Minggu, 12 April 2020

DIA 2020

Masih dalam 'teror' corona.

Masih harus dirumah dalam waktu lama. Sialnya, masih juga menunggu yudisium dari sidang proposal kemaren -- memang serba lambat. Tapi, kalopun cepat, lantas mau apa selanjutnya, toh ambil data pun tak bisa. Tapi juga, beneran lambat sih. Pertama dari jadwal sempro yang sudah menunggu sejak sebelum rame corona. Niscaya, syareatnya, kalo sempro dilakukan sebelum corona. Otomatis, sekarang sudah selesai pengambilan data. Ya, mau bagaimana lagi, semua ada garisnya, barangkali ungkapan tepat untuk mengobati kecewa. Yang seharusnya bisa d manaje dengan baik. Toh, juga jurusannya manajemen, mestinya menej adalah hal utama dalam menjalankan roda, dan profesionalitas adalah syarat mutlak yang harus di junjung.

Wuih, sebenernya saya menulis bukan untuk ini. Tapi, semenjak 'insiden' protes mengenai iuran pelaksanaan sempro. Rasanya masih tetep ada yang mengganjal. Walau kemudian untuk angkatan saya mengurus sendiri, tapi serasa ada yang tidak pas saat menghandling atau tanggapan pihak terkaitnya. Masih agak jauh dari profesional.

Masih terlihat 'bebanting' di bandingkan solve problem. Masih terlihat 'finger pointing' daripada open minded.
Gatau, sampai detik ini, saya masih merasa kecewa. Lagi-lagi, ekspektasi selalu dikalahkan sama realita.

Inilah hidup...
--

Saya ingin ngulas cerita film india. Judulnya: Dia, keluar Februari 2020. Saya baru nonton saat-saat lockdown seperti ini.

Memang bukan hanya film ini yang berhasil ditonton. Tapi, dari sekian banyak film itu. Ini yang paling bagus.

Ngulas lebih jauh, rasanya kebanyakan nulis. Jadi kadung bosen. Intinya, film ini bagus untuk genre romantic. Ga norak. Dan ga ketebak.

Bagus, bagi yg belum nonton.
Tontonlah, daripada saya ceritakan lebih detail, nantinya ga seru lagi.

(rikigana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar