Senin, 05 Oktober 2020

Ngaji Selow

Ada kala nya kita harus selow, tak perlu mikir sekritis-kritisnya, rileks dan anggap saja sedang menikmati rekreasi -- apa itu? Itu bisa hal yang positif, yaitu ngaji.

Dibalik semua aktifitas di masyarakat dan segala keruwetannya, alangkah baiknya kita meluangkan waktu sejenak untuk ikut pengajian. Di mesjid. 

Seperti tadi malam, sekedar mengendorkan otak yang selalu berpikir, saya mengikuti pengajian dengan mengosongkan pikiran terlebih dahulu. Mengendorkan tekanan-tekanan kekritisan yang berat-berat. Memposisikan diri betul-betul sebagai gelas kosong. memang disana-sini kalo mau diulik banyak yang harus ditanyakan secara kritis. Tapi, lagi-lagi hal tersebut hanya akan menambah ketidaktenangan tersendiri. lebih baik, ikuti saja alurnya niscaya itu akan menenangkan diri. Toh, selalu ada hal positif atau informasi baru yang bisa meningkatkan pengetahuan kita.

Terusnya, berhati-hatilah akan godaan "untuk ikut campur." 

Apa maksudnya?

Biasanya, dilingkungan masyarakat begini, apabila kita terlihat menonjol (dari segi positif tentunya), akan latah ditawari untuk ikut serta dalam organisasinya. ikut mengatur didalamnya.

Memang bagus, agar bisa berkontribusi lebih.

Tapi, dalam hal ini, saya memilih jalur 'selow.' 

Kenapa? sekali lagi ini untuk asupan gelas kosong. Andai kita terlibat dalam 'keruwetan' nya, yang terjadi adalah gelas kita penuh bukan karena ilmunya, tapi penuh dengan segala keruwetan yang terjadi.

Biarkan berjalan alami. Saya hanya ingin menikmati sebagai pendengar (murid) yang belajar. Saya tidak peduli dengan keruwetan yang terjadi.

Mengalir (ngeflow) kadang-kadang adalah jalan nikmat untuk selow.

(rikigana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar