Rabu, 16 September 2020

Tentang Masyarakat

Gegara saya lebih aktif di masyarakat, maka saya coba cari keilmuan (buku) dasar tentang konsep tersebut. Pendekatan pertama adalah belajar tentang ilmu Sosiologi (ilmu yang dulu di SMA dipelajari sekilas, seolah-olah hanya sebagi pelengkap, dan karir yang akan dicapai adalah menjadi guru -- belajar untuk nanti diajari). Sesempit itu dulu saya memandang sosiologi. 

Eh, barangkali juga tergantung guru ya, terbukti, saya menyukai sejarah, karena guru dari SMP sampe SMA selalu menarik dalam menyampaikan materinya. Ini membekas, sampai saya sudah kuliah di teknik dan lulus pun, hasrat akan sejarah tetap terpatri. Beda dengan sosiologi, yang dulu hanya sekilas, dan kemudian gurunya pun 'asal' menyampaikan. Alhasil, walau saya terhitung menyenangi organisasi, menyenangi bermasyarakat, tapi cenderung mengenyampingkan keilmuan sosiologi, malah lebih kearah manajerial.

Baik, kita tak berpanjang kata dalam hal ini. Saya hanya ingin mencoba meringkas dari satu referensi terkait kaitannya antara kepribadian dan kebudayaan.

Ini berkaitan dengan kondisi yang ada di lingkungan masyarakat perumahan saya, yang cenderung heterogen (SARA) tapi masih dalam kelas sosial 'masyarakat subsidi'. Potensi konflik terbuka lebar; dari yang soft sampai ke semi hard. 

Setelah saya baca-baca, ternyata memang ada aspek yang harus dipahami, terutama latar belakang kebudayaan yang berkaitan dengan kepribadian (kepribadian dan kebudayaan).


Kebudayaan (menurut Selo Soemarjan) adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau jasmaniah (material culture). 

Rasa meliputi jiwa manusia (misal: agama, ideologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi dari jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. 

Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan, baik yang berwujud teori murni, maupun yang telah disusun untuk langsung diamalkan dalam kehidupan masyarakat. Rasa dan Cipta dinamakan pula kebudayaan rohaniah (spritual atau immaterial culture).

Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebahagian besar atau dengan seluruh masyarakat.

Individu dan perilakunya dipengaruhi oleh kebudayaan & masyarakat, yang nanti akan berpengaruh pula pada kepribadiannya.

Uraian berikut coba menjelaskan secara umum kenapa terjadi demikian (ini saya sarikan dari buku pengantar sosiologi: soerjono Soekamto):

1). Kebudayaan2 khusus atas dasar faktor kedaerahan; Asal-usul dari daerah mana seseorang akan berpengaruh pada pola kehidupannya, termasuk kebudayaan-kebudayaan yang melekat didirinya.  

2). Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life). Coba lihat anak-anak dikota lebih berani menonjolkan diri dibandingkan dengan anak-anak dari pedesaan.

3). Kebudayaan khusus kelas sosial; Didalam setiap masyarakat akan dijumpai lapisan-lapisan sosial oleh karena setiap masyarakat mempunyai sikap menghargai yang tertentu terhadap bidang-bidang kehidupan yang tertentu pula. Masing-masing kelas sosial tersebut dengan kebudayaannya masing-masing menghasilkan kepribadian yang berbeda pula dalam diri anggota-anggotanya.

4). Kebudayaan khusus atas dasar agama; agama juga mempunyai pengaruh yang besar untuk membentuk kepribadian seorang individu. Adanya mazhab tertentu juga membuat berbeda-beda kepribadian.

5). Pekerjaan atau keahlian juga mempengaruhi kepribadian seseorang.

Intinya: kita perlu menyesuaikan dan membuat sesuatu yang pas dengan kondisi yang ada berdasarkan referensi yang kita dapatkan tersebut.

(rikigana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar