Selasa, 24 November 2020

Harapan Selow

November rain.

Betul juga; cuaca terindah dan adem terjadi di bulan ber-beran ini. Sejenak menikmati tanpa ac di rumah. Cuaca diserang yang biasanya begitu gerah (minimal 30 C), alhamdulilah mereda di mulai bulan ini.

Sambil menikmati cuaca, juga asyik memperhatikan si kecil (dede rajendra) -- yang sekarang 2 tahun lebih -- yang aktifnya luar biasa; cineur! Hampir kewalahan dan pusing dibuatnya. Dua kakaknya tak seaktif dia; naek, maen air, ngacak-ngacak rumah, dan sajabana - sajabana.

Tapi jadi tetap indah, tertolong dengan cuaca yang bagus, dan rasa yang luar biasa seru bisa dekat dengan anak-anak, yang katanya saat mereka dberanjak besar nanti, kita akan merindukan kebersamaan dengan mereka.

Melamun, tiba-tiba jadi teringat harapan.

Ya, semua orang pernah berharap, dan diberikan harapan. Ada yang memang kemudian kejadian, tapi tak jarang atau banyaknya juga berujung kepalsuan. Maka saya sepenuhnya setuju dengan ungkapan: jangan terlalu banyak berharap pada mahluk, selalu lah berserah diri kepada sang pencipta. Berharap boleh, tapi di iringi dengan realita, jadi selow-selow saja.

Sayangnya, saya terkadang over thinking. Apa yang di ucapkan oleh ungkapan tersebut, kadang sulit untuk diresapinya. Saya setuju, hanya kadang tetap saja saya terjebak dari harapan-harapan sesama manusia. Malah terkadang jadi terbuai dengan bumbu-bumbu lamunan lainnya, yang bermula dari harapan tadi. Timbulah ekspektasi akan harapan tadi: mirip hujan di padang pasir yang gersang. 

Jika berhasil, ekspektasi terjawab, tentu ada kepuasan. Jika tidak? Nah, ini banyaknya yang saya alami. Dari semua harapan dan realitas ekspektasi, 80% selalu meleset. Dari mulai berujung kepalsuan sampai memang kejadian tapi sangat jauh dari ekspektasi yang diharapkan.

Lantas, parahnya, sudah 80% begitupun kadang tak juga menjadi bosan untuk di beri pengharapan dan membuat ekspektasi.

Keras kepala dari sikap ini yang tak dapat dihindari.

Akhirnya saya berpikir: dari pada selalu merasa bersalah (feeling guilty) lebih baik berdamai saja. Biarkan harapan dan ekspektasi itu muncul, terjadi dan sesuai itu urusan belakangan, minimal bahagian dan menikmati saat mebayangkannya.

Lebih indah, kan?

Indah seminimal mungkin dalam lamunan.

(rikigana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar