Jumat, 25 Oktober 2024

KRL Kota

Saya banyak jalan. Utamanya ikut kegiatan UMKM. Lainnya karena sekarang punya dua homebase: baik kerja dan usaha, di Serang dan Garut.

Posisi sekarang ada kegiatan dari kementrian koperasi dan umkm. Sebelum nomenklaturnya dipisah di peride pak prabowo baru-baru ini.

Posisi nulis sekarang ada di KRL. Dari bogor menuju jakarta. Nyobain. Disela-sela kegiatan.

Hanya dengan 6000 rupiah, bisa sampai manggarai dan jakarta.

Berkali-kali saya bangga: pada KAI. Betapa sekarang saya merasa hidup beneran di negara kota.

Dulu, ribet susah dan tidak aman kalo bicara kereta.

Sekarang, jauh2lah dari pandangan itu.

Waktu saya ke singapur, berpikir, kapan ya di indonesia kayak di singapur. Yang kayak bener-bener modern dan tidak kampungan.

Ternyata tidak lama, sekarang indonesia pun mantap.

Dimulai dari transportasi perkeretaannya.

Bisa murah. Nyaman. Dan merdeka.

Demikian,

Sudah sampai cawang.

____

KRL Communiter Line Jabodetabek, 25 oktober 2024.

Riki Gana S


Kamis, 02 Mei 2024

FENOMENA AZWAR, SAYA & METAL

Selamat untuk Azwar Anas (metalurgi 2004) yang telah sukses, lolos jadi anggota legislatif di Kab. Serang. Keren!!

Walau syarat jadi caleg min. SMA. Tapi, harus disadari, jaringan yang anas dapat, dimulai saat dia datang ke Banten, untuk kuliah di Metalurgi. 

Saya teman sekelas Azwar Anas (Kami sekelas biasa menyebut azwar, dia keliatannya lebih nyaman di panggil anas). 

Untuk Anas, secara khusus saya sarankan untuk berterima kasih kepada dosen/pembimbing/kajur yang telah meloloskannya di metalurgi UNTIRTA; hingga selamat menyandang gelar S.T. 

Ini menarik, karena membuktikan: *tidak selamanya* nilai akademik selaras dengan kesuksesan seseorang. Boleh jadi Nasakom pada bidang tertentu, (nasakom: istilah umum untuk yang nilainya tidak memenuhi ambang batas) ternyata *kurang berpengaruh* pada bidang yang lain. *Adakalanya* kesuksesan tidak linier dengan nilai akademik ketika kuliah S1.

Mungkin ada beberapa (atau banyak) mahasiswa/i metal yang tidak lolos, dan tidak semulus *case* azwar anas ini --beberapa saya tau dan kenal--

Ada yang dipersulit. Ada yang menyerah. Ada yang mutung/pundung. Akhirnya, mereka tidak bisa lulus, tidak bisa menyandang gelar ST Metal. 

Beberapa ada yang hilang arah dan seolah-olah 'madesu'; Atau setidaknya butuh waktu lama untuk bangkit kembali, dan melupakan metalurgi.

Secara pribadi, saya dan Anas berteman, tapi bersaing! Dalam setiap diskusi, kami selalu kontra, jarang sepemahaman dan selaras; Saya terlalu rigid dan sistemik. Anas terlalu meluas dan loncat-loncat. Hasilnya: yang ada kaitan dengan akademik dan metal saya menang, tapi kalo sudah dibawa ke urusan 'ngawang' luar, saya selalu kalah. 😀

Di kelas. Di teman-teman 04. Untuk alasan akademik, terkadang anas kena "bullyan." Seinget saya, anas lebih banyak berteman dengan orang luar, dibandingkan dengan teman seangkatan. Malah mungkin lebih banyak berteman dengan adik kelas.

Bagi kami, anas bukan teman nongkrong yang asyik. Karena disetiap obrolannya selalu mendominasi, dan hanya berisi doktrin-doktrin yang tidak kami mengerti --khas orang yang terlalu banyak menerima informasi.

Anas dari awal sudah melanglang buana di organ eksternal. Berkebalikan dengan saya yang banyak berkutat di internal, dan organisasi profesi keinsinyuran. Di eksternal saya sekadarnya (Note: saya pernah di LDK IKMA dan ikut pengakaderan KAMMI, pengkaderan HMI, dan pengkaderan HTI; dulu saya sempat sebagai ketua Gema Pembebasan FT).

Kenapa saya fokus di internal? Karena saya kurang duit, kurang jiwa juang, malesan. Tujuan utama saya, hanya lulus cepat dan cari kerja. Dan juga karena... Saya numpang ngekos di himpunan, selama satu tahun. Wkwkwkw....

Waktu saya jadi Kahim Metal. Anas sudah lama aktif di KAMMI. Waktu saya nyalon ketua BEM FT, kami bersaing, Anas mendukung anak Kimia yang didukung oleh KAMMI. 

Saya kalah, tapi saya 'tetap respek' pada cara-cara kemenangannya. Saya banyak belajar mengenai perpolitikan dari kekalahan itu; terutama tentang tidak baper dan kemenangan adalah jalan ninjaku, apapun caranya! 😀

Setelah kalah nyalon BEM FT, saya aktif di BEM Pusat UNTIRTA. Dan Anas, seinget saya tetap berpetualang, terdeteksi ikut lembaga yang dipimpin oleh Ray Rangkuti (koreksi jika salah, sebab rasanya anas tidak pernah betul-betul masuk di PKS).

Setelah lulus, as usually, saya bekerja sebagai karyawan di pabrik 'ilmu metalurgi.' Anas sudah masuk demokrat. Saya tahu, karena dia sempat 'pamer' sedang pertemuan dengan bupati Lebak 'bu iti'.  Saat itu saya lagi getol-getolnya berjuang untuk pemekaran Lebak Selatan melalui pembimbingan SDM di Ikatan Mahasiswa Cilangkahan (IMC).

Setelah saya berhenti kerja di pabrik. Anas sudah jadi BAPPILU Demokrat Banten. 

Saya kemudian memutuskan ikut politik. Saya masuk Golkar, melalui kampus Golkar: Golkar Institute. Satu waktu, ada yang tag anas, saat saya posting mengenai Golkar di FB. Anas menanggapin. Kemudian, iseng saya komen: "bro, gimana kalo gw masuk Demokrat?". Dia balas: "ente sudah bagus di Golkar untuk belajar." 😀

Nah sebelum saya tutup tulisan ini, saya menyampaikan tiga hal dari fenomena diatas:

*1. Point:*

Untuk menjadi insight bersama: baik stakeholder jurusan maupun civitas academica metal, termasuk ALUMET. Barangkali fenomena ini sesuai dengan point kampus merdeka. Hard skill terkadang hanya menyumbang sekian persen akan kesuksesan seseorang. Soft skill justru yang mendominasi hal tersebut. Passion/gairah orang berbeda, agar bisa terjembatani dan tetap ada irisan dengan keilmuwan metalurgi, alangkah baiknya kurikulum metal saat ini mengacu pada OBE (berbasis Outcome, bukan input); untuk kupas tuntas OBE biar para akademisi metal yang menjabarkannya (maaf kalo semisal metal sekarang sudah OBE juga, barangkali saya yang kudet selaku alumni. 😀)

*2.Kelemahan*:

Secara akademik, menurut amatan saya, anas kurang ada chemistry dengan Metalurgi. Akhirnya, kelak dalam perannya selaku DPRD Kab. Serang, kita tidak akan menemukan loncatan besar mengenai kebijakan2 yang berkaitan dengan ilmu metalurgi di Kab. Serang. Misalnya: tentang isu pertambangan dan energi, contoh galian pasir, dll. Dia akan lebih banyak berkutat pada persoalan-persoalan umum demi merawat konstituennya.

*3.Solusi:*

Jika Anas mau, juga ada uang dan peluangnya, bisa rekrut Tenaga Ahli bidang metalurgi. Untuk apa? Untuk membuktikan bahwa Anas betul anak metalurgi dan mengamalkan keilmuannya. Juga sebagai timbal balik terhadap metalurgi untirta yang telah membesarkannya. 

Lantas, sebagai jembatan, apa yang harus dilakukan kampus atau Alumet? Undang dia, 'paksa' untuk cerita kemetalurgian. Apapun itu, pasti ada irisannya. Untuk apa? Untuk membuktikan, bahwa metal untirta pun mampu mengantarkan orang dengan tujuan  yang berbeda. Jangan diabaikan!

Sekali lagi, selamat Bro Anas!

Ternyata perjalanan ini menyenangkan. Tunggu ane di puncak karir, agar kita bisa berseteru di jalan yang asyik, dan seru! 


Salam metal!

Happy weekend 

___

Garut, 9 Maret 2024


Minggu, 12 November 2023

Emosi Jalanan

Selama saya aktif berkendara, terhitung ada tiga kali kejadian mengenakan.

Di motor, sempat ditabrak orang.

Di mobil brio, juga ditabrak bis sampai ringsek.

Saya lupa tepatnya kapan (waktu terjadinya). Alhamdulilahnya, selamat dan tak pernah cedera parah.

Sebetulnya yang bikin emosi bukan sebab cederanya, tapi terkadang perilaku pengendaranya tersebut: mohon maaf, cenderung barbar dan banyaknya seperti orang yang tak makan bangku sekolahan.

Ngotot ..

Marah ..

Nada tinggi, dan selalu dusun kata-katanya.

Saya paham: karena mereka takut disalahkan. Dan kenyataannya memang salah, dan takbisa di elakan.

Sayangnya saya pun pemarah (masih kebawa budaya jawara banten kidul). Dalam dua kejadian diatas, saya balik marah dan merasa diatas angin. 

Ikut ngotot juga

Ikut bentak-bentak juga

Ikut marah juga

Yang akhirnya cape juga, hanya ngerasa puas yang semu. Gak dapet apa-apa. Ujungnya ya masuk asuransi juga. Ujungnya orang-orang itu gak mampu bayar/ganti juga. Kebetulan secara ekonomi saya paham orang-orang tersebut sebagai pencari receh.

Sebagai orang yang lebih tinggi dari mereka. Kadang dihati kecil mengakuinya. Hanya yang disayangkan, perilaku buruk tidak membuat mereka sadar diri. 

Gaya jalanan, asal bentak, cara mereka menyelesaikannya. Masalahnya ketemu dengan saya yang memang berangasan juga. Akhirnya, jadi eker-ekeran.

Saya selesaikan sendiri. Tanpa ada bantuan orang lain. Ujungnya yang sana jadi takut dan menciut.

Itu dua cerita dulu.

Ada yang terbaru, dikejadian ketiga.

Baru terjadi sekitar tengah malam lalu, saat antri isi bensin.

Posisi bareng keluarga (istri dan anak yag kecil).

Posisi tengah malam, di rest area balaraja, tukang bensin sendirian. 

Antri panjang. Saya di posisi depan. 

Maju ternyata kelewat (mobil saya lewat ke pompa pertalite -- saya isinya pertamax). Agak sedikit ngantuk, saya kurang baca petunjuknya. 

Diminta muter lagi untuk ke antrian belakang.

Saya mengikutinya.

Disaat akan masuk pompa pertamax, ada jeda satu mobil yang belum masuk (dia sedang main hp, tidak melihat kode dari kita bahwa kita akan masuk). Karena kita mau isi pertamax, maka masuklah kita ke pompa pertamax (melewati mobil tadi yang mau antri pertalite). 

Setelah diposisi mau masuk. Tiba-tiba mobil dibelakang nyerobot dan klakson berkali-kali (nyolot).

Saya masih ingat, mobil itu agya dengan plat no A 1249 RT (saya kira mungkin grab).

Dia ngomong kencang, menantang, saya mula-mula santai, kemudian kepancing.

Dia turun banting pintu dan nyamperin kita. Sebetulnya saya sudah begitu kesal, dan mau dijabanin. Bawaan ud emosi. Siap adu fisik (sejauh itu kadar intelektual jadi hilang, haha ..).

Kebetulan plat no kita B, dia A jadi ngerasa dia yang kuasa dan paling jawara (dia gak sadar saya pun sebetulnya orang banten). Saya belum nanya dan menjelaskan apa-apa, tiba2 dia nyamperin ke pintu saya nyetir.

Saya sudah siap buka pintu, cuma istri mengingatkan. Istri bilang mungkin itu orang gila. Selama dia hanya ngomel, dan tidak melakukan tindakan fisik (baik ke mobil atau keorang -- yang dia banting tadi mobil dia sendiri), ya kata istri di biarkan saja. Capek-capek meladeni orang begitu.

Tumben, saya menuruti omongan istri, sebetulnya jiwa jawara sudah mendidih, rasa-rasanya (walau dia badannya lebih besar), masih keukur dan bisa menaklukan dengan sekali pukulan. Percuma belajar cimande dan kanuragan ti lembur. Hehe...

Masa orang banten kidul di beginikan...

Tapi istri lebih rasional. Walau saya merasa harga diri di injak-injak. Sekali lagi sebagai orang banten kidul yang turunan jawara. Akhirnya saya pun menuruti omongan istri. Apalagi udah bawa-bawa maslah pendidikan dan moral. Walau tidak puas saya biarkan.

Tapi mungkin kalo nyentuh mobil atau pegang badan, sy udah gak kepikiran untuk sabar. 

Itu juga masih kepikiran ada anak di belakang. 

Andai saya turun, malu juga dilihat banyak orang.

Singkat cerita, orang itu masih mengomel (walau keras tapi tidak menggunakan kata kotor, hanya provokasi: sini keluar, sini keluar!)

Kemudian, petugas pom datang, mempersilakan kita untuk ngisi di pompa sebelahnya. Artinya mungkin mereka juga menyadari bahwa tak perlu meladeni oramg seperti itu.

Saya pindah pom.

Yang menarik justru kemudian ada mobil dibelakang kita: bapak2 dari pelatnya orang sumatra.

Keliatannya bersimpatik pada kita, karena dia pun bawa keluarga. Dia melihat mungkin tadi orang itu banting pintu mobilnya dan nyamperin kita sambil bentak-bentak.

Akhirnya bapak2 itu, dan nyamperin si yang agya tersebut. Dia omelin orang itu. Di ajak tanding duel sambil di kata-katain kotor.

Sesuai dugaan si agya tadi hanya balas ngomel. Ketika mereka adu badan. Gada yang beneran jotosan.

Satu sisi saya greget. Satu sisi saya merasa lucu: serasa nonton bapak-bapak yang adu omong seperti arisan, ditonton oleh banyak orang.

Akhirnya saya turun, dan ujungnya ketawa. 

Saya sudah duga. Si agya itu orangnya begitu. Untung istri mengingtkan. Andai saya beneran terprovokasi. Bisa jadi tontonan orang lain dan ada yang memviralkan. (Tanpa tau duduk permasalahnnya). Sebuah hal sia2.Hahaha... Bisa hancur reputasi.

Saya sudah tidak mengikuti. Mereka berbalas-balasan kata2 umpatan.

Saya lanjutkan perjalanan.

Serunya, dijalan ketemu lagi dengan si agya ini. Dia jadi salting, saat iring-iringan dia berhenti, kemudian jalan lagi, saya berasumsi dia mengira bahwa kita sedang mengintimidasi dengan cara nguntit dia.

Karena plat kita B, asumsi dia kita akan keluar di balaraja atau sekitarnya. 

Nyatanya kita keluar di pintu tol yang sama dengan dia (serang timur). Otomatis kita bisa posisi didepan dia, atau dia yang ada di belakang kita. Secepat-cepatnya agya dan jalurnya sama, ya pasti kesusul sama kita.

Sempat terbersit ingin ngeberhentiin dan mau nanya yang sebenernya. Lagi-lagi istri mengingatkan. Agar jangan diladeni. Satu sisi takut orang nekat. Sisi lain bikin riweuh sendiri. Manjang2 pikiran tidak produktif. Kalo ngikuti emosi, saya masih gendek, sejagoan apa orang tersebut. Sepengaruh apa. Istri mengingatkan: mungkin dia tukang grab yang ga dapat2 penumpang sedangkan aslinya dikejar2 utang. Makanya bisa nekat.

Saya mengiyakan. Sampai kita ke serang timur. Walau beriringan, tapi tidak kejadian sampai saya turun.

Terlihat memang dia agak kaget. Terbukti ketika sampai cikande, tiba-tiba dia berhenti dan melambat. Mungkin berharapnya kita keluar dan dia lanjutkan perjalanan dan tidak ada jejak. Nyatanya kita 'seolah-olah' mengikuti dia sampai serang timur.

Saya masih kecewa, dan hampir terbersit pemikiran aneh. Misal: manggil temen2 polisi untuk nyegat (tetangga2 yang biasa nongkrong di pos dijam segitu), atau temen2 baragajul biar ngasih pelajaran. Tapi, ternyata saya sudah beda, alhamdulilah bertambah umur agak lebih bijaksana.

Saya pikir: mungkin saya juga ada salahnya. Komunikasi tidak clear, sehingga timbul salah paham.

Akhirnya semua berakhir seperti itu. Walaupun emosi tidak terpuaskan, tapi semua sudah terlewati dengan baik.

Banyak pelajaran dari kejadian panjang yang tadi di ceritakan.

Intinya: lebih baik cari selamat. 

Tapi jika memang kita terdesak, tidak mengapa kita melakukan tindakan. Asal jangan yang duluan. 

Kalo hany verbal kita abaikan. Kalo sudah fisik (sebaiknya rekam). Untuk bukti ke polisi sebagai laporan. 

Jika kita balas fisik, ya tidak mengapa sebagai upaya pembelaan. Jika tidak pun kita menghindar menjauh. Dua kondisi tadi harus di akhiri dikantor polisi: jika terjadi.

Jangan lagi pakai cara jawara. 

Tariklah ke sisi hukum. Apalagi saya dan istri yang sama-sama kuliah hukum.

Jalanan menciptakan kondisi yang tidak stabil. Ditambah motif ekonomi yang mendesak. Sehingga, kita perlu awas dan wasapada. Akan apa yang terjadi: selalu siapkan antisipasinya!

Demikian,

Bandung, 12 Nov 2023

(Riki Gana)

Jumat, 29 September 2023

MC Maulid GGR


Bismilah....

Ashadualailahailawohwaashadu anna muhammadurosulawloh.

Allohumasoli ala syaidina muhammad, waalaali syaidina muhammad.

Robi shorli sodri wayasirli amri, wahlul ukdatamikisani yapkoukouli.

Yth, para sesepuh dan para tokoh di linkungan cipicung khususnya di komplek GGR, termasuk sesepuh keluarga besar DKM syahidur rohmah.

Yang terhormat, mewakili umara/pemerintahan: RW dan RT dilingkungan desa cipicung, terkhusus kepada pak RW, pak RT.03 dan pak RT dilingkungan Green Garden Residence.

Ysh, mewakili pengembang/developer GGR, pak Ano, pak ismet, dan bapak/ibu yang mewakili lainnya.

Yth, bapak/ibu warga GGR, jamaah syahidurohmah, yang saya cintai, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dan,

Ysh, yang kita cintai bersama, yang sudah menyempatkan untuk hadir memenuhi undangan kita, al mukarom, ustadz deden, yang terkenal dengan sebutan ustadz Cinta.

Tepuk tangan bapak ibu...

Nah, ini menarik bapak/ibu, mengenai Cinta ini, kebetulan GGR sebagai komplek baru yang didominasi oleh generasi muda (lahiran 80-90) akan sangat relate dengan cinta, lagi hangat-hangatnya, sangat cocok dengan branding ustadnya dan juga sesuai dengan acara kita dalam rangka menghidupkan cinta kepada Nabi kita muhammad SAW.

Tepuk tangan bapak/ibu.....

Bapak/ibu, alhamdulilah dalam kesempatan ini (30 September 2023 1445 H), kita dapat berkumpul dan bersilaturahmi dalam acara kita bersama, dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, junjungan kita bersama, sebagai suri tauladan bagi kita umatnya.

Perkenalkan abdi Riki Gana, anu linggih di Blok A14 (ada plang notaris), memandu acara ini, dari awal dugi ka rengsena. 

Sateucana berlanjut, mohon izin kasadaya, pami bahasana bercampur, antara sunda dan nasional. Satu hal karena abdi lebih terbiasa berkomunikasi ku bahasa indonesia, hal lain, abdi ti Banten, walaupun rumpun sukunya adalah suku sunda, tapi ada beberapa kata yg memang tidak sama antara disini dan disana. Khawatir menimbulkan salah persepsi.

Karena ini kejadian bapak/ibu: baru-baru ini, abdi ada komunikasi ke salah satu dinas di pemkab garut, staf menggunakan kata "ngarurusuh" dan tejadi salah sangka. Maksud di garut itu - penjelasan akan satu hal untuk tidak bisa terburu2, tapi konteks di Banten artinya kasar artinya dia merasa ditekan karena harus segera menyelesaikan dan dia gak sanggup sehingga ngajak berantem (rusuh). Saya tersinggung, marah dan berdiri agak kenceng. Untungnya di clearkan oleh kabid (atasannya). Karena arti dan maksudnya berbeda. Hehehe..

Begitulah inti salah komunikasi. Harus saling paham antara satu dan yang lainnya.

Bapak/ibu sekalian, supados teunyangkolong kana waktos, berikut susunan acara kegiatan kita pada kesempatan kali ini, yaitu:

1. Pembukaan (bersama-sama mengucap basmalah).

2. Pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh ust. Hadi (salah satu fungsional DKM shahidurrohmah).

3. Pembacaan shalawat yg dipandu oleh ibu Dedi/umi.

4. Sambutan-sambutan (sambutan selamat datang dari rt perwakilan GGR).

5. Tausyiah oleh ustadz deden.

6. Do'a bersama dipimpin ustadz deden.

7. Penutup dan makan bersama.

Bapak/ibu yang terhormat, demikian rangkaian acara tersebut, selanjutnya mari kita mulai acara ini dengan membaca basmalah bersama-sama.

Dst......

___

Garut, 30 September 2023

Rikigana

Selasa, 18 Juli 2023

Dingin Garut

Pagi dingin di Garut, yang tidak akan terjadi jika masih di Serang (yang temperatur ruangnya sudah panas).

Suasana segar, bisa bersepedahan dan jalan-jalan pagi melihat warga masyarakat beraktifitas.

Tidak ada muka-muka kesal kesiangan, tidak ada serobot-serobotan -- hal lumrah yang terlihat di jalanan kota serang dan cilegon.

Alam mempengaruhi pola bersikap manusia.

Pagi ini anak-anak memulai aktifitas di sekolah negeri di sini.

Sebelumnya bersekolah SDIT di serang Banten. Tentu ada perbedaan. Tapi, sy bersepakat dengan istri itu merupakan bagian dari dinamisasi bergaul.

Si sulung, si kaka, memang agak pemalu. Sudah kelas 4 sewaktu di SDIT Serang tapi temannya terhitung jari (mungkin introvert). Kecenderungannya dia agak susah bergaul dan pemalu. Tapi kalo sudah ada yang cocok, dia akan berteman dengan setia. Banyaknya memang di rumah.

Pindah kesini, naik kelas 5, masih terlihat malu-malu, tapi ada kemajuan, hari pertama dia sudah punya teman baik disekolah maupun di komplek rumah.

Selamat pagi Garut...

Semoga keberkahan dan kelimpahan rizki selalu mengalir deras atas izin Alloh SWT kr keluarga kami.

Aamiin YRA...

Minggu, 16 Juli 2023

Tanggal Penting

Hari sabtu juli, tanggal 08 tahun 2023 itu tanggal penting, mesti diingat-ingat. 

Pagi di Depok.

__

Hari Minggu Juli, tanggal 16 masih di Tahun 2023, tanggal penting, mesti ingat-ingat.

Sore di Serang.

__

Betul, manusia hanya mampu berencana. Tuhanlah yang punya kuasa. Mutlak.

Banyak keputusan penting yang tidak direncanakan, tapi harus dilakukan. Tentu itu sudah takdir dari Yang Maha Kuasa.

Banyak rencana yang dicanangkan, tetapi aktualnya tidak terealisasikan. 

Banyak hal yang tidak diduga-duga terjadi, dan ternyata itu demi kebaikan. Termasuk cobaan-cobaan yang mengukur kadar keimanan.

Bukan pada masalahnya kita fokus, tapi pada penyelesaian dan hikmah yang didapat dari cobaan tersebut! Selama saya hidup, rasanya banyak hal positif yang terjadi, ketika menghadapi dan mampu melewati semua cobaan.

__

2023 bagi keluarga, terutama saya, merupakan tahun penuh loncatan-loncatan. Dari 2020-2022 tahun yang selow, santai, merangkak landai karena akibat pandemi covid-19, kemudian menggeliat dan meloncar di 2023.

Mungkin agak kaget, kalau tidak terbiasa. Nyatanya, saya rasakan itu sebuah hal wajar, berdasarkan pengalaman yang suda dilalui.

Tahun ini, sekeluarga kita putuskan untuk mengembangkan sayap di daerah Jawa Barat (tidak tepat disebut hijrah, karena nyatanya pengembangan).

Tepatnya ke daerah Garut. Pekerjaan dan kantor ada perluasan di daerah sana. Otomatis frekuensi tinggal, akan lebih besar di rumah garut di bandingkan dengan rumah serang. Aktifitas selama 2023 mungkin masih pulang pergi, karena beberapa pekerjaan pun masih kami lakukan di Banten.

Saya juga masih harus menyelesaikan kuliah hukum saya yang notabenenya diselenggarakan di Banten. Pekerjaan dengan kontrak kominfo untuk mendampingi UMKM pun masih dilakukan di Banten. Juga, sebagai dosen tetap di salah satu perguruan tinggi di Banten -- hal ini otomatis aktifitas selama tahun2 ini masih di Banten; termasuk pekerjaan istri (notaris dan PPAT yang masih ada terkait dengan client di Banten.

Yang paling kerasa pindah, mungkin anak-anak. Karena menyangkut sekolah, yang pada sistem pendidikan di indonesia belum tercover dengan moving. Makanya harus stay.

--

Sementara itu dulu, dhuhur dan persiapan UAS di UT, kemudian sore berangkat ke Garut 

Semoga usaha ini lancar dan selalu dalam ridho Allah SWT. Aamiin YRA...

Minggu, 26 Februari 2023

Keputusan Minim Etika

Bicara masyarakat (terutama di lingkungan paling bawah yang heterogen) memang tidak ada habisnya. 

Selalu ada distorsi.

Tapi ini bisa jadi menggambarkan kenyataan dari lingkungan yang ada di indonesia.

Saat ini saya tinggal di dua tempat. Di daerah/provinsi yang berbeda (saya ada dua rumah: satu subsidi, satu komersil -- tapi secara organisasi digabungkan dengan yang subsidi). Saya pun berasal dari lingkungan kampung.

Fenomena kemasyarakatan di tiga lingkungan tersebut hampir sama (lebih fokus kita akan bicara orang-orang yang menduduki posisi organisasi di masyarakat)

Dalam pola pengambilan keputusan, kadang memaksakan kehendah tetapi mengatasnamakan masyarakat luas.

Padahal ini lingkungan kecil, yang semestinya terkoordinir dengan baik -- minimal komunikasi.

Dan selalu ujung-ujungnya kepentingan yang ada duitnya.

Itulah kenyataannya. Sebagai pengingat, juga sebagai kajian untuk topik selanjutnya.

Demikian.