Selasa, 07 April 2020

Ekspekto Sensitipo

Dimana saya resah, disitu menulis. Sepersekian mencurahkan rasa lewat kata. Sepersekian menelusuri bagaimana cara kehidupan ini bekerja. Banyak makna.

Alhamdulilah kamis ini (9/04 2020), di jadwalkan sempro. Akhirnya, walau ditengah pandemi, ada solusi -- online dengan menggunakan aplikasi zoom yang semenjak pandemi ini menjadi terkenal.

Entah, saya merasa lagi 'tidak baik-baik saja'. Saya juga merasa seolah ada sesuatu yg tertunda. Agak sulit untuk bicara blak-blakan. Karena saya baru saja memahami dan membaca. Ternyata di lingkungan akademis malah agak susah untuk 'baik-baik saja'.

Apa hal?

Terlalu banyak ewuh pakewuh, dan rasa 'ketimuran'. Dulu saya merasakan juga saat S1, dan sekarang menjadi kejadian saat S2. Agak sulit mendeskripsikan, terutama bagi saya yg penyuka blak-blakan. Tanpa tedeng aling2 tapi masih dalam bingkai keharmonisan.

Cukup mungkin diwakilkan dengan ungkapan. Tak perlu berekspektasi tinggi. Nyatanya lingkungan begitu. Tak perlu menjadi oke. Nyatanya lingkungan woke.

Memang agak gatel untuk sekedar hanya menyindir. Tapi, yakinkan diri, ini bagian bersosialisasi untuk pematangan diri. Tetep menatap kedepan dan enjoy. Ingat, energi untuk kritis dan merasa selalu harus merubah menjadi lebih baik -- tak selama nya cocok.

Satu lagi hal yang akan saya tambahkan : handling masalah. Iya, cara mengelola masalah/saran/kritik yang masuk, masih jauh dr solutif, tapi lebih cenderung reaktif. Saya cenderung selalu menghargai kualitas dan kelihaian seseorang saat dia menghandling masalah sampai keluar sebuah kebijakan -- yang solutif tapi bijak. Bukan lari atau juga ngeles, tidak juga berlebihan. Mmhhhh... ga bgtu tepat juga sih. Karena itu kmbali krpada diri dan lingkungan. Tapi, itu cukup menggambarkan secara gamblang. Bagaimana dan lingkungan seperti apa yg sedang saya hadapi. Belum lagi, banyaknya mahasiswa apatis hanya mengejar gelar untuk kenaikan pangkat. Memang, susah diungkapkan kalo gak blak2an. Intinya, keluwesan saat mengambil kesimpulan, tanpa menyudutkan.

Susah di pahami y! Hehe...

Begitu banyak data empiris yg mengatakan, bahwa akhirnya saya menjadi yg terbuang. Baik di lingkungan pekerjaan, pertemanan, atau bahkan percintaan.

Biarlah dunia berjalan seperti adanya. Tak perlu untuk merubahnya. Lingkungan berjalan, biarkan demikian. Fokus sama diri sendiri, karena hakikatnya diripun susah untuk di ubah.

Mimpilah pendek2, cita2 tak usah gede2. Yang penting, apa yg ada di depan, lakukan dengan baik -- tak usah yg terbaik, sebab kadang menjadi yg terbaik pun tak lantas menjadi nyaman dalam kehidupan. Hanya menciptakan ketidaksukaan orang-orang.

Jadilah diri sendiri. Thats it!
(rikigana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar