Kamis, 16 Desember 2021

Fensos perumahan bersubsidi

Kami hidup dilingkungan perumahan bersubsidi. Dimana strata sosial nya begitu beragam. Tak heran jika 'keruwetan' nya pun cenderung tinggi.

Perumahan bersubsidi itu bisa semua kalangan bisa menjangkaunya. Yang pendidikan rendah sampai pendidikan tinggi sekalipun. Disamping itu, di indonesia, kadang ada salah kaprah tujuan. Maksud awal perumahan bersubsidi tersebut untuk kalangan menengah kebawah (malah mungkin untuk kalangan bawah), tapi kemudian orang dengan kelas ekonomi tinggipun bisa memilikinya (dengan membeli rumah lebih dari satu menggunakan nama orang lain).

Bayangkan betapa heterogennya lingkungan sosial diperumahan bersubsidi tersebut. Yang orang tidak paham terkadang munculnya ego-ego yang sebagian besar dari faktor ekonomi: Gw kerja dimana, mobil gw berapa, rumah gw ud lantai dua atau belum, dan gw berprofesi sebagai apa. Hal ini lebih banyak dimunculkan pribadi-pribadi untuk merasa unggul dari yang lainnya. Padahal mereka tidak sadar, bahwa yang mereka lakukan adalah ketidakpantasan. Apa hal? Kalo memang dia merasa ego dan mampu, kenapa harus ambil perumahan bersubsidi. Ambilah cluster atau perumahan yang memang khusus kelas atas. Ada nuansa picik dan pinter kodek dari pemikirannya.
Dilain sisi, ada jenis ketiga orang yang tinggal diperumahan bersubsidi. Yaitu orang-orang kampung asli yang dibujuk oleh pengembang, sehingga tanah dia dituker dengan rumah bersubsidi tersebut.

Bayangkan, betapa heterogennya lingkungan tersebut.

Jika ditinjau dari sisi kebersamaan, maka dibandingkan diperkampungan maupun diperkotaan (perumahan cluster), lingkungan perumahan bersubsidi ini serba nanggung. Kebersamaan: banyak orang yang merasa gayanya lebih tinggi dengan yang lain. Kepedulian lingkungan: banyak orang yang gayanya merasa harus individual (karena tinggal diperumahan).

Jadi jangan heran kalo kita masuk keperumahan bersubsidi (khususnya Banten-sesuai pengamatan saya), kesan pertama adalah kumuh dan acak-acakan : pager melampaui selokan ditambah selokannya ditutup dan mampet, parkir mobil didepan rumah dimana jalan hanya bisa dilalui 2 mobil (beli mobil gada parkiran), ruang publik tidak terawat (fasos dan fasum) jadi tempat pembuangan puing dari pembangunan rumah yang tak pernah selesai (selalu ada pembangunan, untuk saingan dengan tetangga dengan melampaui batas subsidi -perubahan bangunan tidak disertai perubahan IMB), ruang kosong dijadikan parkir sembarangan kalau ada tamu.

Itulah fenomena yang ada. Dan ditambah dari sisi SDM terkadang yang menjadi RT dan RW adalah orang-orang yang kompetensinya kurang (sisa dari orang-orang yang tidak terlalu sibuk bekerja). Akhirnya tuntutan dari warga tidak selaras dengan kinerja dari para pejabat RT dan RW. Tapi, mau bagaimana lagi toh juga RT dan RW hanya digaji 500 ribu perbulan itupun keluarnya per 3 bulan. Akhirnya, kadang ini sebagai mata penceharian (bagi yang tidak bekerja) tanpa mengindahkan warga.

Kemudian apa solusinya?

Karena ini agak berat dan harus konsentrasi, solusinya tak lain dan tak bukan adalah edukasi. Edukasi untuk menumbuhkan kesadaran kolektif. Mengkampanyekan hak dan kewajiban sebagai warga dengan pendekatan sosial. Siapa yang melakukan ini?
Pertama RT & RW, kemudian tokoh-tokoh agama/mesjid. Sehingga, penunjukan orang pada posisi tersebut sangat strategis. Tidak boleh asal-asalan. Harus ada orang yang mumpuni secara kepemimpinan, manajerial dan administrative untuk menduduki posisi penting dalam masyarakat perumahan bersubsidi.

Sekilas hampir sama dengan lingkungan lain baik diperkampungan maupun di cluster. Tetapi kalo ditelaah lebih lanjut, diperumahan bersubsidi agak beda: lebih ketat dan harus menunjukan diri untuk mumpuni, agar dipercaya banyak orang yang egonya tinggi. Ini tantangannya lebih tinggi. Kalau diperkampungan, ketokohan seseorang lebih diakui (karena sejarah turunannya), sehingga akan melakukan apapun dituruti, kalau diperumahan subsidi, tidak begitu, karena rata-rata pendatang dan tidak saling mengenal. Kalau diperumahan cluster, sudah saling memahami karena rata-rata homogen dan pendidikan tinggi: cukup disodorkan program yang bisa dipahami dan logis, masyarakatnya akan otomatis mengikuti. Di perumahan bersubsidi, karena random, kadang semua merasa bisa (padahal belum tentu), dan cenderung tidak percaya kepada yang lainnya.

Nah, untuk itu sekali lagi ditekankan untuk mendapatkan SDM pemimpin yang bagus dilingkungan bersubsidi. Untuk leading edukasi, memberikan pemahaman hak fan kewajiban dengan muara kesadaran diri, agar tercipta masyarakat yang madani (beradab).

Beberapa langkah kongkrit si pemimpin tersebut (RT RW) versi saya:
1. Konsolidasi internal (Warga & Perangkat organisasi). Warga: Data seluruh warga, bila perlu didatangi ke setiap rumahnya, ajak komunikasi, jika sudah terkumpul, buat acara semacam sarasehan bersama (baik rt maupun rw). Perangkat organisasi: Cari orang-orang inti yang sepemikiran, taroh orang tersebut di organisasi inti (cari yang mau aktif).
2. Tentukan visi misi dan program kerja: visi dan misi dimapping oleh pemimpin, program kerja dibuat berdasarkan brainstorming saresehan antar warga.
3. Sosialisasi: bisa dilakukan 2 tahapan. Ke setiap warga di RT2 (pertemuan dikoordinir RT), pertemuan keseluruhan (ke RWan - Seluruh warga)
4. Buat grup se RW (telegram) - grup bebas, untuk penyampaian progres proker dan laporan keuangan.
5. Mulai eksekusi: program yang dibuat dicicil untuk dilaksanakan. Program utama: Administrasi (pendataan warga, surat, dll) dan lingkungan (gotong royong, dll). 
6. Evaluasi tahunan: selalu adakan pertemuan setiap tahun selama periode kepengurusan.

Ini masih bersifat internal, tahun kedua dan ketiga mulai melebarkan sayap eksternal ke keluarahan dan kedinasan lainnya.

Demikian.
Serang, Des 2021

Senin, 13 Desember 2021

Tentang Wikipedia


Pesan ini perlu saya teruskan, terutama untuk siswa & mahasiswa generasi z:

Bener gak sih kalau Wikipedia itu gak boleh dijadikan referensi? Betul! Artikel di Wikipedia jangan kamu jadikan referensi. Ketika kamu cari informasi di Wikipedia, pakailah referensi-referensi yang digunakan di artikel Wikipedia sebagai rujukan, bukan artikel Wikipedianya, ya! Jadi, anggap saja Wikipedia sebagai "pintu masuk" untuk mendapatkan referensi yang baik.

Artikel di Wikipedia informasinya bener gak sih? Sama seperti kamu membuka situs apapun di dunia maya, kamu juga harus kritis ketika baca artikel Wkipedia. Jangan langsung telan mentah-mentah informasi yang ada. Perhatikan di artikelnya ada rujukannya atau enggak. Rujukan di tiap artikel Wikipedia itu ditandai dengan angka-angka [1], [2], [3], dan seterusnya. Kalau ada angka seperti itu, diklik saja, nanti kamu diarahkan ke rujukan aslinya yang jadi sumber untuk artikel itu. Setelah tau sumber aslinya, sekarang dilihat, apakah sumber aslinya kredibel atau nggak. Perhatikan, seberapa baik "tingkat" referensi itu. Sumber dari medsos, blogspot pribadi, buku terbitan sendiri, tentulah bukan contoh rujukan yang kredibel.

Kalo gitu, rujukan yang dipakai di artikel Wikipedia juga harus kredibel dong? Tentu! Komunitas Wikipedia udah punya standar acuan umum referensi macam apa yang dapat digunakan di Wikipedia. Standar ini udah disepakati bersama oleh komunitas dan ada beberapa tingkat kepercayaannya: (1) Dapat dipercaya: jurnal ilmiah, buku terbitan penerbit terpercaya, majalah/tabloid ilmu pengetahuan, media massa nasional, dan tugas akhir yang sudah diuji ahli; (2) Enggak disarankan: buku terbitan sendiri, sampul kaset, artikel sembarang dari situs populer; (3) Sebisa mungkin dihindari: blog, koran kriminalitas, tabloid gosip; (4) Sama sekali enggak bisa: semua Wikipedia bahasa lain maupun situs lain yang sistemnya mirip Wikipedia, facebook, Twitter, Instagram, Line dan Whatsapp. Jadi, jangan gunakan pesan dari wa/line kamu sebagai rujukan, ya!

Demikian, Pengetahuan makin berarti, ketika kita mau berbagi"

__

Riki Gana Suyatna

Minggu, 21 November 2021

Hari Guru Indonesia

Untuk Hari Guru Indonesia (25 Nov 2021):

Assalamualaikum.

Ketua pembina yayasan, kepala sekolah, bapak/ibu guru, bapak/ibu tenaga kependidikan yang saya hormati: Selamat hari guru nasional, 25 Nov 2021.

Seperti kata ki hajar dewantara, bahwa guru harus mempunyai semangat tut wuri handayani. "Didepan memberi contoh/teladan, ditengah memberikan ide, dan dibelakang selalu mendorong murid untuk maju." Hal ini sesuai dengan tema event hari ini: bergerak dengan hati, pulihkan pendidikan. Karena peran sentral pemulihan pendidikan bersumber dari guru.

Dilain sisi, diera pendidikan 4.0, gurupun dituntut untuk mempunyai kreatifitas yang tinggi (menyeimbangkan dengan murid generasi z). 

Tapi, seperti kata abraham maslow dengan teori hierarki kebutuhan manusianya: bahwa kreatifitas yang tinggi tidak akan muncul jika kebutuhan dasar tidak terpenuhi.

Maka dari itu, mari kita berdoa semoga kesejahteraan para guru (khususnya yang ada disekolah ini) semakin hari semakin baik, agar daya kreatifitas semakin tinggi, yang nantinya berdampak pula pada kemajuan dari sekolah yang kita cintai ini.

Kemudian, ada dua masukan yang hendak saya utarakan kepada sekolah, terkait event hari guru ini:

1. Karena ini momen hari guru, kedepan, alangkah baiknya digagas u/ seremoni penghargaan terhadap guru-guru (misal: guru terbaik, guru favorit bisa berdasarkan jajak pendapat dari murid; guru pengabdian terlama, dll). Tidak perlu hadiah besar, cukup piagam penghargaan sebagai pengakuan.

2. Karena lokasi sekolah berada di Banten,tetapi siswanya banyak dari luar banten, alangkah baiknya sebagai upaya untuk pengenalan budaya Banten, diadakan isi acara yang bermuatan budaya banten. Tercatat lebih dari 10 warisan budaya tak benda di Banten (3 diantaranya sesuai dengan PERGUB No 15 tahun 2014 (kurikulum senibudaya banten) jaman pak rano karno, harus dimasukan di mulok SMK: Pencak Silat, rampak bedug & membatik banten).

Demikian yang dapat disampaikan, selamat hari guru, dan selamat pelantikan dan pengukuhan bagi para siswa sekalian.

Selanjutnya sebagai guru seni budaya, izinkan saya menyumbangkan sebuah lagu sunda. Sebagai informasi, bahwa teritori banten terluas dalam bidang kebahasaan adalah penutur bahasa sunda banten (banten kidul seluruhnya, banten tengah sebagian, dan banten utara sebagian).

Wassalamualaikum wr.wbr

(Rikigana)

Sabtu, 20 November 2021

Ada lagi yang meninggal

ada lagi yang meninggal, temn SMA. Penyakitnya kelenjar getah bening. Belum menikah.

Walau saat ini pemberitaan meninggal akibat covid 19 sudah mulai mereda. Tapi, pemberitaan meninggal masih tetap ada, dilingkungan terdekat.

Saya tidak terlalu hapal, bagaimana penyakit kelenjar getah bening tersebut. Yang terutama terlihat dari ciri fisik beliau yang sanagt kurus, untuk ukuran dan seumur begitu (sudah bekerja, dan berumur sudah mateng).

Jika dulu jaman SMA kurus, bisa jadi karena kutrangnya penghasilan. Tapi, kalau sudah bekerja, tentu uang untuk sekedar makan akan tercukupi.

Kurusnya pun bukan karena diet, seperti keinginan cewe-cewe gendut jaman sekarang, yang memandang kegendutan adalah bentuk ketidaksempurnaan. Kurusnya lemas, dan seperti tidak bergairah, justru berlawanan dengan tabiat dia yang ceria dan sedikit seperti kewanita-wanitaan. Banyak interaksi di grup dengan canda gurauan yang tidak mengandung unsur ketersinggungan.

Namun, kemudian 2 minggu terjadi perubahan (mungkin seiring kegawatan dari penyakitnya), terlihat lebih serius dan keluar dari grup SMA.

Semoga Amal Ibadahnya di terima oleh Allah SWT. Aamiin YRA

(rikigana)


Kamis, 11 November 2021

Sore indah, Selepas Ashar

Sore indah, selepas ashar.

Cuaca baik

Sejuk

Adem

Setengah hujan

Sore indah, selepas ashar

Ditaman tengah rumah

Didekat kolam ikan

ikan, ah lupa

saya sekarang banyak lupa

lupa untuk mengucapkan

ada rahasia jika sering lupa

Sore indah, selepas ashar 

Cengkrama dengan keluarga

Anak-anak

Istri

menunggu magrib

Dengan tenang dipohon ketapang kencana

Dengan riang didepan laptop

ditemani pula dengan radio

oh..

Sore indah, selepas ashar

Maafkan saya gusti

Jika selalu telat mensyukuri


(serang, 11.11.2021)

Rikigana



Kamis, 04 November 2021

NOVEMBER LAGI

Wah, oktober sudah terlewat. Sudah november, tidak terasa bukan. Seperti biasa menjelang akhir tahun, kegiatan Alhamdulilah sangat banyak. Perlu dituliskan disini, beberapa kegiatan sebagai arsip dan memorabilia.

1. Wisuda dilangsungkan di Sabtu, 30 Oktober 2021 (merupakan episode wisuda offline 1 - setelah rame-rame pandemi covid-19). Bertempat di Kampus baru UNTIRTA Sindang Sari. Luar biasa! Saya lulus di Januari dan baru ikut wisuda Oktober, ada kesengajaan yang tidak sengaja. Menunggu lama untuk berkesempatan mengikuti wisuda offline.

2. Pengaspalan jalan lingkungan di perumahan (taman Mutiara Indah khususnya RW.16). Alhamdulilah, saya menjembatani warga untuk mewujudkan cita-citanya. Tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun. Biaya ditanggung seluruhnya oleh Artesis 34, dimana sebagai ketua adalah saya.Setealh 8 tahun tinggal, dan program pemerintah tidak pernah turun, akhirnya berkat pengelolaan artesis yang baik, cita-cita mempunyai lingkungan yang teraspal terlaksana dengan baik. Saya turut bahagia, jika warga pun bahagia. Luar Biasa! Program selanjutnya memperbaiki saluran dan taman olahraga (juga) taman bermain anak.

3. Istri keterima jadi Dosen Hukum di Universitas Primagraha serang. Akhirnya, selain Notaris dan PPAT istri ikut juga mengabdikan ilmunya di kampus. Ini pencapaian yang luar biasa. Untuk saya, sementara masih ngajar di kampus teknik Cilegon, dan ngejar NIDN, semoga segera bisa pindah ke Serang yang lebih dekat dengan rumah.

4. Ikut Taleq CIMANDE TTKKDH, dari kecil saya sudah kenal bela diri Cimande (karena bapak besiknya adalah jawara seni beladiri Cimande), tapi dari waktu kecil saya tidak benar2 belajar Cimande, tidak pernah ikut prosesi lengkapnya. Kekhawatiran bapak yang berlebihan (berdasrkan pengalaman hidup beliau yang suka berantem karena pegang cimande) membuat saya hanya diajarin "ngibing" nya saja. Tidak diajari seni beladirinya. Nah, karena penasaran dan baru sempat adanya waktu dan kesempatan, di bulan Oktober lalu, saya ikut prosesi KECERAN dan TALEQ Cimande dilingkungan perumahan. Luar Biasa!

Demikian.

(rikigana)


Jumat, 15 Oktober 2021

Ikut Thariqoh

 Thariiqoh atau tarekat merupakan jembatan (menurut ukuran orang yang menuju 'sufi').

Kemarin (Rabu, 14 oktober 2021), berkesempatan ikut untuk ijazah thariqoh Sadziliyah di Cidahu Pandeglang.

Mengikuti prosesi bai'at yang dipimpin Abuya murtadlo (anak Alm. Abuya Dimyathi).

Diberi amalan (dalam sebuah kitab).

Prosesi dimulai dengan shalat taubat.

Dilanjutkan izajah dan baiat satu persatu maju kedepan. Di bimbing oleh Abuya Murtadlo.

Waktu pelaksanaan ini bertepatan dengan Bulan maulid nabi Muhammad SAW.

Demikian


(rikigana)

 

Senin, 11 Oktober 2021

Baru tahu

Oktober ini banyak cerita. Banyak baca tentu banyak membuka wawasan. Beberapa baru tau saat kita membacanya.

Budaya literasi memang mutlak dibutuhkan. Tapi yang dimaksud literasi disini bukan hanya baca tok. Lebih jauh lagi yaitu mampu memahami apa yang dibaca, mampu mensintesa (menilai baik buruknya), dan memilih bagaimana untuk mengaplikasikannya.

Beruntungnya sudah S2 mungkin disini, dimana pola pikir diarahkan kepada yang lebih holistik. Tidak bercabang-cabang dan sempit. Sebetulnya saya dari dulu sudah berpikir seperti itu, tapi orang selalu menilai bahwa saya terlalu melebar. Tidak fokus. Padahal hal tersebut merupakan bagian dari keluasan pikiran; yang orang2 tersebut tidak mengetahuinya (bahkan sekelas profesor tidak mau mengakuinya, karena keegoannya -- dia hanya ahli dalam bidang tertentu, saat diajak berpikir besar dan holistik maah menyalahkan ; dasar perempuan. Hehe...)

Setelah saya menyelesaikan S2, baru timbul rasa percaya diri. Bahwa yang saya lakukan tidak salah, justru malah bagus. Orang dengan literasi banyak akan berpengetahuan luas -- tp mungkin yang harus diimbangi adalah kebijaksanaannya. Termasuk cara dan saat kapan juga dengan siapa kita bicara.

Wah, jadi panjang ya cerita nya.

Intinya, sejauh ini saya baru tau dan mendapatkan informasi utuh. Bahwa cina yang selalu di cap komunis bagi sebagian orang, sebetulnya punya rangkaian sejarah panjang s.d berjaya saat ini. Banyak orang tidak tau dan selalu mengidentikan dengan komunis. Padahal sebetulnya itu perkembangan dari percobaan sistem yang negara tersebut pilih.

Secara garis besar cina pernah bersistem kekaisaran (dinasti qing terakhir), kemudian berganti dengan republik nasionalis (dr.sun yat sen), kemudian baru komunis (mao zedong), dan komunis baru- titik point kebangkitan ekonomi (deng xioping).

Luar biasa.
Ini menunjukkan bahwa bernegara dan berideologi itu pilihan. Dan tentu kecocokan. Tidak ada yang sempurna. Bahkan mungkin sistem khilafah islam sekalipun. Semua tergantung konsensus rakyatnya, dan penyesuaian dengan lingkungan budayanya.

(Rikigana)

Minggu, 03 Oktober 2021

OKTOBER AGAIN

 Sudah bulan oktober 2021.

Waktu terus saja berlalu. Melesat dan tidak terasa. Kabar baiknya: pandemik covid - 19 mulai mereda, semoga segera hilang dan berubah menjadi endemik. Hal yang perlu diwaspadai adalah adanya gelombang ke-3: menghadapi libur Panjang Natal dan Tahun baru.

Aktifitas padat merayap, alhamdulilah berkah.

Diakhir bulan lalu, berhasil menyambangi 4 daerah: Semarang, Solo, Klaten, Jogja.

Luar biasa melalui lewat darat seharian tapi menyenangkan. Pembangunan yang luar biasa karena tol sudah tersambung di ujung jawa bagian barat (merak) sampai ke timur (surabaya).

Sudah saya pernah bilang, saat kunjungan ke Jogja tahun lalu. Bahwa saat insinyur yang pegang kendali, maka keinginan untuk membangun itu sangatlah besar. Pembangunan dimana-mana.

Aktifitas lain, tetap rutin istigosahan bulanan di Cidahu, yang belum kesampaian adalah membuat buku tentang Abuya Murtadhlo. Masih nunggu saat yang tepat. Selanjutnya agendanya saya mau mengikuti salah satu tarekat yaitu tarekat sadziliyah (diajarkan di Cidahu).

Lainnya: Mengajar (Di SMK Pelayaran Nusantara dan di Politeknik Krakatau), ingin nembus UNTIRTA agak susah, karena birokrasi yang berbelit. Semoga disegerakan untuk ikut kembali mengajra di UNTIRTA: studi Kebantenan.

Istri: kelihatannya sambilan jadi dosen juga. Mengikuti jejak saya. Tadi sudah wawancara di Universitas Primagraha Serang. Mudah-mudahan berhasil (naga-nanganya keterima). Disela kesibukan istri di Kantor Notaris dan PPAT saya selalu mendorong agar dia mengabdikan ilmunya di kampus. Agar berbagi dengan orang, selalu berbagi pengalaman dengan para generasi penerus.

Anak-anak bertumbuh, dan terus melanjutkan hidup dan sekolahnya. Kita selalu berdoa untuk yang terbaik,

Lainnya nunggu kabar dari Garut.

Demikian.

(rikigana)

Kamis, 23 September 2021

Explore Surakarta

Check in Surakarta / Solo

Peta Umum Kota Surakarta

Suasana Solo

Rumah joglo penduduk asli

View jalan slamet Riyadi dr hotel

Senin, 20 September 2021

Explore Semarang

Agenda 19-21 September 2021; check in Semarang. 😀

Selesai Kegiatan

Pagi di Semarang @panandaran hotel

Lawang Sewu
  • Gedung pemerintahan Kota

Minggu, 12 September 2021

Pergelaran Pencaksilat TMI, 18 Sept 2021

 Yth. Pak RT, pak Ustadz, para sesepuh dari perguruan......Asw.wr.wbr.

Asw.wr.Wbr

Sampurasun..

Segala puji bagi Alloh SWT, sholawat dan salam tercurah kejunjungan Nabi Muhammad SAW.

Sebelum ke acara inti, izinkan saya bicara agak umum mengenai pelaksanaan kegiatan ini -- secara khusus ke RT an dan kepencaksilatan akan disampaikan bapak2 yang lain.

Bapak/ibu yang terhormat

Saya Riki Gana dari Komunitas Sajarah Banten (Pendiri). Komunitas Sajarah Banten merupakan Komunitas yang dibentuk pada tahun 2015 dengan fokus kegiatan:  Sejarah dan Budaya Banten. Anggota (terutama digrup fb), saat ini sudah mencapai 8.230 Anggota dari berbagai unsur dan kalangan.

Kegiatan biasanya kami lakukan pada kajian akademis kesejarahan (dikampus), seminar, atau jelajah/kunjungan tempat sejarah dan budaya.

Dengan adanya pandemi covid-19. Praktis acara kumpul2 dilarang, sehingga kegiatan beralih ke online (rentang waktu 2019 - medio 2021). Dengan terbatasnya kegiatan, tetapi tujuan harus tercapai, maka ada ide bagus yang saya dapatkan saat ngobrol dipengajian RT.4; bahwasannya kegiatan pengenalan kebudayaan harus tetap dilakukan dilingkungan terdekat kita (diperumahan kita). Mengingat heterogennya penduduk kita dan pergeseran pemikiran masyarakat kota (yang terbawa arus teknologi), maka kegiatan pengenalan budaya untuk masyarakat yang berdomisili di Banten sangat mutlak diperlukan. Terutama juga pada anak-anak kita yang merupakan generasi penerus.

Secara kewilayahan, Banten dibagi dalam tiga wilayah, Utara (tangerang - betawi banten/cina benteng), tengah (serang,cilegon-jawa banten), selatan (malingping, pandeglang - sunda banten). Nah, asli saya berasal dari bagian selatan, malingping. Sehingga bisa dikatakan merupakan UBA (Urang Banten Asli).

Mengenai istilah urang Banten. Seiring berkembangnya perpindahan penduduk dari satu daerah kedaerah lain (akibat perkembangan ekonomi), istilah urang Banten kemudian coba untuk diredefinisi (diterangkan ulang). 

Point pentingnya adalah Apa dan Siapa Orang Banten?

Untuk menjawab hal tersebut, pada suatu kesepakatan para sesepuh Banten (yang tergabung dalam PUB -perkumpulan Urang Banten- ketua: mantan ketua KPK Pak Taufikurahman ruki), melakukan kajian dan membentuk kesepakatan. Hasilnya, Orang Banten adalah Siapapun yang berdomisili di Banten, dengan catatan : memberikan kontribusi positif terhadap Banten. Salah satunya dengan cara melestarikan budaya Banten, serta menghargai kearifan lokal Banten.

Pertanyaan selanjutnya adalah Untuk apa belajar budaya?

Budaya adalah hasil cipta karya rasa manusia yang bertujuan menciptakan masyarakat beradab (madani). Apa itu beradab? Sederhananya: saling menghargai dan menghormati antar individu, dan mampu menempatkan hak dan kewajiban sesuai porsi masing-masing, di lingkungan sekitar. Memperbesar 'kemaluan', memperkecil ego dan arogansi/keangkuhan.

Apakah hasil kongkritnya, apa bisa dituker jadi duit? Bisa! Tapi, nanti setelah kita bisa menggunakan jaringannya dengan tepat dan tentu setelah bisa menggunakan cara-cara yang beradab. Agar kita semua tidak sekedar dijadikan objek dimintai sumbangan, pembagian sembako  calon dewan, atau korban janji pengaspalan jalan lingkungan (yang notabene itu merupakan sudah kewajibannya).

Bapak/ibu yang saya hormati

Saat ini sudah hadir bersama kita salah satu budaya Banten (disebut warisan budaya tak benda) yaitu pencak silat. Yang dipimpin oleh ...... dari perguruan .....

Selanjutnya, saya persilakan pak RT untuk memberikan sambutan, kemudian dari unsur pencak silat, untuk sedikit menerangkan tentang pencak silat dan perguruannya ini.

Demikian, kurang dan lebihnya mohon maaf.

Wasw.wr.wbr

Sampurasun....

Kamis, 02 September 2021

DKM

Terjun ke masyarakat pun akhirnya jadi mendalam. Tak bisa setengah-setengah. Susahnya jadi orang koleris yang kuat (kepemimpinan) sekaligus orang melankolis yang sempurna (keteraturan sistem). Melihat kondisi yang 'ngacak' mau tidak mau jadi tertantang untuk ikut membenahi. Ruwet? Memang. Bisa cuek saja? Bisa kalo memang seperti dulu yang hanya numpang tidur doang d rumah. Tapi, kalo saat ini ikut ngaji dimesjid, rasanya agak susah untuk membiarkan yang tidak pas didepan mata dengan kecuekan.
Lagi-lagi masalah leadership dan manajerial.
Klasik di RT,RW, artesis: ya, karena orangnya itu-itu saja.
Banyak egonya, kurang bijaknya, tapi ingin diakui dan eksis -- beberapa parah, memanfaatkan uang yang sedikit didalamnya.

Miris.

Sebelum lupa, saya akan bagi pikiran tentang ke DKM an.

1. Hendaknya pemilihan ketua DKM dilakukan secara musyawarah mufakat dalam forum khusus (jangan dipilih ala ala demokrasi one man one foot). Itu tidak tepat, karena kita tidak punya jaminan, yang terpilih sebagai yang paham akan nilai agama. Yang ada konflik kepentingan, membesarkan ego dan semakin jumawa.

2. Peserta pemilihan adalah ustadz dan tokoh-tokoh yang mumpuni.

3. Sebelum dilakukan pemilihan ketua, hendaknya dirumuskan visi dan misi dari DKM. Diciptakan garis besar program. Agar siapapun yang terpilih menjalankan program tersebut dan tetap didukung oleh semua pihak. Hakikatnya, ketua DKM itu nanti bergantian, karena orangnya itu-itu saja.

4. Sebaiknya ketua DKM jangan level ustadz yang berdakwah atau membimbing pengajian, agar terhindar dari urusan ruwet yang berkonflik. Agar mereka tetap fokus dalam urusan pendalaman agama dan pengajaran. Sebaiknya cukup ditunjuk bukan pada level ustadz yang mengajar, tapi yang ahli dalam manajerial.

5. Dalam hal ustadz yang ngajar ditunjuk menjadi ketua DKM, sebaiknya ditunjuk juga ketua harian yang memang urusannya dimasalah teknis. Kedudukan ketua DKM tetap menjadi ketokohan dan terjaga nilai agamanya.

Demikian, sadar atau tidak sadar, kita tinggal di Banten dengan kearifan lokal keagamaan yang kuat (daerah tengah dan selatan).

Strata tertinggi di Banten (pada level masyarakat umum tidak formal) tetap dipegang oleh ulama, kemudian disusul oleh jawara, pegawai, dan masyarakat biasa.

Praktik keagamaan lebih cenderung ke ASWAJA yang ke - Nu -an. Kyai-kyai 'kampung' dengan kitab kuning merupakan kearifan lokal pengakuan yang tinggi.

Jadi, mau tidak mau. Dikomplek yang heterogen ini harus tetap ada bentuk utuh, sebagai bahan pertimbangan untuk kedepan.

Terima kasih.

*Rikigana

Minggu, 29 Agustus 2021

Alhamdulilah

Dimalam ini, sebelum tidur, saya ingin mengucapkan rasa syukur dari hati yang terdalam.

Terima kasih Ya Alloh....

Atas semua Rahmat dan rezeki yang telah kau berikan.

Melihat anak-anak (3 anak) yang sedang tidur, luar biasa, sehat-sehat, baik-baik, lucu-lucu dan selalu nurut dan mau mengikuti arahan orang tua. Si dede sdh 3 tahun, si Aa sudah masuk TK, dan si kaka di SD kelas 3.

Terima kasih Ya Alloh...

Sudah diberikan jodoh (istri) yang begitu tangguh dan sabar. Selalu siap dalam kondisi apapun. Tak pernah mengeluh dan selalu support.

Terima kasih Ya Alloh...

Atas segala karunia Mu.

Atas orang tua, yang sadar tidak sadar memberikan bekal kehidupan yang begitu besar. Keilmuwan, falsafah kehidupan, baik disengaja ataupun tidak. 

Atas adik-adik yang mandiri. Mampu mencontoh yang baik-baik dari kakaknya. Mampu menyadari peran untuk berbagi dan saling tolong menolong. 

Atas mertua yang tidak ikut campur dan merecoki urusan kelurga anak-anaknya. Walau ala kampung, tapi disadari atau tidak, memberikan ketenangan dalam kehidupan.

Ya Alloh...

Aku bersimpuh dan bersujud kepadamu, atas semua limpahan rezekimu. Walau lewat tulisan sederhana, ini merupakan ungkapan apa adanya.

Maafkan jika hamba masih bergelimang dosa. Dan terkadang lupa akan bersyukur.

Semoga dengan bertambahnya usia, semakin dewasa dan menjauhi dosa.

Aamiin YRA


(Rikigana)

Sabtu, 28 Agustus 2021

ijazah S2

 Alhamdulilah, ijazah S2 sudah keluar dan sudah diambil (melaui teman), tapi belum wisuda akibat covid 19.

Terhitung saya masuk di SEP 2018 dan lulus di JAN 2021

Lada Pulosari

Tanggal 24 Agustus kemaren dulu, saya berkesempatan untuk ikut serta dalam acara yang dilakukan oleh BPCB Banten. Acaranya: Pendakian Jalur rempah Simpul Banten.

Kita mengunjungi tanaman lada yang ada di kaki gunung Pulosari. Di daerah Cihinjuran, Pandeglang Banten.

Tim terdiri dari peserta dan Panitia serta pemateri.

panitia dari BPCB banten tentunya, Pemateri dari sejarawan satu dan konten kreatif satu. Peserta terdiri dari 25 Anggota. Terdiri dari anak-anak muda (siswa dan mahasiswa dari berbagai daerah.

Terulang, jika kegiatan bersama anak-anak muda, maka saya sealu dianggap muda, karena postur yang kecil dan muka mungkin gak tua-tua amat. hehe...

Yang jelas, cara kita menguji keilmuan, apakah keahlian kita masih bagus atau tidak, sekali-kali coba untuk ikut kegiatan yang orang tidak atau siapa kita. Jadi, bukan atas kebesaran anama kita, yang sudah kita bangun dari awal. Itu cukup menghibur dan bisa melihat bagaimana kita dilingkungan yang tidak dikenal, bsa memberikan kontribusi besar.

Demikian,

Rikigana

Senin, 23 Agustus 2021

Ke-Erte-an

Saya Menulis, Karena Saya Ada.

----

*Tiga tahun periode di RT/RW, dibagi menjadi tiga babak:

1. Tahap 1 perkenalan dan pengenalan (saling kenalan dan saling mengenal - menggali karakter masing-masing). Misal : kumpulan/rapat2 teknis mengenai lingkungan.

2. Tahap 2 Kekompakan (tahap pembentukan solidaritas berdasarkan regional. Guna dalam olahraga, gotong royong, dsb). Misal: Gotong royong pembuatan Gardu & Majlis, kegiatan Agustusan, Jimpitan, Pemagaran, dll.

3. Tahap 3 Kesadaran Diri (tahap mulai menyadari mana hak dan mana kewajiban, mana ranah publik dan mana ranah pribadi, saling menghargai, menghormati dan menyadari peran masing-masing dalam masyarakat tingkat terendah-RT/RW). Misal: Selokan tidak boleh ditutup, Parkir tidak sembarangan, Tidak pakai fasilitas publik (fasum) untuk pribadi, rumah tidak melewati tanah yang haknya (ngambil tanah jalan), iuran sampah dan keamanan tidak perlu dipaksa, Ronda sukarela, tidak 'pinter kodek', dll. Hakikatnya, siapapun kita diluar (dan sebagai apa), pada lingkungan RT/RW adalah member of society, harus ikut aturan dan saling menghargai. Sanksi sosial lebih harus disadari daripada ditekankan.


*Perbedaan dengan keartesisan (lebih bersifat teknis karena pelayanan khusus -dibidang air, tidak perlu ada kekompakan, bukan murni sosial, ada aspek profesional):

1. Tahap Pengenalan (mengenal Anggota dan lingkungan).

2. Tahap Eksplorasi (Tahap urun rembug dan pembuatan aturan)

3. Tahap Kesadaran Diri (idem)

 

*Kesatgasan Covid-19 atau keorganisasian sejenis:

1. Tahap Pengenalan & Kesesuaian kesepakatan

2. Tahap Aksi & Evaluasi


*Tujuan: 

1.Masyarakat Madani: terciptanya lingkungan yang kondusif/stabil dengan keseimbangan, sehingga menciptakan kesuburan dan beradab (Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi).

2. Masyarakat yang Berdikari (berdiri di kaki Sendiri): Mampu mencukupi kebutuhan diri dan lingkungan dengan sendiri, tanpa bergantung pada konsepsi pemerintah yang cenderung lambat.

--

Serang, 23 Agustus 2021

Rikigana

Sabtu, 07 Agustus 2021

PAHLAWAN

Rumus jadi pahlawan itu sederhana: berbuat spektakuler (kebaikan), dan kemudian menghilang. Niscaya hal tersebut menjadi kenangan. Jika impact-nya besar, tentu pengakuannya semakin besar. Kenangannya akan melekat, dan semakin lama semakin banyak bumbunya.

Itu kalo tujuannya 'pengakuan,' bukan dasar keikhlasan.  Aroma transaksional akan muncul, saat masih dalam tahap perencanaan sekalipun.

Beda dengan yang mempunyai tujuan: Pengabdian -- Bukan pengabdian yang berkedok. Pengabdian sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri. Kepuasan didapat justru bukan karena pengakuan. Tapi, lebih kepada ketepatan pengaplikasian. Dia tidak butuh dielu-elukan (diaku), dia tidak butuh kembalian, yang dia butuhkan... ya, apa, ya? Kadang-kadang juga tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dan tak perlu juga diumbar dalam kalimat.

Kapan orang akan sampai ditahap ini? Secara teoritis, menurut Maslow, setelah melewati hierarki kebutuhan ini: Fisiologi, rasa aman, kasih sayang, penghargaan dan aktualisasi diri. 

Sederhananya: "lamun anak ceurik diimah hayang jajan, token listrik nganut-nut, imahna masih ngontrak, ku pinjol dibeberik, tapi sibuk wara-wiri supaya diaku jadi pahlawan, itu adalah hil yang mustahal."

Lho, terus gimana dengan orang yang memang hobinya mengabdi, tanpa mengikuti kaidah tahapan ini? Sah-sah aja. Itu kan hanya gambaran. Tapi, disadari atau tidak, sebagai manusia, si seseorang itu, akan tetap goyang, tidak ajeg, dan riweuh: terutama dari sisi psikologis --mudah frustasi salah satu contohnya, sensitif dan merasa tidak diakui, itu bagian selanjutnya.

Nah, di zaman sekarang yang banyak opsi ini. Anda boleh memilih, mau jadi apa aja silakan. Pahlawan mangga, penjahat pun mangga. Tapi, jangan sampai mendikte, apalagi memaksakan orang, untuk mengakui anda, dengan dalih apapun, dengan cara apapun (disengaja ataupun tidak).

Mari kita bersikap: sahayuna!

.

Nb: diangkat berdasarkan kisah nyata. 😀

--

(Rikigana)



Rabu, 04 Agustus 2021

Aplikasi Manajerial

Ternyata saya tidak bisa lepas dari masyarakat. Dan pengabdian tertinggi adalah ke masyrakat, terutama di lingkungan sendiri (komplek perumahan). Sejauh ini saya eksis diluaranm tapi sanagt minim didalam.

Ini juga --lagi-lagi-- bukti trah yang sangat kuat. Bapak mantan kepala desa dan ibu tokoh yang aktif di masyarakat (sampai kini), membuat saya mau tidak mau 'menikmati' kegiatan pengabdian di masyarakat.

Awalnya memang memusingkan, karena banyak hal yang jauh dari standar, baik etika maupun pengetahuan. Namun demikian, lama-lama mulai ada rasa 'puas tersendiri' saat saya secara pribadi bisa melakukan sesuatu dan diterima oleh masyarakat. Kebahagiaan dan kepuasan mereka (secara tidak langsung) membuta saya bahagia yang hakikatnya malah tidak bisa diukur secara nyata.

Sebetulnya saya aktif, bukan ingin dipuji. Hanya karena prihatin melihat kekacauan-kekacauan yang terjadi, dan selalu ada gesekan yang meurut saya tidak penting. Walau sampai dengan saat ini, fitrah keruwetan itu tidak betul-betul selesai, setidaknya sudah nampak kerapian setelah saya ikut serta di dalamnya.

Terutama masalah konsep dan aplikasi manajerial. Ego dan kekacauan sedikit-demi-sedikit bisa dikikis dan dibetulkan, setelah ada sentuhan manajerialnya. Akhirnya, pengalaman organisasi dan kuliah bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jika diimplementasi didunia profesional dan di bayar: itu sudah biasa, tapi di masyarakat,diterima dan tanpa di bayar: itu sungguh kebahagiaan yang hakiki.

-- Saya dipilih kembali menjadi Ketua Paguyuban Artesis 34 untuk periode 2021-2022

(rikigana)



Selasa, 03 Agustus 2021

Arsip 2019

 https://fajarbanten.com/untirta-dan-forpimpas-gelar-rakerwil-dan-seminar-internasional-iciser-2019/

FAJARBANTEN.COM – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa bersinergi dengan Forum Pimpinan Pascasarjana (Forpimpas) Wilayah Barat menggelar Seminar Internasional yang dihelat di Ballroom Le Dian Hotel Serang. Seminar Internasional  ini merupakan salah satu rangkaian dari agenda Rapat Kerja Wilayah Forpimpas BKS-PTN Wilayah Barat yang digelar sejak Jumat Malam, 26 April 2019. Sabtu (27/04/2019).

Seminar Internasional yang bertajuk “The Second Internasional Conference On Issues in Social and Education Research (ICISER) 2019” ini dihadiri oleh Rektor UNTIRTA Sholeh Hidayat, Ketua Forpimnas BKS-PTN Wilayah Barat Robert Sibarani, Ketua BKS-PTN Wilayah Barat Syafsir Akhlus, Ketua Presidium Forpimpas Purwanto, Dewan Pembina Forpimpas BKS-PTN Wilayah Barat Zulkarnain, Direktur Pascasarjana UNTIRTA Suherman, Ketua Pelaksana Kegiatan Odien Rosidin, Ketua Panitia ICISER 2019 John Pahamzah, Direktur Pascasarjana Wilayah Barat, dan mahasiswa pascasarjana Wilayah Barat.


Ketua Pelaksana Kegiatan, Odien Rosidin mengatakan, Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Forpimpas BKS-PTN Wilayah Barat dan konferensi internasional yang diselenggarakan UNTIRTA sangat memuaskan.

“Antusiasme peserta terlihat dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 40 orang dari 17 pascasarjana wilayah barat, dan konferensi internasional ini juga diikuti oleh 40 pemakalah, dosen dan mahasiswa. Tujuan dari konferensi ini diharapkan terjadi diskusi dan silaturahmi ilmiah yang akan berujung pada pengingkatan publikasi ilmiah,” katanya disela-sela acara.

Rektor UNTIRTA, Sholeh Hidayat dalam sambutannya mengatakan, kegiatan ini menjadi wadah bagi akademisi untuk mengembangkan keilmuannya.

“Tujuan dari even ini adalah untuk menyediakan kesempatan untuk menampilkan dan membagikan hasil penelitian sosial dan pembelajaran pendidikan berdasarkan bidang masing-masing dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0,” pungkasnya.


Direktur Pascasarjana UNTIRTA, Suherman menuturkan, pihaknya memang sudah merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serangkaian kegiatan ini dengan baik.

“Kami sebagai penyelenggara merasa senang karena sebagian besar peserta Forpimpas hadir. Hal ini menjadi indikator keberhasilan terhadap kegiatan Rakerwil ataupun ICISER 2019. Dari kegiatan ini, tentu saja peserta akan mendapatkan ilmu dan pengalaman yang positif,” jelas Suherman.

Sementara itu, Ketua Forpimnas BKS-PTN Wilayah Barat, Robert Sibarani menjelaskan, konferensi internasional ini betujuan untuk menyamakan persepsi keilmuan dari berbagai negara.

“Dengan konferensi internasional seperti ini, kita bisa menyamakan persepsi dan wawasan bahwa kita perlu tahu cara pandang mereka, dan kita juga perlu member tahu cara pandang kita. Jadi lebih pada terjadinya keseimbangan antara apa yang ada di negara kita, dan apa yang ada di negara mereka,” katanya.


Ketua Himpunan Mahasiswa (HIMA) Pascasarjana UNTIRTA, Riki Gana menilai, kegiatan ini sangat positif dan perlu diadakan secara rutin setiap tahunnya.

“Konferensi internasional ini bagus karena tema-tema yang diangkat juga menarik seperti tema ke-Banten-an, juga menghadirkan pemateri-pemateri dari luar dengan disiplin ilmu yang bervariasi. Kegiatan ini merupakan suatu kebutuhan keilmuan bagi,” tukasnya.

Senada dengan Ketua HIMA UNTIRTA, salah satu peserta konferensi internasional, Afif Widiyanto dari Program Studi Magister Manajemen UNTIRTA mengapresiasi kegiatan konferensi internasional ini.

“Kegiatan ini sangat bagus meski pemateri yang hadir berasal dari lintas disiplin ilmu. Dari sini minimal kami memiliki pandangan bagaimana nanti kita menjadi presenter. Ini baik untuk menambah ilmu,” ujarnya.(man)

PPKM Covid-19

Sampai dengan bulan Agustus 2021 ini, wabah covid 19 masih tetap bertahan, tidak mau pergi. Yang meninggal sudah bukan hitung ratusan, ribuan. Ekonomi pelan tapi pasti menukik turun. Pemerintah kewalahan. Berbagai istilah dikeluarkan: PSSB, PPKM Mikro, PPKM darurat dan sekarang berlevel-level.

Perpanjangan waktu dan status pun terus menerus, terakhir sekarang PPKM level 4 sampai dengan 9 Agustus 2021.

Sudah tak terhitung kesusahan yang ditimbulkan. Tapi, kalo dipikir-pikir manusia itu mahluk yang sangat pintar beradaptasi.Di kampung-kampung, menganggap corona ini seperti hal biasa. Ibu saya kena, dan tetangga banyak yang kena. Karena tidak punya penyakit bawaan, mereka akhirnya bisa sembuh kembali. Dan sekali lagi dianggap biasa saja.

Tidak heboh-heboh. Aktifitas seperti biasa.

Tapi, ya ini beda dengan pengelolaan negara. Tak semudah itu.

Akhirnya, semua kembali berdo'a. Semoga sedikit demi sedikit, negara bisa terkontrol kembali. Wabah sedikit demi sedikit bisa tertangani. Ekonomi bisa bangkit kembali.

Aamiin YRA.

(rikigana)


Kamis, 22 Juli 2021

AKTIFITAS JULI

 Agak padet aktifitas Juli ini, sebagai pengingat berikut dicatatkan kegiatan tersebut:

1. Bimtek Penulisan Sejarah, 12 - 23 Juli 2021 

Bimbimningan teknis ini diselenggarakan oleh Kemendikbud (PTLK), peserta merupakan perwakilan (yang disaring) dari seluruh provinsi di indonesia. Jumlah keseluruhan= 75 orang, saya terpilih sebagai salah satu di dalamnya, perwakilan dari Banten. Tujuan dari bimtek ini adalah melatih orang-orang yang tidak berlatar belakang sejarah, untuk menulis Sejarah, terutama sejarah Lokal. Dengan demikian, semakin banyak orang yang menulis sejarah lokal maka akan semakin banyak arsip dan khasanah sejarah di Indonesia. Pada kesempatan ini, hal yang saya gali adalah tentang sikap politik abuya dimyathi pandeglang sekitar peristiwa di pemilu 1977 (lihat ulasan pendahuluan, di postingan sebelumnya)

2. Pembentukan Satuan Tugas Covid-19 tingkat RW

Di lingkungan saya sendiri, alhamdulilah sudah terbentuk secara mandiri. Bukan atas instruksi pemerintah, tapi atas inisiasi sendiri (saya sebagai inisiator) bisa membentuk organisasi sosial tersebut. Kerjanya sederhana, yaitu menanggulangi orang-orang di lingkungan perumahan yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah akibat terinfeksi covid-19. Kita supply makanan selama 14 hari, dana yang di dapat berasal dari warga (6 RT,DKM, 2 Artesis) dan sumber lain tidak mengikat. Sebagai bentuk inisiasi sendiri, kemudian pemerintahan desa mengesahkannya. Point pentingnya: budaya masyarakat di indonesia, banten khususnya, masih sangat kental akan tolong menolong dan gotong royong, hanya tergantung bagaimana para pemimpinnya. Pada satu hal pemimpinnya tidak eksis, atau kurang jiwa kepemimpinananya, kita yang bisa dan biasa melakukan hal tersebut harus tetap turun dan ikut sera. Bukan untuk cari pujian, tapi ini lebih kepada kemanusiaan. Jangan ego, Toh, kepuasan terbesar adalah pengabdian.

3. Idul Adha 1442 H; yang di rumah saja sesuai intsruksi pemerintah tentang adanya PPKM Darurat akibat covid-19 (awal mula s,d 20 juli kemudian di perpanjang s.d 25 Juli 2021)

4. Ulang Tahun istri yang ke-33 dan Saya yang ke-35; Tidak terasa kita sudah menua, alhamdulilah semoga selalu diberi keberkahan.

5. Rencana Rapat Anggota Artesis / pergantian pengurus di lingkungan RW.16; ini yang masih tarik ulur, karena bertepatan dengan PPKM darurat, di rencanakan tanggal 19 kemudian di undur tanggal 24, dan akan diundur lagi di tanggal 27 Juli 2021. Saya ingin segera mengakhiri kepengurusan di Artesis ini, karena sistem sudah di bentuk, jadi PR selanjutnya adalah pergantian untuk memberikan edukasi lebih lagi ke masyarakat sekitar tentang bagaimana berkiprah dikeorganisasisan di masyarakat dengan baik dan benar. Betul betul mengabdi, tetapi dengan cara baik dan benar. Bukan minta kembalian, apalagi usaha atas nama masyarakat.

6. Aktifitas rutin mengajar secara daring, tambahan mata pelajaran selain sejarah juga seni budaya (ini yang saya ambil karena masih relate dengan hobi).

7. Wisuda dan ijasah S2 belum ada info pasti, terus di undur seiring dengan kebijakan pemerintah akibat covid-19.

Sementara demikian, Karena selanjutnya saya harus berkonsentrasi penuh untuk penulisan sejarah, yang deadlinenya tanggal 30.

(rikigana)


Selasa, 29 Juni 2021

ABUYA DIMYATHI PANDEGLANG: PERISTIWA SEKITAR PEMILU TAHUN 1977


Banten adalah sebuah wilayah yang dikenal memiliki sejarah yang panjang dan beragam. Banten juga dikenal sebagai wilayah yang religius dengan pengaruh keislaman yang sangat besar. Hal ini tidak lain adalah karena adanya peran ulama-ulama yang menyebarkan agama Islam di Banten.

Ulama merupakan suatu elit yang mempunyai kedudukan sangat terhormat dan berpengaruh besar terhadap perkembangan masyarakat Islam. Ulama yang sering juga disebut kiai (atau abuya dalam tingkatan tertentu) menjadi salah satu elit strategis dan merupakan figur yang memiliki pengetahuan luas dan mendalam tentang ajaran Islam. Tidak mengherankan jika ulama kemudian menjadi sumber legimitasi dari berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakatnya. Dalam perkembangan kesejarahan Banten peran ulama sangatlah menentukan.

 

Peran ulama dimasyarakat Banten tidak hanya  dalam urusan agama saja, melainkan juga dalam ranah sosial dan politik. Sebagai tokoh agama, ulama biasanya bertindak sebagai pemimpin dalam aktifitas ibadah seperti shalat, khutbah, dan do’a dalam upacara-upacara keagamaan seperti tahlilan dan slametan dan lain sebagainya. Sebagai pelayan sosial, seringkali mereka bertindak sebagai tumpuan tempat masyarakat bertanya dan meminta nasihat mengenai berbagai persoalan, bahkan seringkali berperan sebagai tenaga medis, tempat meminta layanan penyembuhan berbagai penyakit lewat kekuatan supranatural atau magis yang mereka miliki. Sedangkan dalam dunia politik, mereka melakukan perannya yang terkait dengan kepentingan masyarakat secara umum, baik melalui partai politik langsung atau tidak langsung, organisasi-organisasi politik maupun lewat saluran-saluran lain yang bisa dilakukan.

Abuya Dimyathi (1920-2003) merupakan salah satu ulama berpengaruh di Banten sekaligus pemimpin Pondok Pesantren Cidahu, Kabupaten Pandeglang.

Sejak era penjajahan maupun awal kemerdekaan, Abuya Dimyathi adalah sosok yang gigih dan tanpa pamrih dalam berjuang. Tercatat abuya dimyathi pernah tergabung sebagai intelejen/mata-mata pada Front Tanagara (Tanagara merupakan nama daerah di cadasari, Pandeglang, banten). HM.Murtadhlo (anak kedua abuya Dimyathi) dalam buku “manaqib abuya cidahu’ menuturkan, abuya Dimyathi adalah orang yang mempunyai jiwa nasionalis dan patriotis yang tinggi, tak diragukan lagi cintanya akan Negara dan bangsa Indonesia, sampai sebelum wafat beliau sempat melantunkan lagu-lagu kebangsaan dan lagu perjuangan Negara republik indonesia.

Pada masa orde baru, menjelang pemilu 1977 ada peristiwa menarik yang melibatkan peran serta Abuya Dimyathi sebagai ulama di Pandeglang.

Pemilu 1977 merupakan ajang pemilihan umum kedua setelah sebelumnya dilakukan pada 1971 yang dimenangkan telak oleh Golkar (memantapkan posisi Soeharto sebagai presiden). Catatan sejarah penting dalam penyelenggaraan “pesta demokrasi” ini, adalah peleburan atau fusi partai politik (parpol) peserta pemilu. Pada pemilu 1971, terdapat 9 parpol dan 1 organisasi masyarakat (ormas) yang menjadi kontestan. Kemudian menjelang pemilu 1977 di fusi menjadi 3 kelompok.

Kelompok pertama (terhitung sejak 5 Januari 1973) adalah partai-partai politik berideologi Islam, yakni Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam PERTI yang melebur menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kelompok kedua adalah kelompok nasionalis, plus dua partai agama non-Islam, yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan Partai Katolik yang melebur menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), terhitung sejak 10 Januari 1973. Di tengah-tengah dua kelompok itu, Golkar (tetap berstatus sebagai organisasi masyarakat) menjadi kelompok ketiga dan merupakan kendaraan politik Soeharto untuk melanggengkan kekuasaan (tirto,id).

Golkar menjelang pemilu 1977 melakukan intimidasi terhadap masyarakat Pandeglang (langsung maupun tidak langsung untuk memilih Golkar). Abuya Dimyathi selaku tokoh masyarakat merasakan ketidakadilan dalam hal ini. Melalui sikap kritisnya, Abuya Dimyathi menolak dengan mengatakan “Golkar bukanlah pemerintah, Golkar adalah peserta pemilu seperti PPP dan PDI. Jadi, tidak ada keharusan dari masyarakat Pandeglang untuk selalu memilih Golkar.”

Akibat perlawanannya tersebut, dalam historia.id, Hendra Tri Anggoro menyebut Abuya Dimyathi pun dianggap pemberontak, bahkan lebih ekstrim lagi dilabeli PKI. Abuya Dimyathi pun kemudian ditangkap pada 14 Maret 1977 dan ditahan penjara Pandeglang. Beliau divonis hukuman 6 tahun penjara di LP Pandeglang, meskipun kemudian beliau hanya menjalani hukuman selama 3 bulan 20 hari (karena santri dan jawara bersama masyarakat turun ke jalan untuk membebaskan Abuya Dimyathi. Saat itu digambarkan jalanan utama Kota Pandeglang, Banten, Jawa Barat, penuh dengan massa).

Juhdi Syarif, pengajar Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, seperti dikutip dalam historia.id menyimpulkan dalam disertasinya bahwa sebetulnya Abuya Dimyathi tidak berniat untuk melawan hegemoni orde baru, hanya berupaya menjernihkan persoalan seputar pemilu di masyarakat (karena ini menyangkut umat). Abuya Dimyathi bukan salah satu pendukung partai politik ataupun Golkar. Sebagai ulama, beliau menghindari politik praktis. Beliau tidak mengarahkan masyarakat harus memilih Golkar, PPP, ataupun PDI.

Menelaah paparan diatas, rasanya perlu penggalian lebih jauh tentang sepak terjang Abuya Dimyathi dalam peristiwa pemilu 1977 di Pandeglang tersebut. Apa yang membuat beliau begitu berani? Kegaliban saat itu, ulama cenderung bersikap kooperatif terhadap Pemerintah, bahkan di era awal-awal kemerdekaan (1945-1947), yang menjadi Bupati pandeglang adalah Abuya Abdul Halim Kadu Peusing, yang juga merupakan Guru dari mendiang Abuya Dimyathi.

wallahu a'lam…..

 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Riki Gana

Komunitas Sajarah Banten

-----

Daftar Sumber (bibliografi)

·         https://historia.id/politik/articles diakses juni 2021

·         https://tirto.id/dl3V

·         Faridl, M. (2003). Peran Sosial Politik Kiai di Indonesia. Jurnal Mimbar. Vol. 19, No. 2, pp. 195-202.

·         HM.Murtadlo Dimyathi (2008). Manaqib Abuya Cidahu Dalam Pesona Langkah di dua Alam. Pandeglang: NP

·         Karomani. (2005). Ulama dan Jawara: Studi tentang Persepsi Ulama terhadap Jawara di Menes Banten Selatan. Jurnal Mediator. Vol. 6, No. 2, pp. 228-235

·         Juhdi Syarif (2018), Sikap Politik Abuya Dimyati Terhadap Kebijakan Pemerintah Orde Baru : kasus pemilu 1977 di Pandeglang Banten”. FIB UI