Senin, 23 Mei 2022

Garut 2022

Selamat pagi, saat lg duduk di toilet hotel tulisan ini dibuat (jangan ditiru) 😄

Saat ini saya berada di garut, di hotel santika, bersama keluarga.

Alhamdulilah, ini kalo kedua ke garut, masih tetap sama, suasananya 'matak kairut.'

Perjalanan kami dimulai di sabtu pagi, dari serang. Sehari langsung menuju Bandung (Istri seminar Notaris Pembuat Akta Koperasi, saya dan anak2 menjelajahi museum Geologi Bandung).

Menginap semalam di Grandia hotel cihampelas, minggu siang kami berangkat ke Garut.

Selain main, agenda utama di Garut adalah silaturahmi istri dengan pengurus ikatan notaris indonesia (INI) daerah Garut; sekaligus ambil salah satu buku kenotariatan.

Saya dan anak-anak menemani: banyaknya anak-anak berenang. Yang ternyata airnya anget, karena dihotel santika ini ternyata berada di jalur air panas alami drajat daerah garut.

Luar biasa. Saya selalu menikmati cuaca di Garut. Enak dan nyaman. 

Kendala mungkin hanya minor. Saya menuju garut. Di jalan raya bandung - garuy di tutup polisi. Akhirnya masuk perkampungan yang jalannya hanya cukup satu mobil. Was-was. Tapi cukup terobati dengan pemandangan kanan kiri yang asri: sawah dengan latar belakang gunung cikuray.

Rencana kita pulang senin siang, setelah semua urusan usai.

Semoga saat kesini lagi, tol Getaci (gede bage tasik cilacap) sudah jadi, sehingga bisa lebih cepat dan tidak ada lagi penutupan jalur yang membuat kami blusukan ke kalan tikus.

Demikian.

Garut, 23 Mei 2022

*rikigana

Sabtu, 14 Mei 2022

Satgas Ribet

Hidup dimasyarakat, di lingkungan yang serba nanggung itu, seru-seru ribet.

Lingkungan saya perumahan subsidi. Orang-orangnya serba nanggung, dan banyaknya masih butuh pengakuan (baik secara harta maupun penghargaan). Lingkungannya itu tidak homogen, lebih banyak kompleksitasnya (secara ekonomi maupun pendidikan kemasyarakatan).

Tidak heran, jika segala sesuatunya: Ribet!

Lama paham, dan bahkan yang paham pun ego ingin keliatan keberadaannya.

Yang masih tanda tanya dalam pikiran: Apakah ini terjadi di seluruh perumahan bersubsidi dan kampung? Atau memang dikomplek itu demikian.

Tapi, sepengalaman saya hidup dikampung, fenomenanya hampir sama. Sepengalaman saya tinggal di komplek elit, fenomenanya beda -- lebih banyak cueknya dan masing-masing asal kebutuhan dasar lingkungannya terpenuhi (misal sampah ya tinggal bayar, garibet).

Saya sudah akan 3 tahun pegang pengeloalaan artesis, dan alhamdulilah sudah mulai tertata secara teknis dan manajerial -- sudah cenderung kondusif, tidak rame lagi debat kusir yg tidak berdasar. Alhamdulilah, yang awalnya begitu acak-acakan, penuh penolakan, gontok-gontokan (karena ada uangnya), sekarang sudah terlihat baik sesuai dengan relnya. 

Kata kunci penyelesaian adalah dengan sistem; baik sistem manajerial, teknis dan tentu saja leadership.

Nah, tenyata ketika terjun dan membereskan artesis tersebut, saya banyak menemukan, bahwa tidak hanya artesis, tetapi keorganisasisan masyarakat yang lain pun demikian (rt,rw,dkm) -- ada kubu2an, ego-egoan, kepentingan yang sebetulnya sangat kecil dan mendasar untuk diri dan kelompok. Karena tadi tidak ada sistem yang dibangun secara utuh.

Ini berakibat buruk, karena hal yang paling dasar sekalipun, tidak terurus dan ada pembiaran (banyaknya ribut diteknis dan gontok-gontokan). Misal dalam keamanan,ketertiban,keindahan yang semua berkaitan dengan lingkungan hidup, itu tidak jalan atau jalan secara parsial ke rt an. Sehingga, masih banyak ditemukan got mampet, pengangkutan sampah tidak pas, fasum tidak ada yang ngurus, jalan acak-acakan, dll (rw tidak punya peranan kuat dan konsep untuk membereskan hal ini--krisis leadership). Selanjutnya, tentang penanganan kematian dan kuburan, masih belum tersentralisir di ke rwan, sehingga keluarga duka masih menanggung biaya yang sangat besar (padahal ini bisa ditanggung renteng oleh seluruh warga se rw dengan pengelolaan yang baik), belum lagi mengenai posisi penguburan yang asal, sehingga posisi makam acak-acakan, seenake udel untuk posisi.

Berangkat dari hal tersebut, saya buatkan konsep satuan tugas dilingkungan. Satgas merupakan adhoc, adhoc adalah organisasi khusus yang dibentuk untuk bergerak cepat menyelesaikan permasalah sampai suatu saat berjalan dengan baik.

Ada dua satgas yang saya bentuk (dan diusulkan di ke rwan): satgas K3 (yang merupakan pergantian dari satgas covid), dan satgas penanganan duka cita.

Alhamdulilah, masih ada tim yang mau dukung dan menyetujui usulan saya (rt.4 dan ketua rw.16). Untuk satgas K3 karena sudah lebih dulu terbentuk, cenderung berjalan lancar.

penolakan atau keribetan, justru di satgas duka cita, dan datangnya dari beberapa ustadz, dan itu sifatnya tidak prinsip; misal masalah nama, dll yang sangat parsial. Bukan sisi prinsip fiqh misalnya. Jadi, justru ini memperlihatkan adanya ego dan ingin diakunya segelintir orang (ustadz) tersebut. Jadi, seolah berprinsip, kalo bukan ide dari dia itu salah. Yang jadi masalah, sudah terbukti mereka tidak bisa menjalankannya -- buktinya ide dari mereka pengurusan yang katanya harus di dkm, sampai saat ini tidak terealisasi dengan baik. Malah cenderung acak dan abai.

Ini problem!

Dan problemnya ada di orang-orang yang menurut saya oknum yang kadang berlindung di lembaga dan sebutan yang sholeh (dkm dan ustadz). Seolah titahnya merupakan jaminan akherat. Ini membuat jelek citra lembaga dan nama.

Lantas apa yang harus saya lakukan?

Tetap go a head. Jalan. Mungkin akan cape lagi karena harus terjun langsung. Tapi setidaknya tidak sendrian, beda dengan artesis dulu, sekarang sudah ada tim yang dulu juga kurang lebih begini, menolak tapi setelah jalan kemudian mereka baru sadar dan mengamini.

Tantangannya karena dikaitkan dengan agama, ini yang akan lama secara struktural, karena mereka merasa lebih soleh dibandingkan saya-- yang kadang2 ke mesjidnya. 😄

Demikian,


Serang, 14 Mei 2022

*Riki gana


Rabu, 11 Mei 2022

SIBUK GA SEMPET

Luar biasa aktifitas.

Sampai lupa sebulan lebih tidak buat catatan disini. Tapi, memanh agak tricky ngeblog saat ini, karena begitu menjamurnya medsos -- blog kalah cepat dan kalau fleksible dibandingkan medsos lainnya. Misalnya saja facebook. 

Di facebook, kegiatan banyak tercatat secara real time. Karena mempostingnya mudah. Gampang. Seinget yang ada dipikiran langsung di post. Tak perlu ribet kayak blog ini.

Hanya positifnya blog ini terasa lebih privasi. Karena sdh mulai jarangnya orang menggunakan blog. Yang bacanya pun jadi sedikit. Jadi, agak lebih leluasa untuk bicara atau menulis apa adanya. Tak perlu edit-editan.

Kembali ke aktifitas, yang realtime, memang saya tulis di fb. Sebagai pengingat. Sehingga blog ini agak terbengkalai.

Tapi baiklah, saya akan resume yang ingetnya, apa saja kegiatan yang telah dilakui tersebut:

1. Nidn saya sebagai dosen tetap negara sudah keluar, posisi di manajemen relasi industry. Artinya, langsung ataupun tidak, saya sekarang sdh syah dan jelas sebagai pendidik/dosen. Sama dengan istri, nidn dia pun keluar. Akhirnya kita jadi berdua sebagai dosen.

2. Saya berhenti mengajar di SMK niat pengabdian ternyata disalah sasarankan oleh yang berwenang; agar miris, tapi ya begitu lingkungannya, tidak bisa protes. Lebih baik keluar.

3. Dimasyarakat saya leading untuk bikin satuan tugas K3 (untuk ngurus lingkungan), satgas penanganan duka cita (untuk ngurus yang meninggal dunia), dkm (tatib pemilihannya) dan juga sebentar lagi berkecimpung untuk 'ngebenerim' manajerial rw disamping yang sudah saya pegang rutin di paguyuban artesis 34. Cita-cita saya berbagi untuk menuju masyarakat madani dilingkupi dengan nilai2 kesadaran sehingga suasana menjadi nyaman dan kondusif.

4. Saya masuk menjadi anggota golkar, di kta serang, maksud dan tujuan untuk belajar. Jika selama ini cenderung 'membenci' politik praktis. Saya jadi kepikiran, kenapa harus benci, kenapa ga masuk aja dan belajar didalamnya, supaya tercipta pemahaman yang holistik.

5. Alhamdulilah, lebaran idul fitri 1443 H, berjalan dengan lancar, baik ekonomi, maupun sosial.

6. Kuliah insinyur sudah mau lulus. Tahapan saat ini penulisan log book untuk bahan jurnal international. Semoga lancar, bulan juli 2022 sudah bisa wisuda dan menyandang gelar ir.

7. Rencana kuliah S1 manajemen, agar linier dengan S2 nya, karena profesi saya sekarang sebagai dosen, jadi harus menyesuaikan. Rencana kuliah di UT serang.

8. Setelah lulus S1 berencana untuk kuliah S3 menggunakan beasiswa, syukur bisa diluar negeri, target di brunai darusalam atau turki.

9. Jelajah museum dan sajarah banten berjalan sebagai mana mestinya.

10. Kantor istri berjalan dngan baik.


Demikin sementara.


Rikigana