Senin, 26 April 2021

Azas Manfaat

Pasti sudah sering dengan ungkapan ini, ya?

Betul. 

Dalam dunia pergaulan (baik formal ataupun nonformal) kita akan menemukan orang-orang yang juga mempunyai tabiat atau karakter begini. Ada yang terang-terangan, ada juga yang main halus.

Tujuannya sama, hanya ingin mengambil manfaat dari diri kita. Sebetulnya tidak apa kalau itu timbal balik. Yang lebih bahaya adalah kita di jadikan batuloncatan dia untuk diinjek, diambil manfaat kemudian di injek ditinggalkan.

Nah, berhati-hatilah.

Dalam beberapa literatur keagamaan selalu di doktrinkan untuk selalau bersikap ikhlas, nothing to lose saja. Bantu orang apa adanya saja. Terserah mau di jadikan azas manfaat atau bukan.

Sekilas memang betul. Untuk orang-orang dikadar tertentu yang sudah berdamai dengan diri sendiri dan sudah 'dewasa pemikiran'. Orang yang sudah tidak peduli lagi dengan lingkungan sekitar, hanya dia gantungkan segalanya dengan Tuhan YME.

Tapi, dilain sisi, konsep ini jangan ditelan mentah-mentah. 

Sebab, dalam kehidupan yang semakin kompetitif ini. Konsep pasrah seperti itu saja tidak cukup. Kalo kita hanya bermodal seperti itu, niscaya kita akan dijadikan bulan-bulanan untuk di manfaatkan.

Lantas apa yang perlu dilakukan?

Pertama, selalu saat bergaul dengan siapapun, perhatikan dulu karakter orangnya. Bukan kita membatasi diri bergaul dan pilih-pilih orang. Tapi, usahakan selalu 'membaca' terlebih dahulu, orang tersebut seperti apa, tidak perlu kita membangun barrier berlebihan, tapi berwaspada akan lebih baik. Apalagi kalo masuk dalam dunia kerja yang notabenenya uang. Azas manfaat sangat banyak dilakukan. Untuk itu, sekali lagi yang pertama dilakukan adalah baca situasi/lingkungan. Cukup santai saja, tak perlu berlebihan dalam bergaul. tetap pegang teguh prinsip pribadi berdasarkan hati nurani.

Kedua, jika membuat sesuatu, atau mengerjakan sesuatu yang disuruh siapapun, jang terlalu dibuka. Transparan tidak harus telanjang. Terbuka tidak harus semua dikasih tau sama orang tersebut. Selalu ada key yang kita pegang. Sehingga dokumen, atau lainnya sekalipun, tetap ada kuncinya dikita. Jangan sampai di buka sedemikian hingga.

Dulu, saya termasuk orang yang mudah percaya dengan orang. Dengan konsep ikhlas. Nyatanya, banyaknya hanya dimanfaatkan, walau dengan cara-cara yang halus. Akhirnya, berdasarkan pengalaman tersebut, saya menghimbau kepada yang baca blog ini, untuk selalu waspada.

Demikian pelajaran hari ini. 

Selamat berpuasa di hari ke 14 di tahun 2021 / 1442 H.

(rikigana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar