Selasa, 20 Oktober 2020

Sunat Aa Sakha

 

Ambil foto setelah selesai sunat

Alhamdulilah, tadi sudah selesai sunat aa sakha. Di umur 4 tahun lebih. Tempatnya di terminal sunat, samping terminal pakupatan. Di mulai jam 08.30 dan selesai 09.00.

Tidak rame-rame. Kami (saya dan istri) menghendaki demikian. Yang penting tujuannya, bukan seremoninya.

Dulu saya di sunat lulus SD. Ada hajatan segala. Padahal dulu ingin cepet di sunat. Tapi, karena di kampung dan bapak lumayan banyak kenalan dan terpandang, akhirnya punya harapan yang tidak logis dan dipaksakan. Selalu berharap mengadakan hajat besar. Di lain sisi, butuh waktu dan biaya besar untuk itu, sedangkan seperti yang diketahui bersama, kondisi ekonomi keluarga sedang down.

Akhirnya, selalu tertunda, selalu di beri janji palsu, di PHP. Sampe akhirnya lulus SD. Agak malu memang, jadi bahan olok-olok temen sekolah, atau temen pengajian, karena yang belum d sunat seolah-olah 'cina' atau belum syah sholatnya.

Hehe..

Saya jadi 'korban' dr keluarga yang tidak terencana. Yang tidak punya planning. Yang banyaknya mimpi-mimpi pengulangan kejayaan sebelum ekonomi terpuruk.

Agak susah memang berdamai dengan keadaan dulu. Yang begitu membekas. Dan selalu terpendam.

*

Sejak malam, saya tak bisa tidur nyenyak. Jam 04.00 subuh, sangat tumben sudah bangun.

Terus terang memang agak khawatir, baru ini akan sunat anak. Mungkin juga kenangan dulu, karena selalu mengidam-idamkan d sunat cepat. Terus pas prosesinya hampir orang sekampung yang menyaksikan, lengkap dengan seremoninya. Sampe dokter dan bengkong dua-dua nya di hadirkan. Luar biasa. Pas anak ini (aa sakha), saya sendirian. Tanpa jampi-jampi, tanpa iringan, tanpa rame-ramean. Tak menginfokan ke orang tua maupun mertua. Bener-bener senyap.

Mungkin itu yang membuat saya agak paranoid, sedikit gundah dan serasa kurang.

Tapi, alhamdulilah, semua berjalan lancar.

Efisien, efektif dan tepat waktu.

Kami sekeluarga (saya, istri, dan anak3) jam 08.00 wib berangkat dari rumah, jam 08.30 mulai dan jam 09.00 sudah selesai. Saya yang megang si aa sakha, istri tadinya nungguin si kaka n si dede. Kemudian di setengah prosesi, istri membantu, si kaka ngasuh si dede. 

Prosesi lumayan cepat. Si aa nangis karena takut. Tapi, itu biasa, setelah pembiusan, dia ga lagi nangis. Mungkin karena ketakutan.

Luar biasa. Dalam hati kecil saya terharu.

Kami memang berasal dari keluarga 'kolot'. Bukan meninggalkan tradisi. Tapi mencoba efisiensi sesuai dengan apa yang di tuju.

Seketika saya merasa jadi liberal.

(Rikigana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar