekarang tiba pada babak vaksinasi. Saya akhirnya kebagian waktu untuk di vaksin gratis : lewat kampus tempat saya ngajar.

Sebetulnya, sudah dua kali undangan, dua kali kesempatan. Tapi, karena malas dan berjubel-jubel (di pusatkan di RS Banten -- karena untuk seluruh guru) saya tidak hadir.

Pas kemudian tawaran yang ketiga ini dari kampus, dan hanya untuk beberapa orang dosen saja (yang belum), maka saya ikut serta.

Walau saya tidak melakukan test, tapi tanda-tandanya saya sudah pernah kena covid. Jadi, alasan utama tidak hadir pada jadwal satu dan dua, lebih karena 'memberi kesempatan pada yang lain.' Sebab, seperti banyak dikatakan berbagai teori: orang yang sudah terkena covid tidak harus di vaksin, dia sudah punya kekebalan sendiri -- muncul.

Tapi kemudian, karena akan dilakukan pembelajaran tatap muka, demi kebaikan bersama, akhirnya saya mengikuti program vaksin ini. Jaga-jaga agar semua safety.

Ini tahap pertama, tahap kedua nanti di 8 Mei.
Apa yang terasa? Tidak ada! Biasa saja.
Orang banyak mengatakan, ada efek samping: lapar dan ngantuk. Saya? Biasa saja. Normal saja. Selain agak pegel karena bekas suntikan.

Vaksin yang digunakan sinovac. Betul dari cina. Yang banyak ditentang orang fanatik. Tapi, sekarang dan seterusnya Cina sebagai negara akan merajai dunia.

*(rikigana)

Kamis, 08 April 2021

Orang Sales

Selama bergaul, saya banyak bertemu dengan orang-orang yang berlatar belakang sales atau umum orang menyebut marketing -- walau secara istilah kurang tepat.

Salah satu hal yang mendorong saya untuk ambil konsentrasi marketing pun, salah satunya memang ini.

Saya banyak menemukan orang yg berlatar belakang pekerjaan/lingkungan sales umumnya selalu 'memanfaatkan.'

Ini tidak salah, sebetulnya pinter, terutama meraih peluang. Hanya karena mungkin kebiasaan, jadi tidak pernah bisa menempatkan kapan waktu yang tepat dalam bersikap.

Nyatanya, semua di libas, pun dalam kehidupan bergaul bersama teman or keluarga.

Apa memang saya yang terlalu baper, atau mereka yang keterlaluan. 

Semisal ada keperluan, mereka intens komunikasi malah cenderung menekan. Tapi, saat kita butuhkan, dan tidak ada keuntungan bagi mereka, cenderung abai dan masa bodo.

Mungkin memang kembali ke pribadi masing-masing, tapi umumnya pengaruh kesalesan/kemarketingan dalam kehidupan menciptakan sikap yang demikian -- sengaja mau tidak sengaja.

Bagi saya yang ga enakan. Mengambil konsentrasi marketing bertujuan untuk mencari basic teori akan apa yang harus dilakukan dalam dunia marketing. Agar nyaman. Dan memang semua itu ada teorinya.

Hanya lagi-lagi, apapun keilmuawannya sebetulnya semua kembali kediri masing-masing.

(rikigana)