Sabtu, 25 April 2020

Kadang Kadang


Tidak update tentang Shalat Taraweh, bukan berarti orang tsb betul2 tidak melakukannya. Tidak update tentang baca Al-Qur'an, bukan juga orang tersebut tidak baca. Tidak update sedekah pun, demikian juga, bukan berarti orang itu melupakannya. Apalagi tentang puasa, yang dimensinya vertikal dengan YMK.
Kadang-kadang ada orang yang nyaman dengan membagikan seluruh aktifitas dan pemikiran di medsos. Kadang-kadang ada juga orang yang nyaman nya irit berbagi. Kadang-kadang ada orang yg mengalami fase dari sering berbagi ke irit berbagi, pun sebaliknya.
Semua bebas, karena kadang-kadang mereka punya tujuan yang berbeda-beda. Mungkin edukatif, atau rekreatif, atau coba menjadi inspiratif. Atau mungkin... merasa harus menjadi wasit. 😁
Kadang-kadang memang jengah, saat banjir informasi yg menurut kita tidak penting, atau penting tapi diulang-ulang sampai 'ongkek'. Tapi, kadang-kadang juga itu seperti hiburan. Melihat cara pandang orang-orang, dari berbagai latar belakang.
Menurut tokoh Bryan dalam film Just Mercy (2019), "saat kita baru lulus dari sebuah akademi (rohani, maupun umum) kita terlalu sibuk memikirkan merubah dunia, rasanya hanya kitalah yang mampu untuk melakukan itu, tapi seiring waktu dalam hidup, ternyata kita sadar, merubah diri sendiri pun sangatlah sulit, dan butuh waktu lama."
Dengan demikian, kadang-kadang saya mikir, yang kadang-kadang tak perlu juga saya pikirkan (seperti saat menulis ini). 😁
.
Selamat ibadah shaum Romadhon, sabar sedikit, walau tak mudik/pulang kampung, lebaran akan tetep tiba -- pada 1 Syawal nanti. 😁
--
(Rikigana)

Jumat, 17 April 2020

Pesen Ayah

Lockdown corona membuat saat punya waktu merenung berlama-lama. Biasanya sangat sibuk wara-wiri. Sekarang banyak waktu untuk 'melamun'. Disela-sela bosan aktifitas di rumah saja -- banyaknya ngenet.

Meresolusi aktifitas. Dari sisi entrepreneur, usaha ini --harus saya akui-- pijakannya belum begitu kuat, masih rapuh. Baru kerasa saat bener-bener hanya dirumah, kalau di hitung real pemasukan masih sangat jauh dari sempurna, di bandingkan dengan menjadi karyawan dulu. Disamping itu, networking yang dibangun pun belum begitu massive, dan masih cari celah. Masih sangat jauh dari sempurna.

Aktifitas ngajar mengajar, memang ada. Tapi, dari sisi penghasilan betul-betul sangat jauh jika di bandingkan saat bekerja di pabrik dulu. Dan, masih sekedar hobi, belum terlihat arah kedepan seperti apa.

Haruskah menyerah? Atau haruskah realistis?

Setelah merenung karena lockdown ini. Saya tiba pada satu kesimpulan. Untuk memperkuat pendapatan lagi, cari pekerjaan lagi, sambil membuka jaringan untuk memperkuat passion.

ini pelajaran, mungkin bagi anak-anak nanti kalo baca suatu hari nanti. bahwa, ayah pernah dalam kondisi ini. Kondisi di persimpangan antara kenyamanan pendapatan dan kenyamanan ke-hobi-an. memang bunda tak pernah menuntut untuk kembali kerja, bukan berarti tidak butuh uang lebih, tapi mungkin merasa cukup apaadanya, dan memberi keleluasaan pada ayah untuk berkarya.

Tapi, ayah sendiri harus rasional. Mumpung usia masih produktif. Jadi, bukan juga mengubur seluruh cita-cita (ngajar, sambil punya perusahaan), tapi lebih kepada ikhtiar untuk memperbaiki pendapatan dan membuat serta memperkuat jaringan. Karena, butuh operasional dan butuh akomodasi lebih untuk melakukan ini. Toh, juga kalo melihat tren usaha dan ngajar sekarang, masih memungkinkan dan banyak waktu untuk diisi untuk kerja yang lain -- masih banyak waktu luang, jadwal ngajar tidak padat dan usaha masih jarang-jarang.

Memang, sekarang paling dekat ayah harus ngejar penyelesaian tesis. Segera wisuda dan menyelesaikan segala hal ke magisteran ini. Nah, tapi sekalian untuk cari-cari lagi lowongan pekerjaan. Memang juga ini agak kontradiktif dengan pernyataan2 sebelumnya. Tapi, anak muda, inilah kenyataan dan kehidupan. Mungkin berubah-ubah tapi semoga menjadi pendewasaan diri.

Ini pelajaran penting untuk kalian.

Sebagai informasi untuk anak-anak sekalian. Kejadian ayah dan Kakek (yang di malingping), hampir sama. Mendapatkan posisi puncak saat usia muda (30-35an), tetapi kemudian terjun bebas -- bisa dikatakan karena di jatuhkan orang lain. Tapi, juga takbisa kita menyalahkan siapa-siapa. Begitulah kehidupan. Cukup jadikan sebagai pelajaran. Ayah pada umur 32 awal, menduduki posisi penting di perusahaan, tetapi harus mundur karena konspirasi orang-orang yang sirik. Kakek jatuh bebas, sampai ke penjara, di copot dari posisi kades, karena konspirasi orang-orang yang ingin menjatuhkan, dilain sisi tentu sama-sama karena orang ingin mengambil keuntungan. kadang ini terkait idealisme. Disamping beberapa karena keras kepala dan ketidaksiapan menghadapi kenyataan hidup. Harus diakui, pengalaman muda tanpa mentor itu berat. Kakek jatuh, karena mentor jawaranya (buyut kasim) meninggal saat kakek lagi berjaya. Ayah, karena tidak menemukan mentor yang baik. Malah hanya dijadikan umpan  oleh mentor atau orang yang dianggap guru tersebut. kakek tidak bisa menjadi mentor ayah, dalam hal perusahaan, karena dari segi pendidikan dan lingkungan dia tak paham apa yang terjadi.

Sekali lagi ini sebagai pelajaran. Jika kelak kalian dewasa, perhatikan detail-detail kehidupan. Tak perlu keukeuh, sebab kadang kebenaran itu menjadi nisbi. tergantung interpretasi orang. Yang pasti jadilah adaftif dengan mengutamakan kejujuran. kalo ayah memang beda, jujur, idealis dan keras kepala. masih tetep trah jawara melekat dan tak mau kalah.

Memang agak berbeda, ada juga sama. Saat kakek jatuh dan ingin bangkit lagi, dia sudah agak repot, satu-satunya harapan adalah mensukseskan pendidikan ayah, bersama nenek (walau berdarah-darah). Nah, kalo ayah, masih ada waktu untuk kebangkitan lagi. Selain, alhamdulilah bunda sudah sangat cukup untuk bisa berkarya dan menopang kehidupan. Juga ayah selalu membekali diri dengan pendidikan serta keterampilan.

Anak-anak, ayah masih punya rahasia. Entah akan ayah buka atau tidak. Tapi, sementara ini tak akan ayah buka. Ini murni pribadi. Terkait perasaan. Tak ada hubungan dengan yang lainnya.

wow, jadi curhat ya.

Baik kesimpulannya: pertama cari kerja kembali guna memperkuat cita-cita yang harus di tuju. kedua baru kembali untuk memperkuat pendapatan diperusahaan sendiri dengan konsentrasi mengajar yang bukan hanya hobi, tapi juga cukup penghasilannya.

Ya, Minimal ayah kerja dalam jangka pendek untuk: bisa beli mobil untuk keluarga satu lagi, membangun rumah (melengkapi 2 tingkat sampai ke kantor bunda).
Dan jangka panjang untuk investasi dan tabungan pendidikan anak-anak semua. tabungan untuk pensiun, membangun rumah alam, di kebun malingping.

wah-wah-wah. Ternyata secara lahiriah memang saya tercipta untuk menjadi ambisius. Tapi, setidaknya ambisius dalam korodor positif. tidak curang dan culas dengan cara-cara negatif.
 Saya harus akui, ternyata memang saya takbisa untuk menjadi tak ambisius. hanya menerima keadaan yang ada. Nyatanya, saya tetep ambisius dan bersemangat.

Aamiin YRA
(rikigana)

Kamis, 16 April 2020

UANG BARU CINA

Luar biasa..

saya baru baca disway pagi ini, tentang keluarnya uang baru di Cina (tiongkok), saya penasaran dan buka beberapa media mainstream -- betul!

Cina mengeluarkan uang baru : UANG DIGITAL.

Uang yang tidak perlu lagi berupa kertas atau logam. Hanya ada di aplikasi HP. Dan mantapnya, ini sudah resmi di terapkan peraturannya oleh negara. Jadi, kalo kecina beli 'gorengan' di pinggir jalan. Kita tak perlu merogoh kocek lagi. Cukup dengan scan barcode HP atau lakukan transfer.

Memang bukan hal yang ujug-ujug datang. Tercatat sudah di siapkan kurang lebih 2 tahun yang lalu. Dari masa propaganda percobaan sampai dengan pengaplikasiannya. Yang menurut saya harus diacungi jempol adalah progressnya. Cina selalu komit dengan program. Dan apapun yang terjadi selalu terus ada progressnya. Tujuan menjadi yang utama.

Bayangkan, baru saja negara tersebut terpuruk dari wabah corona. Baru sebulan dia terlepas. tiba-tiba melejit untuk keputusan baru. Tak ada alasan, tim tertentu akibat wabah corona tidak melanjutkan progressnya. Ini membuat kewajaran yang istimewa, kenapa Cina sekarang sudah mampu 'melawan' AS.

Dolar yang merajai dunia, sekarang ada lawan baru. Uang cina yang bersandar pada emas dan menurut para ahli tak bisa di spekulasikan seperti dolar. Murni sebagai alat pembayaran. Bukan maen2 dinilai tukar atau perdagangan uang.

Dolar sudah lama tidak bersandar pada emas sebagai nilai tukar. Dia lebih kepada perdagangan spekulan di bursa saham. Sehingga nilai tukar tersebut merajai di seluruh dunia. bahkan Eropa sekalipun yang menjoba bikin uang UE, tak mampu menyaingi hegemoni dolar.

Lantas bagaimana di indonesia?

Ya, selalu optimis. Kata yang tepat daripada mencela. Toh, kita selalu jadi bangsa konsumen. Follower. Dari semua perkembangan yang ada di dunia.

Baik soal teknologi, maupun soal virus.
(Rikigana)

Minggu, 12 April 2020

DIA 2020

Masih dalam 'teror' corona.

Masih harus dirumah dalam waktu lama. Sialnya, masih juga menunggu yudisium dari sidang proposal kemaren -- memang serba lambat. Tapi, kalopun cepat, lantas mau apa selanjutnya, toh ambil data pun tak bisa. Tapi juga, beneran lambat sih. Pertama dari jadwal sempro yang sudah menunggu sejak sebelum rame corona. Niscaya, syareatnya, kalo sempro dilakukan sebelum corona. Otomatis, sekarang sudah selesai pengambilan data. Ya, mau bagaimana lagi, semua ada garisnya, barangkali ungkapan tepat untuk mengobati kecewa. Yang seharusnya bisa d manaje dengan baik. Toh, juga jurusannya manajemen, mestinya menej adalah hal utama dalam menjalankan roda, dan profesionalitas adalah syarat mutlak yang harus di junjung.

Wuih, sebenernya saya menulis bukan untuk ini. Tapi, semenjak 'insiden' protes mengenai iuran pelaksanaan sempro. Rasanya masih tetep ada yang mengganjal. Walau kemudian untuk angkatan saya mengurus sendiri, tapi serasa ada yang tidak pas saat menghandling atau tanggapan pihak terkaitnya. Masih agak jauh dari profesional.

Masih terlihat 'bebanting' di bandingkan solve problem. Masih terlihat 'finger pointing' daripada open minded.
Gatau, sampai detik ini, saya masih merasa kecewa. Lagi-lagi, ekspektasi selalu dikalahkan sama realita.

Inilah hidup...
--

Saya ingin ngulas cerita film india. Judulnya: Dia, keluar Februari 2020. Saya baru nonton saat-saat lockdown seperti ini.

Memang bukan hanya film ini yang berhasil ditonton. Tapi, dari sekian banyak film itu. Ini yang paling bagus.

Ngulas lebih jauh, rasanya kebanyakan nulis. Jadi kadung bosen. Intinya, film ini bagus untuk genre romantic. Ga norak. Dan ga ketebak.

Bagus, bagi yg belum nonton.
Tontonlah, daripada saya ceritakan lebih detail, nantinya ga seru lagi.

(rikigana)

Kamis, 09 April 2020

Sempro Corona

Alhamdulilah, akhirnya, di masa akhir sebelum penetapan KLB kota Serang -- atau bisa jadi PSBB di Banten, berkesempatan menyajikan usulan penelitian di hadapan para Penguji Ysh.

Proposal tesis 
Juga, momen pertama keluar rumah. Setelah hampir 3 minggu; semedi WFH. Walau tetep kita 'berjarak online', cukup senang bisa melihat kampus yang sepi. Cukup senang liat jalan raya sedikit lengang, walau di beberapa titik, masih terlihat orang bergerombol.

Rasanya sy mampu untuk tetap keliling dan ambil data penelitian. Tapi, saya menyadari, tak harus jadi egois, keselamatan bersama tetep yang utama. Lebih baik mencari alternatif2 untuk pencarian data. Sambil menunggu, barangkali kampus memberikan kebijakan lain ( terutama BAYARAN SEMESTER berikutnya ). 😁

Sempro online di ruang sidang, 09.04.2020

Nah, barangkali ada, teman2, yang berbaik hati, untuk memberi informasi (Nama & kontak pemilik/Pengelola) UMKM Kuliner khas Lokal di Provinsi Banten, mangga komen dan boleh japri.
Contoh kuliner khas lokal banten : sate bandeng sawah luhur, rabeg pasar lama, kue balok menes, apem cimanuk, emping saketi, dll.

--
Terima kasih yang sebesar-besarnya, untuk para pembimbing & penguji. 🙏🙏
Prof. Meutia Ismail; Dr. Hayati Nufus; Dr. Djasuro Surya;  Agus David Ramdansyah, Ph.D; Dr. Lutfi
--
Mhn izin, sy CC kan ke pa Warek 2. 😁😁
Pak H. Kurnia Nugraha 🙏🙏
--
(rikigana)

Selasa, 07 April 2020

Ekspekto Sensitipo

Dimana saya resah, disitu menulis. Sepersekian mencurahkan rasa lewat kata. Sepersekian menelusuri bagaimana cara kehidupan ini bekerja. Banyak makna.

Alhamdulilah kamis ini (9/04 2020), di jadwalkan sempro. Akhirnya, walau ditengah pandemi, ada solusi -- online dengan menggunakan aplikasi zoom yang semenjak pandemi ini menjadi terkenal.

Entah, saya merasa lagi 'tidak baik-baik saja'. Saya juga merasa seolah ada sesuatu yg tertunda. Agak sulit untuk bicara blak-blakan. Karena saya baru saja memahami dan membaca. Ternyata di lingkungan akademis malah agak susah untuk 'baik-baik saja'.

Apa hal?

Terlalu banyak ewuh pakewuh, dan rasa 'ketimuran'. Dulu saya merasakan juga saat S1, dan sekarang menjadi kejadian saat S2. Agak sulit mendeskripsikan, terutama bagi saya yg penyuka blak-blakan. Tanpa tedeng aling2 tapi masih dalam bingkai keharmonisan.

Cukup mungkin diwakilkan dengan ungkapan. Tak perlu berekspektasi tinggi. Nyatanya lingkungan begitu. Tak perlu menjadi oke. Nyatanya lingkungan woke.

Memang agak gatel untuk sekedar hanya menyindir. Tapi, yakinkan diri, ini bagian bersosialisasi untuk pematangan diri. Tetep menatap kedepan dan enjoy. Ingat, energi untuk kritis dan merasa selalu harus merubah menjadi lebih baik -- tak selama nya cocok.

Satu lagi hal yang akan saya tambahkan : handling masalah. Iya, cara mengelola masalah/saran/kritik yang masuk, masih jauh dr solutif, tapi lebih cenderung reaktif. Saya cenderung selalu menghargai kualitas dan kelihaian seseorang saat dia menghandling masalah sampai keluar sebuah kebijakan -- yang solutif tapi bijak. Bukan lari atau juga ngeles, tidak juga berlebihan. Mmhhhh... ga bgtu tepat juga sih. Karena itu kmbali krpada diri dan lingkungan. Tapi, itu cukup menggambarkan secara gamblang. Bagaimana dan lingkungan seperti apa yg sedang saya hadapi. Belum lagi, banyaknya mahasiswa apatis hanya mengejar gelar untuk kenaikan pangkat. Memang, susah diungkapkan kalo gak blak2an. Intinya, keluwesan saat mengambil kesimpulan, tanpa menyudutkan.

Susah di pahami y! Hehe...

Begitu banyak data empiris yg mengatakan, bahwa akhirnya saya menjadi yg terbuang. Baik di lingkungan pekerjaan, pertemanan, atau bahkan percintaan.

Biarlah dunia berjalan seperti adanya. Tak perlu untuk merubahnya. Lingkungan berjalan, biarkan demikian. Fokus sama diri sendiri, karena hakikatnya diripun susah untuk di ubah.

Mimpilah pendek2, cita2 tak usah gede2. Yang penting, apa yg ada di depan, lakukan dengan baik -- tak usah yg terbaik, sebab kadang menjadi yg terbaik pun tak lantas menjadi nyaman dalam kehidupan. Hanya menciptakan ketidaksukaan orang-orang.

Jadilah diri sendiri. Thats it!
(rikigana)