Minggu, 25 April 2021

Bully-bullyan

Dalam lingkungan pergaulan apapun, harus kita sadari, bullying (ejek-ejekan, merendahkan, ngenye, dll) pasti ada. 

Fenomena adanya media sosial yang begitu massive, membuat kebiasan bullying semakin menjadi. 

Kecenderungan orang-orang yang suka membully adalah kepribadiannya yang sangat sempit. Biasanya dia ingin menunjukkan eksitensi agar di akui, dengan cara mencari orang/lingkungan yang lemah.

Dalam pergaulan nyata, face to face, proses bully membully hampir disebabkan karena dia ingin di akui kuat dihadapan yang lain. Pun dalam medsos, demikian. Hanya dalam dunia internet, si pembully lebih leluasa karena dia tidak terdeteksi secara nyata (tidak hadap-hadapan, baik orang tersebut kenal, atau tidak).

Nah, karena pada situasi pergaulan apapun kita pasti mengalaminya, maka penting bagi kita bagaimana cara kita bersikap untuk menghadapinya.

Dalam hal menghadapinya, kita harus mengukur diri terlebih dahulu. Kita harus tau posisi seperti apa kita: lemah, impas, atau kuat.

Saat kita lemah, lebih baik ditinggalkan. Tak perlu ditanggapi. Pergi saja. Kalo d medsos, blokir saja, atau remove. Tak perlu dibaca. Biar nyaman dengan diri sendiri. Karena semakin kita tanggapi, saat kita lemah akan semakin berdampak pada psikologis. Tertekan.

Saat kita impas, boleh lah kita tanggapi. Sebelumnya kita pelajari terlebih dahulu. Apa tujuan akhir dari dia. Apa hanya karena kebiasaan. Apa memang ingin menjatuhkan. Setelah itu, kita tak perlu emosi. Jawab dengan sikap santai tapi tegas. Coba ungkapkan kenapa dia melakukan itu. Termasuk dalam medsos, jawab dengan pendekatan diskusi beradab, sambil utarakan sedikit demi sedikit bahwa tindakan yang dia lakukan adalah salah. Saat dia ngeyel, tutup dengan ungkapan tegas. Bilang bahwa kita tidak nyaman dengan bullyan dia. Terus tinggalkan. Itu elegan dalam bersikap.

Saat kita kuat, saat ada yang coba-coba bully, langsung sikat, agar dia tidak melakukan hal tersebut. Buat dia tersudut, untuk menyadari bahwa hal yang dilakukan dia salah.

Tapi, terlepas dari itu, alangkah baiknya, jika betul-betul tidak membahayakan, bullying tak perlu di tanggapi. Cueki saja.

Lebih baik kita berdamai dengan diri sendiri, untuk bergabung dengan lingkungan yang sesuai.

Tapi sebagai pengalaman, perlu juga kita tau dan merasakan dalam lingkungan tersebut.

Ingat, hakikatnya manusia itu mahluk berbudaya tapi tetap mempunyai sisi binatang. Artinya, hukum rimba selalu ada. Apapun bentuknya, kecenderungan yang kuat memangsa yang lemah selalu ada.

Jadi...

Sebagai pelajaran, usahakan kita tak berperilaku membully, dan jika menjadi korban bully, perhatikan paparan diatas. 

(Rikigana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar