Minggu, 16 Februari 2020

Godaan Malas (tesis)

Luar Biasa..

Setelah di acc pembimbing 1, dan kemudian sudah ketemu pembimbing 2 yang padahal beliau menjanjikan tinggal perbaikan sedikit, dan tinggal tanda tangan -- tiba2 saja ada aktifitas lain, dan kemudian mulai malas, ketumpuk kegiatan-kegiatan lain.

Ini pelajarannya, jangan di tunda-tunda !
cicil saja sambil berjalan, entah satu kalimat, satu paragraf or satu alenia.

karena semakin di tumpuk semakin malas.

kalo dipikir-pikir, kegiatannya rutin saja, tapi kemudian ada kegiatan2 lain sosial kemasyarakatan yang sebetulnya, yabiasa-biasa saja tapi nguras waktu. Misal: rapat rt, rapat pengurusan air, kerja bakti, di samping kegiatan rutin kursus bahasa inggris dan mengajar. Lainnya, malah ini yang terbanyak, adalah godaan malas karena asyik di medsos. hadeuh.....

jadi seminggu februari ini terlewat untuk urusan tetek bengek begitu.
Dan minggu ini, saat saya mulai menulis ini. haruslah saya paksa untuk memulai Tesis.
Saya menulis ini dalam rangka mencari semangat kembali, untuk memulai.

Eh, mumpung inget..
saya harus menuliskan ini juga, walau tidak ada hubungannya dengan tesis.

Malam sabtu (14/2) februari 2020, saya ikut serta dalam rapat evaluasi sumur artesis di perumahan. Isinya pertanggungjawaban kepengurusan.

saya harus tuliskan ini, sebagai pengingat dikemudian hari, saat pertemuan berikutnya : ada bau2 tak sedap dalam kepengurusan air ini, terutama keterbukaan pengelolaan keuangan. Saya baru sadar, ternyata setelah dihitung kasar, nilai yang masuk berpuluh2 juta. Dan ini, tak dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya, indikator sederhana adalah setelah 3 tahun berjalan, uang selalu dalam bentuk cash dan dipegang perseorangan. Tak ada bukti masuk dalam rekening tabungan. Tak ada juga yang berani menghitung, karena alasan kemasyarakatan, ewuh pakewuh.

Idealnya sebuah pertanggungjawaban, adalah 2 hal: 1). mempertanggungjawabkan apa yang sudah di lakukan 2). Perbaikan untuk masa yang akan datang.

Dan semua itu, nihil !
Dan audience, sebagian besar, nihil !

Saya jadi merasa ini adalah bentuk kongkalingkong di masyarakat, saling ngunci dan saling patri.

Ini mudah ditelusuri, dengan logika sederhana pun, jika yang berpikir tanpa ada embel-embel pasti sadar, ini ada ketidakberesan.

Saya coba protes, dan berintonasi agak keras. Minta penjelasan. Tapi, nihil !
Satu-satunya hal yang berhasil coba di masukkan dan di notulenkan adalah, pembuatan grup wa, dan  pembuatan aturan tentang kepengurusan.

Tapi lagi-lagi ini menambah kuta kecurigaan saya, sampai detik ini saya menulis, tak ada yang di realisasi satupun, hasil kesepakatan tersebut. Padahal yang paling sederhana dengan pembuatan grup wa, tak makan waktu berlama-lama, hanya cukup 5 menit.

Terlepas dari itu, saya jadi berpikir. Tak dimana-tak dimana, praktek ini selalu ada. Dan saya? masih sama, tetep protes dan selalu ingin meluruskan jika terdapat ketidakwajaran. saya tidak bicara ideal harus bersih dari hal tersebut. Tapi, standar kepatutan seyogyanya harus dipegang oleh orang2. Prinsip saya begitu.

Saya kadang nyesel kenapa dulu harus jadi aktifis dan idealis. Karena di setiap lingkungan yang saya temui, ternyata kemelencengan itu selalu ada. Dan saya greget dibuatnya. Masih hangat rasanya kasus di kantor yang pertama. kasus bongkar-bongkar semua aspek. Yang malahan saya yang menjadi korbannya. Di depak oleh aliansi kejahatan dan ketidakberdayaan top managemen.

Saya kadang juga bertanya-tanya. kenapa sih dihadapkan dengan kondisi dan situasi seperti ini lagi. Di masyarakat pula. Yang tadinya mungkin mereka adem ayem sebelum saya masuk. jadi kemudian merasa terganggu dan bisa jadi sudah menganggap musuh bagi sebagian orang berkepentingan -- karena yang lain bersikap acuh tak acuh, mirip saya dulu sewaktu menjadi kuli.
Saya juga kadang menyalahkan diri sendiri, kenapa sih tidak diam aja, ikut aja, setuju aja, biar aman-aman saja. Nyatanya saya gabisa ! Selalu ada dorongan untuk membenarkan sesuatu yang keluar dari arahnya, pakemnya. padahal saya bukan pas lagi mahasiswa dulu, masa dimana ngerasa jadi pahlawan saat membetulkan sesuatu. merasa berguna. Tapi sekarang masih terbawa, tujuannya adalh ingin membetulkan sesuatu.

Ah, memang mungkin saya sudah begini !
hehe.. (rikigana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar