Minggu, 29 Agustus 2021

Alhamdulilah

Dimalam ini, sebelum tidur, saya ingin mengucapkan rasa syukur dari hati yang terdalam.

Terima kasih Ya Alloh....

Atas semua Rahmat dan rezeki yang telah kau berikan.

Melihat anak-anak (3 anak) yang sedang tidur, luar biasa, sehat-sehat, baik-baik, lucu-lucu dan selalu nurut dan mau mengikuti arahan orang tua. Si dede sdh 3 tahun, si Aa sudah masuk TK, dan si kaka di SD kelas 3.

Terima kasih Ya Alloh...

Sudah diberikan jodoh (istri) yang begitu tangguh dan sabar. Selalu siap dalam kondisi apapun. Tak pernah mengeluh dan selalu support.

Terima kasih Ya Alloh...

Atas segala karunia Mu.

Atas orang tua, yang sadar tidak sadar memberikan bekal kehidupan yang begitu besar. Keilmuwan, falsafah kehidupan, baik disengaja ataupun tidak. 

Atas adik-adik yang mandiri. Mampu mencontoh yang baik-baik dari kakaknya. Mampu menyadari peran untuk berbagi dan saling tolong menolong. 

Atas mertua yang tidak ikut campur dan merecoki urusan kelurga anak-anaknya. Walau ala kampung, tapi disadari atau tidak, memberikan ketenangan dalam kehidupan.

Ya Alloh...

Aku bersimpuh dan bersujud kepadamu, atas semua limpahan rezekimu. Walau lewat tulisan sederhana, ini merupakan ungkapan apa adanya.

Maafkan jika hamba masih bergelimang dosa. Dan terkadang lupa akan bersyukur.

Semoga dengan bertambahnya usia, semakin dewasa dan menjauhi dosa.

Aamiin YRA


(Rikigana)

Sabtu, 28 Agustus 2021

ijazah S2

 Alhamdulilah, ijazah S2 sudah keluar dan sudah diambil (melaui teman), tapi belum wisuda akibat covid 19.

Terhitung saya masuk di SEP 2018 dan lulus di JAN 2021

Lada Pulosari

Tanggal 24 Agustus kemaren dulu, saya berkesempatan untuk ikut serta dalam acara yang dilakukan oleh BPCB Banten. Acaranya: Pendakian Jalur rempah Simpul Banten.

Kita mengunjungi tanaman lada yang ada di kaki gunung Pulosari. Di daerah Cihinjuran, Pandeglang Banten.

Tim terdiri dari peserta dan Panitia serta pemateri.

panitia dari BPCB banten tentunya, Pemateri dari sejarawan satu dan konten kreatif satu. Peserta terdiri dari 25 Anggota. Terdiri dari anak-anak muda (siswa dan mahasiswa dari berbagai daerah.

Terulang, jika kegiatan bersama anak-anak muda, maka saya sealu dianggap muda, karena postur yang kecil dan muka mungkin gak tua-tua amat. hehe...

Yang jelas, cara kita menguji keilmuan, apakah keahlian kita masih bagus atau tidak, sekali-kali coba untuk ikut kegiatan yang orang tidak atau siapa kita. Jadi, bukan atas kebesaran anama kita, yang sudah kita bangun dari awal. Itu cukup menghibur dan bisa melihat bagaimana kita dilingkungan yang tidak dikenal, bsa memberikan kontribusi besar.

Demikian,

Rikigana

Senin, 23 Agustus 2021

Ke-Erte-an

Saya Menulis, Karena Saya Ada.

----

*Tiga tahun periode di RT/RW, dibagi menjadi tiga babak:

1. Tahap 1 perkenalan dan pengenalan (saling kenalan dan saling mengenal - menggali karakter masing-masing). Misal : kumpulan/rapat2 teknis mengenai lingkungan.

2. Tahap 2 Kekompakan (tahap pembentukan solidaritas berdasarkan regional. Guna dalam olahraga, gotong royong, dsb). Misal: Gotong royong pembuatan Gardu & Majlis, kegiatan Agustusan, Jimpitan, Pemagaran, dll.

3. Tahap 3 Kesadaran Diri (tahap mulai menyadari mana hak dan mana kewajiban, mana ranah publik dan mana ranah pribadi, saling menghargai, menghormati dan menyadari peran masing-masing dalam masyarakat tingkat terendah-RT/RW). Misal: Selokan tidak boleh ditutup, Parkir tidak sembarangan, Tidak pakai fasilitas publik (fasum) untuk pribadi, rumah tidak melewati tanah yang haknya (ngambil tanah jalan), iuran sampah dan keamanan tidak perlu dipaksa, Ronda sukarela, tidak 'pinter kodek', dll. Hakikatnya, siapapun kita diluar (dan sebagai apa), pada lingkungan RT/RW adalah member of society, harus ikut aturan dan saling menghargai. Sanksi sosial lebih harus disadari daripada ditekankan.


*Perbedaan dengan keartesisan (lebih bersifat teknis karena pelayanan khusus -dibidang air, tidak perlu ada kekompakan, bukan murni sosial, ada aspek profesional):

1. Tahap Pengenalan (mengenal Anggota dan lingkungan).

2. Tahap Eksplorasi (Tahap urun rembug dan pembuatan aturan)

3. Tahap Kesadaran Diri (idem)

 

*Kesatgasan Covid-19 atau keorganisasian sejenis:

1. Tahap Pengenalan & Kesesuaian kesepakatan

2. Tahap Aksi & Evaluasi


*Tujuan: 

1.Masyarakat Madani: terciptanya lingkungan yang kondusif/stabil dengan keseimbangan, sehingga menciptakan kesuburan dan beradab (Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi).

2. Masyarakat yang Berdikari (berdiri di kaki Sendiri): Mampu mencukupi kebutuhan diri dan lingkungan dengan sendiri, tanpa bergantung pada konsepsi pemerintah yang cenderung lambat.

--

Serang, 23 Agustus 2021

Rikigana

Sabtu, 07 Agustus 2021

PAHLAWAN

Rumus jadi pahlawan itu sederhana: berbuat spektakuler (kebaikan), dan kemudian menghilang. Niscaya hal tersebut menjadi kenangan. Jika impact-nya besar, tentu pengakuannya semakin besar. Kenangannya akan melekat, dan semakin lama semakin banyak bumbunya.

Itu kalo tujuannya 'pengakuan,' bukan dasar keikhlasan.  Aroma transaksional akan muncul, saat masih dalam tahap perencanaan sekalipun.

Beda dengan yang mempunyai tujuan: Pengabdian -- Bukan pengabdian yang berkedok. Pengabdian sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri. Kepuasan didapat justru bukan karena pengakuan. Tapi, lebih kepada ketepatan pengaplikasian. Dia tidak butuh dielu-elukan (diaku), dia tidak butuh kembalian, yang dia butuhkan... ya, apa, ya? Kadang-kadang juga tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dan tak perlu juga diumbar dalam kalimat.

Kapan orang akan sampai ditahap ini? Secara teoritis, menurut Maslow, setelah melewati hierarki kebutuhan ini: Fisiologi, rasa aman, kasih sayang, penghargaan dan aktualisasi diri. 

Sederhananya: "lamun anak ceurik diimah hayang jajan, token listrik nganut-nut, imahna masih ngontrak, ku pinjol dibeberik, tapi sibuk wara-wiri supaya diaku jadi pahlawan, itu adalah hil yang mustahal."

Lho, terus gimana dengan orang yang memang hobinya mengabdi, tanpa mengikuti kaidah tahapan ini? Sah-sah aja. Itu kan hanya gambaran. Tapi, disadari atau tidak, sebagai manusia, si seseorang itu, akan tetap goyang, tidak ajeg, dan riweuh: terutama dari sisi psikologis --mudah frustasi salah satu contohnya, sensitif dan merasa tidak diakui, itu bagian selanjutnya.

Nah, di zaman sekarang yang banyak opsi ini. Anda boleh memilih, mau jadi apa aja silakan. Pahlawan mangga, penjahat pun mangga. Tapi, jangan sampai mendikte, apalagi memaksakan orang, untuk mengakui anda, dengan dalih apapun, dengan cara apapun (disengaja ataupun tidak).

Mari kita bersikap: sahayuna!

.

Nb: diangkat berdasarkan kisah nyata. 😀

--

(Rikigana)



Rabu, 04 Agustus 2021

Aplikasi Manajerial

Ternyata saya tidak bisa lepas dari masyarakat. Dan pengabdian tertinggi adalah ke masyrakat, terutama di lingkungan sendiri (komplek perumahan). Sejauh ini saya eksis diluaranm tapi sanagt minim didalam.

Ini juga --lagi-lagi-- bukti trah yang sangat kuat. Bapak mantan kepala desa dan ibu tokoh yang aktif di masyarakat (sampai kini), membuat saya mau tidak mau 'menikmati' kegiatan pengabdian di masyarakat.

Awalnya memang memusingkan, karena banyak hal yang jauh dari standar, baik etika maupun pengetahuan. Namun demikian, lama-lama mulai ada rasa 'puas tersendiri' saat saya secara pribadi bisa melakukan sesuatu dan diterima oleh masyarakat. Kebahagiaan dan kepuasan mereka (secara tidak langsung) membuta saya bahagia yang hakikatnya malah tidak bisa diukur secara nyata.

Sebetulnya saya aktif, bukan ingin dipuji. Hanya karena prihatin melihat kekacauan-kekacauan yang terjadi, dan selalu ada gesekan yang meurut saya tidak penting. Walau sampai dengan saat ini, fitrah keruwetan itu tidak betul-betul selesai, setidaknya sudah nampak kerapian setelah saya ikut serta di dalamnya.

Terutama masalah konsep dan aplikasi manajerial. Ego dan kekacauan sedikit-demi-sedikit bisa dikikis dan dibetulkan, setelah ada sentuhan manajerialnya. Akhirnya, pengalaman organisasi dan kuliah bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jika diimplementasi didunia profesional dan di bayar: itu sudah biasa, tapi di masyarakat,diterima dan tanpa di bayar: itu sungguh kebahagiaan yang hakiki.

-- Saya dipilih kembali menjadi Ketua Paguyuban Artesis 34 untuk periode 2021-2022

(rikigana)



Selasa, 03 Agustus 2021

Arsip 2019

 https://fajarbanten.com/untirta-dan-forpimpas-gelar-rakerwil-dan-seminar-internasional-iciser-2019/

FAJARBANTEN.COM – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa bersinergi dengan Forum Pimpinan Pascasarjana (Forpimpas) Wilayah Barat menggelar Seminar Internasional yang dihelat di Ballroom Le Dian Hotel Serang. Seminar Internasional  ini merupakan salah satu rangkaian dari agenda Rapat Kerja Wilayah Forpimpas BKS-PTN Wilayah Barat yang digelar sejak Jumat Malam, 26 April 2019. Sabtu (27/04/2019).

Seminar Internasional yang bertajuk “The Second Internasional Conference On Issues in Social and Education Research (ICISER) 2019” ini dihadiri oleh Rektor UNTIRTA Sholeh Hidayat, Ketua Forpimnas BKS-PTN Wilayah Barat Robert Sibarani, Ketua BKS-PTN Wilayah Barat Syafsir Akhlus, Ketua Presidium Forpimpas Purwanto, Dewan Pembina Forpimpas BKS-PTN Wilayah Barat Zulkarnain, Direktur Pascasarjana UNTIRTA Suherman, Ketua Pelaksana Kegiatan Odien Rosidin, Ketua Panitia ICISER 2019 John Pahamzah, Direktur Pascasarjana Wilayah Barat, dan mahasiswa pascasarjana Wilayah Barat.


Ketua Pelaksana Kegiatan, Odien Rosidin mengatakan, Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Forpimpas BKS-PTN Wilayah Barat dan konferensi internasional yang diselenggarakan UNTIRTA sangat memuaskan.

“Antusiasme peserta terlihat dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 40 orang dari 17 pascasarjana wilayah barat, dan konferensi internasional ini juga diikuti oleh 40 pemakalah, dosen dan mahasiswa. Tujuan dari konferensi ini diharapkan terjadi diskusi dan silaturahmi ilmiah yang akan berujung pada pengingkatan publikasi ilmiah,” katanya disela-sela acara.

Rektor UNTIRTA, Sholeh Hidayat dalam sambutannya mengatakan, kegiatan ini menjadi wadah bagi akademisi untuk mengembangkan keilmuannya.

“Tujuan dari even ini adalah untuk menyediakan kesempatan untuk menampilkan dan membagikan hasil penelitian sosial dan pembelajaran pendidikan berdasarkan bidang masing-masing dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0,” pungkasnya.


Direktur Pascasarjana UNTIRTA, Suherman menuturkan, pihaknya memang sudah merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serangkaian kegiatan ini dengan baik.

“Kami sebagai penyelenggara merasa senang karena sebagian besar peserta Forpimpas hadir. Hal ini menjadi indikator keberhasilan terhadap kegiatan Rakerwil ataupun ICISER 2019. Dari kegiatan ini, tentu saja peserta akan mendapatkan ilmu dan pengalaman yang positif,” jelas Suherman.

Sementara itu, Ketua Forpimnas BKS-PTN Wilayah Barat, Robert Sibarani menjelaskan, konferensi internasional ini betujuan untuk menyamakan persepsi keilmuan dari berbagai negara.

“Dengan konferensi internasional seperti ini, kita bisa menyamakan persepsi dan wawasan bahwa kita perlu tahu cara pandang mereka, dan kita juga perlu member tahu cara pandang kita. Jadi lebih pada terjadinya keseimbangan antara apa yang ada di negara kita, dan apa yang ada di negara mereka,” katanya.


Ketua Himpunan Mahasiswa (HIMA) Pascasarjana UNTIRTA, Riki Gana menilai, kegiatan ini sangat positif dan perlu diadakan secara rutin setiap tahunnya.

“Konferensi internasional ini bagus karena tema-tema yang diangkat juga menarik seperti tema ke-Banten-an, juga menghadirkan pemateri-pemateri dari luar dengan disiplin ilmu yang bervariasi. Kegiatan ini merupakan suatu kebutuhan keilmuan bagi,” tukasnya.

Senada dengan Ketua HIMA UNTIRTA, salah satu peserta konferensi internasional, Afif Widiyanto dari Program Studi Magister Manajemen UNTIRTA mengapresiasi kegiatan konferensi internasional ini.

“Kegiatan ini sangat bagus meski pemateri yang hadir berasal dari lintas disiplin ilmu. Dari sini minimal kami memiliki pandangan bagaimana nanti kita menjadi presenter. Ini baik untuk menambah ilmu,” ujarnya.(man)

PPKM Covid-19

Sampai dengan bulan Agustus 2021 ini, wabah covid 19 masih tetap bertahan, tidak mau pergi. Yang meninggal sudah bukan hitung ratusan, ribuan. Ekonomi pelan tapi pasti menukik turun. Pemerintah kewalahan. Berbagai istilah dikeluarkan: PSSB, PPKM Mikro, PPKM darurat dan sekarang berlevel-level.

Perpanjangan waktu dan status pun terus menerus, terakhir sekarang PPKM level 4 sampai dengan 9 Agustus 2021.

Sudah tak terhitung kesusahan yang ditimbulkan. Tapi, kalo dipikir-pikir manusia itu mahluk yang sangat pintar beradaptasi.Di kampung-kampung, menganggap corona ini seperti hal biasa. Ibu saya kena, dan tetangga banyak yang kena. Karena tidak punya penyakit bawaan, mereka akhirnya bisa sembuh kembali. Dan sekali lagi dianggap biasa saja.

Tidak heboh-heboh. Aktifitas seperti biasa.

Tapi, ya ini beda dengan pengelolaan negara. Tak semudah itu.

Akhirnya, semua kembali berdo'a. Semoga sedikit demi sedikit, negara bisa terkontrol kembali. Wabah sedikit demi sedikit bisa tertangani. Ekonomi bisa bangkit kembali.

Aamiin YRA.

(rikigana)